Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
🌷**Happy Reading🌷**
Pagi hari ini begitu terasa berbeda, kecanggungan serta sikap dingin ayunda membuat edward ragu ragu ingin menyapa.
"Nih kopinya." Ucap ayunda meletakan kasar gelas kopi diatas meja makan, ia langsung melongos pergi begitu saja seolah enggan berlama lama berada disana.
"Nda, kamu mau kemana? Temani mas ngopi sebentar ya?" Pinta edward berharap ayunda akan menemaninya disini.
"Aku masih banyak kerjaan." Ayunda langsung berlalu begitu saja seraya membawa sapu ditangannya.
Wanita itu mulai menyapu dari samping rumah, teras, ruang tamu serta ruangannya yang lain didalam rumah. Ia mengetahui jika edward sudah berangkat kerja, namun ayunda tak perduli.
Saat ayunda membersihkan taman miliknya tak sengaja matanya menangkap kotak yang tak terlalu besar berada disamping pot bunga.
Ayunda yang penasaran mengambil kardus itu, ia membalik-balikan kotak tersebut untuk mengetahui nama pengirim, namun ia tak menemukan apapun.
Kardus itu ia bawa naik kelantai dua. Setibanya didalam kamar, ayunda duduk lesehan dilantai, ia mengambil cutter (pisau pemotong) yang terletak didalam laci.
Srekk
Lakban yang menutupi kardus berhasil dikoyak, ayunda memperhatikan isi dalam kardus itu yang menurutnya sangat asing.
Ayunda mengeluarkan satu persatu isi kardus tersebut, di antaranya ada alamat rumah, foto bayi, serta buku kecil usang.
Dengan wajah yang di selimuti kebingungan, ayunda memperhatikan foto bayi itu, bayi tersebut sangat mirip dengan dirinya, dari mulai hidung, mata, serta bentuk bibir.
Ayunda membalik foto itu, tepat dibelakangnya tertulis nama seseorang serta tanggal lahir.
"Ria dewangga. Jakarta, 10 agustus 2002"
Ayunda tersentak kaget, bagaimana mungkin tanggal lahir yang ada difoto ini sama dengan tanggal lahirnya?.
Kemudian ayunda membaca alamat yang tertera di kertas yang cukup usang itu, 'Rahendra, desa selojati.' . Ayunda menyeritkan keningnya bingung, ia sama sekali tak pernah mendengar nama desa selojati.
"Rahendra nama orang, kalo desa selojati itu dimana? Terdengar sangat asing sekali." Gumamnya.
Ayunda membuka buku kecil usang yang sudah termakan usia , lalu ia membacanya.
"Kami begitu bahagia saat kelahiran seorang bayi yang sangat kami nantikan selama sepuluh tahun pernikahan, dokter bilang jika bayi kami seorang perempuan memiliki wajah cantik seperti diriku, sedangkan hidung, mata, serta bibir mirip sekali dengan mas dewangga, suamiku. Bayi kecil kami diserahkan kepada mas dewangga untuk diadzankan. Kami memberi nama bayi itu 'Ria dewangga', nama yang sudah kami siapkan jauh jauh hari. Sore harinya aku sudah boleh pulang kerumah, saat tiba dirumah hari sudah malam, Ria bayi cantik itu aku letakan diatas kasur saat mendengar suara ribut diluar, saat aku membuka pintu kamar sedikit bisa ku lihat jika mas dewangga sedang dipukuli oleh sepuluh orang pria memakai baju hitam serta masker. Ingin aku berlari keluar dari kamar untuk menolong suamiku, namun mataku tak sengaja bertatapan dengan mata sendunya, ia menggelengkan kepala agar aku tak keluar dari kamar. Salah satu dari mereka mengeluarkan pistol dan menembak kepala serta dada mas dewangga, aku memekik histeris membuat mereka menoleh kearah ku. Aku mengunci pintu kamar, berjalan dengan gemetar menggendong ria ditanganku. Orang orang itu sudah berhasil mendobrak pintu kamar kami, aku melarikan diri melewati jendela kamar dan berlari sekuat tenaga dengan air mata. Aku melihat jika orang orang itu mengejarku dan menembak tepat mengenai betisku, aku tak memperdulikan rasa sakitnya, tujuanku hanya satu, segera menyelamatkan diri."
Air mata ayunda meleleh begitu saja, ia turut merasakan kesedihan, saat ayunda membuka halaman selanjutnya ia dibuat kaget dengan isi buku itu, jantungnya berdetak kencang saat nama panti asuhan kasih bunda dicantumkan dibuku itu.
"Aku bersembunyi dibalik ilalang yang menjulang tinggi, memperhatikan mereka yang sedang kebingungan mencariku. Aku mendengar jika mereka menyebut nama 'tuan wijaya' nama yang sangat asing, ku duga jika pria yang bernama wijaya itulah yang memperintahkan orang-orang itu untuk membunuh kami. Tiba-tiba saja bayiku merengek membuat mereka menoleh kearah ilalang, jantungku berdegup kencang saat melihat mereka berjalan mendekat dan... Srekk, salah satu dari mereka menyibak ilalang itu membuat tubuhku terdiam kaku, aku ketahuan. Aku segera berlari dari sana seraya mendekap ria erat melindungi tubuh bayiku dari ranting serta daun ilalang yang tajam, aksi kejar kejaran terjadi dibekas sawah itu, suara tembakan membuat aku gemetar ketakutan, salah satu peluru dari mereka berhasil menembus bahu ku, darah mengalir begitu derasnya. Aku tak menyerah, terus berlari berharap bertemu dengan seseorang yang bisa menolongku, pandanganku menjadi buram karena kehabisan banyak darah, telingaku yang masih bisa menangkap suara ranting yang diinjak, aku berusaha berdiri hingga seorang pria muncul dibalik ilalang dibelakangku, ia menyuruhku diam dan mengikutinya. Aku awalnya ragu namun pria itu menyakinkan aku akhirnya aku percaya dan mengikuti pria itu sampai disebuah rumah sederhana, ia menyuruhku masuk, didalam rumah itu sudah ada istrinya yang bernama aisyah dan anak lelakinya yang berusia 8 tahun bernama rahendra."
Degg
Detak jantung ayunda memompa cepat saat melihat nama rahendra tertulis didalam buku kecil itu, ayunda melanjutkan bacaannya.
"Aisyah mengobatiku dengan telaten dan membantu merawat ria, aku meminta tolong kepada raharja pria yang menolongku itu untuk menguburkan jasad mas dewangga yang berada dirumah, raharja mengangguk menyetujui permintaan aku. Hari itu perasaanku tak enak, aku meminta buku kecil kepada aisyah untuk menulis kejadian yang ku alami, aku juga berpesan kepada aisyah untuk menitipkan ria ke panti asuhan kasih bunda.
^^^_Melani wiratama_ "^^^
Ayunda semakin dibuat penasaran dengan pengirim kardus ini dan pria bernama rahendra yang sepertinya mengetahui sesuatu, untuk diusia segitu seharusnya rahendra sudah bisa mengingat semuanya begitulah pikir ayunda.
Tin tin tin
Suara klakson mobil mengejutkan ayunda, cepat cepat ia menyembunyikan kardus itu dibawah kolong ranjang dan berjalan keluar dari kamar.
Tok tok tok
Ayunda semakin mempercepat langkah kakinya supaya segera sampai dipintu utama.
Ceklek
Ayunda membuka pintu rumah itu lebar lebar sembari menatap intens mama emma yang datang dengan clarissa, kedua wanita itu menatap ayunda dengan dagu yang terangkat tinggi.
"Ada apa ya, ma?" Tanya ayunda berusaha menahan gejolak emosi didalam dadanya.
"Segera urus surat perceraian kalian." Jawab mama emma.
Ayunda mengangguk, " Secepatnya saya akan mengurusnya, ma. Mama nggak usah khawatir."
Senyuman puas tersungging diwajah wanita itu, ia sangat senang karena edward akan segera berpisah.
"Bagus deh, jadi mas edward bisa gue milikin sepenuhnya." Ujar clarissa yang membusungkan dadanya menatap remeh kearah ayunda.
"Barang bekas memang cocok sama yang bekas pula, sama sama menjijikan." Sahut ayunda membuat clarissa menjadi emosi.
Plak!!
Kepala ayunda sampai tertoleh kesamping akibat tamparan keras oleh mama emma, ia mengelap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, ayunda menatap tajam kedua wanita yang berdiri didepannya ini.
"Tutup mulut kamu anak sialan, clarissa lebih baik dari pada kamu yang pura-pura polos, padahal diluar sana menjajakan tubuh sendiri kepada shaka." Ucap mama emma seraya melemparkan dua foto yang berisikan ayunda sedang bersama dengan shaka disebuah hotel bintang lima.
"Apa maksudnya ini ma? Saya tidak pernah tidur dengan siapapun, mama fitnah saya."
Tiba-tiba saja....
Plakk
Plakk
Dua kali tamparan keras mendarat di pipi mulus ayunda. Ayunda menoleh kearah samping yang dimana edward sudah berdiri dengan napas memburu serta wajah merah padam.
"Ternyata kau sama seperti diriku, selingkuh dan tidur bersama shaka, benar benar miris." Sindir edward.
Mata ayunda mendelik tajam, ia tak terima dituduh seperti ini, apalagi ia tak pernah melakukan yang seperti gambar difoto itu.
"Itu semua editan, mama dan clarissa udah fitnah aku." Ujar ayunda berusaha membela diri.
Plak!!
Kali ini tamparan edward lebih keras, membuat tubuh kurus itu terhuyung kebelakang dan menabrak pintu.
Sedangkan clarissa diam diam tertawa puas melihat ayunda diperlakukan demikian.
"Diam!! Jelas jelas ini bukan editan, wajah kalian berdua terpampang jelas difoto ini, masih mau ngelak kamu?" Tanya edward seraya menekan kedua pundak ayunda dengan keras.
"Aku nggak seperti kamu mas, yang menikahiku karena satu tujuan, lalu berselingkuh bahkan melakukan hubungan suami istri dibelakangku." Ayunda menepis tangan edward dengan kasar.
Edward berdiri mengeluarkan amplop putih dan melemparkannya tepat didepan ayunda.
"Tanda tangani surat itu dan segera angkat kaki dari rumah ini tanpa membawa satu barang apapun."
Ayunda menganggukan kepala, ia langsung merampas pulpen ditangan edward kemudian menanda tangani surat perceraian itu.
Sebelumnya edward sudah mengurus surat itu tanpa sepengetahuan ayunda, ia berpikir untuk apa lagi mempertahankan rumah tangganya, lebih baik ia menceraikan ayunda dan menikah dengan clarissa.
Ayunda berjalan masuk kedalam untuk mengemasi pakaiannya serta kardus yang sebelumnya ia simpan dibawah kolonh ranjang, ia memasukan semua itu kedalam koper besar. Tak lupa ia membawa handphone, dompet yang berisikan ATM serta KTP memasukannya kedalam tas kecil.
Setelah semua selesai, ayunda menyeret , koper besar itu turun dari lantai dua, langkah kakinya tegap, seolah tak ada kesedihan jika harus meninggalkan semua ini.
Tanpa menatap ketiga orang didepannya ini, ayunda melangkah keluar dari halaman rumah dan menyetop taxi yang melintas didepannya.
Entah kenapa hati edward tiba tiba merasakan sakit, ia menatap kedua tangannya yang menampar pipi ayunda.
Selang beberapa menit setelah kepergian ayunda, mobil shaka memasuki halaman rumah edward. Shaka keluar dari mobil begitu tergesa gesa, tatapan matanya menyiratkan kemarahan, kekecewaan, serta kesedihan bercampur menjadi satu.
Bughh!!
Bughh!!
Bughh!!
Bughh
Pukulan bertubi tubi shaka layangkan ke wajah serta perut edward membuat pria itu mengerang kesakitan.
"Stopp!!" Pekik mama emma yang melihat anaknya sudah babak belur.
"Dimana ayunda sekarang?" Tanya shaka.
"Udah pergi, sana susul selingkuhan lo." Ujar clarissa menatap sengit kearah shaka.
Tanpa bicara sepatah kata pun, shaka langsung masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan halaman rumah edward.