Reu Suami Pengganti

Reu berjongkok, menatap Anne dengan rasa penasaran. ‘Kenapa dia tidak merasa asing denganku? Apakah aku sangat mirip dengan Jeha?’ batinnya.

Saat Anne mendekat, Reu bergegas bangkit dan membuka pintu.

"Aku mau istirahat," kata Reu, lalu pergi meninggalkan Anne. Anne merasa canggung, menyadari perasaannya yang berlebihan terhadap pria yang bukan suaminya. sedangkan, Reu merasa bersalah menyembunyikan identitasnya, takut Anne akan mengetahuinya suatu hari nanti dan membencinya.

Reu menatap langit-langit kamar, menghela napas panjang. Mengurus perusahaan bukanlah hal berat baginya, tapi hidup dengan Anne yang membuatnya ingin segera menyelesaikan perjanjian ini. “Aku sangat menyukai Anne, astaga.”

Sudah dua hari Jeha tidak mengirim pesan. Reu mencoba menghubungi Jeha lewat ponsel, tapi tidak ada jawaban. Padahal, besok ada meeting penting dengan para pemilik saham yang harus dipimpinnya. Sementara dia tidak tahu apa yang harus dibahas. Reu merasa takut jika semua orang perlahan menyadari bahwa dirinya bukanlah Jeha. Pemikiran terburuknya adalah dia akan berakhir di penjara jika tidak bisa membuktikan bahwa Jeha yang menyuruhnya melakukan ini. Tekanan dan kecemasan mulai menghantui tidurnya.

Esok paginya.

Reu duduk di ruang makan dengan semangat yang kurang, masih memikirkan meeting siang nanti. Saat Lyox menggoyangkan pundaknya, Reu mengangkat alisnya.

"Papa, aku mau berangkat sendiri, aku tidak ingin Nathan mengejekku seperti anak kecil yang diantar papanya," kata Lyox dengan nada gerutu. Reu tersenyum dan mengusap kepala Lyox.

“Harus seperti ini, anak Papa yang pemberani!"

Reu bangkit, memberi contoh gerakan bertarung dengan berkata, "Kalau ada yang ganggu, jangan mundur, lawan balik!" Anne langsung menyela, "Jangan dengarkan papamu, Mama tidak ingin ke sekolah hanya karena guru mengatakan kamu bertengkar!"

"Kamu ingin Lyox selalu di tindas? Dia anak laki-laki, biarkan dia belajar bertahan." balas Reu kesal. Lyox dan Anne tertawa melihat gerakan Reu yang konyol. Reu malu-malu, lalu berhenti dan mengalihkan rasa canggungnya dengan meneguk segelas air di meja.

“Oke papa, aku berangkat sekolah dulu,” ucap Lyox, lalu mencium kedua pipi Reu dan Anne sebelum pergi.

Setelah langkah Lyox menjauh, Anne mencoba mendekat ke arah Reu. Anne yang sedari tadi mengamati raut wajah Reu yang terlihat cemas, berusaha mencari tahu.

"Ada apa?" Anne menyentuh tangan Reu. Sontak sentuhan itu membuat Reu terkejut dan segera menyingkirkan tangannya. "Tidak, hanya nanti ada meeting saja. Tapi, aku merasa sedang tidak enak badan," Reu mencoba mencari alasan untuk tidak ke kantor hari ini.

"Ya sudah, jangan berangkat," balas Anne. "Tapi, sepertinya posisiku sangat dibutuhkan dalam meeting nanti. Aku akan ditelan habis-habisan oleh ketiga kakakmu jika tidak datang," ucap Reu. Anne diam sejenak, memikirkan cara lain. Dia tahu pria pengganti suaminya saat ini merasa cemas dengan meeting penting nanti siang, karena pasti dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Kalau begitu, tunggu aku bersiap. Aku akan pergi ke kantor bersamamu," ucap Anne. Dia melangkah sejauh ini hanya untuk menyelamatkan Reu. Padahal, selama ini dia tidak ingin pergi ke kantor, takut dengan cara pandang orang lain menanggapi kelumpuhannya. Namun, ini terasa berbeda. Pria pengganti ini terasa membuatnya tidak takut untuk menghadapi apa pun. Anne juga berpikir harus segera memulai memindahkan aset sekarang, sebelum suaminya Jeha benar-benar sadar dan kembali pulang.

Saat Anne tiba di kantor, kehebohan langsung terjadi. Karyawan berbisik-bisik membicarakan kondisinya, membuat Reu merasa kasihan pada Anne.

"Apa kau yakin?" tanya Reu, sambil berjongkok dan menyentuh syal di leher Anne agar lebih tertutup. Anne menggenggam tangan Reu erat. Reu bisa merasakan tangan Anne dingin karena gugup, "tenang saja, aku akan menjagamu. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan perkataan orang lain," imbuh Reu. Ia kemudian memasangkan earphone ke telinga Anne, memutar musik klasik favoritnya untuk menenangkan Anne.

Kerinduan bekerja kembali perlahan mengusik Anne. Dia melihat banyak perubahan tata letak setelah 8 tahun dia mengasingkan diri. Bayangan dirinya saat muda dan pertama kali bekerja karena keinginan ayahnya mulai membuatnya menangis. Untung saja tangisan itu tersamarkan dengan alunan lagu yang didengarnya. Reu mendorong perlahan kursi roda Anne hingga tiba di depan ruangan yang dulu menjadi tempatnya menuangkan segala inspirasi dan ambisi.

Papan nama di meja sudah berubah menjadi nama Jeha. Anne merasa menyesal telah menyerahkan jabatan itu kepada suaminya. Seandainya dia tidak takut menghadapi kenyataan, mungkin dia masih duduk di kursi itu, mengurus perusahaan dengan baik.

Reu mengambil earphone-nya dan melepaskan syal di leher Anne. "Aku senang kamu menemaniku bekerja. Sebelumnya, aku sangat bosan sendirian," ucap Reu, yang masih berjongkok dan menyadari Anne baru saja menangis, dia langsung mengusapnya dengan tangan. Anne tersenyum menatap Reu dengan mata yang basah dan sepertinya dia sudah ketahuan.

"Aku ingin kamu benar-benar kembali menjadi dirimu sendiri, Anne," ucap Reu tersenyum. Anne kemudian menyentuh perlahan wajah Reu, dan mencium bibir Reu dengan lembut. Anne merasa berterima kasih kepada pria pengganti suaminya yang telah membuatnya kembali bersemangat menjalani kehidupan. Reu yang berusaha terus menolak untuk tidak jatuh cinta, ternyata dia selalu melanggarnya. Dia membalas ciuman dari Anne dengan lembut, seakan merasakan kesedihan yang Anne rasakan saat ini.

Pintu terbuka tanpa terdengar ketukan. Kakaknya Edward, masuk ke dalam ruangan.

"Astaga, apa kau kembali hanya untuk ini, adikku tersayang?" ucap Edward. Reu dan Anne menghentikan adegan itu. Tanpa sengaja, Anne yang terkejut melihat kedatangan kakaknya langsung mendorong tubuh Reu hingga terjatuh. Reu bangkit dan mengelap bibirnya dengan sapu tangan, takut jika lipstik Anne masih menempel. Edward langsung memeluk Anne dengan tersenyum. Sedangkan Reu kembali ke tempat duduknya.

"Apa yang membuatmu kembali ke kantor?" tanya Edward penasaran.

"Apa aku tidak boleh kembali?" Anne membalas pertanyaan itu dengan cemberut.

"Tidak, aku malah senang kamu kembali. Daripada ada dia," Edward melirik ke arah Reu, yang disangkanya masih Jeha.

"Hah, aku di sini hanya ingin menemani suamiku. Dia bilang dia tidak enak badan untuk memimpin rapat hari ini," ucap Anne. Edward mengernyit ke arah Reu. "Astaga, dia selalu bersembunyi di belakangmu ketika mendapatkan masalah," gerutu Edward. Reu berpura-pura sibuk membuka dokumen di atas mejanya.

"Kau tahu kan, dia banyak membuat masalah. Dia bahkan menghabiskan banyak uang untuk membangun gedung yang tidak penting," Edward menceritakan kesalahan Jeha. Anne tersenyum, kemudian mengajak kakaknya untuk membicarakan persoalan itu di kantor kakaknya saja. Edward kemudian mendorong kursi roda Anne menuju pintu keluar ruangan. Reu tidak bisa melakukan hal apa pun, dia seperti orang bodoh yang hanya duduk di kursi. Reu membuka satu persatu dokumen dengan keseriusan. Dia mulai Ingin tahu apa saja yang terjadi di perusahaan tanpa harus menunggu Jeha memberikan perintah.

(Gambar hanya pemanis 🤭)