"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra yang masih berbalut selimut, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK! "Kamu!" "Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu?" "Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!" "Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!" "Yakin?" "Yakinlah!" "Terus semalam yang minta lagi siapa?" "Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Setelah Makan Malam bersama, dengan diselingi canda dan tawa yang begitu mengalir, suasana Mansion keluarga Narendra terasa hangat meski udara di luar dingin menusuk.
Setelah makan malam yang penuh canda dan tawa, Opa Narendra menatap Sandra dan Revano dengan mata lembut penuh harap. “Kenapa kalian tidak menginap saja di sini malam ini? Besok kita bisa sarapan bersama,” ucapnya dengan suara ramah, namun tegas.
Sandra sempat ragu, tak menyangka bujukan Opa bisa sekuat itu. Awalnya ia berencana pulang malam ini, tapi senyuman tulus dan tatapan penuh perhatian dari Opa membuat hatinya luluh.
Revano pun tak berani menolak, tahu betul bahwa Opa jarang meminta sesuatu dengan serius. Dengan senyum tipis, Sandra akhirnya mengangguk pelan. “Baik, Opa. Kami akan menginap.” Opa Narendra tersenyum lega, mengusap rambut Sandra dengan penuh kasih sayang seperti cucu kesayangannya.
Dalam diam, Sandra merasakan kehangatan yang sulit dijelaskan, seolah Mansion itu bukan sekadar rumah megah, melainkan tempat di mana ia bisa merasa diterima dan dihargai.
Hati Opa Narendra senang sekali, Revano dan Sandra mau menginap di Mansionnya. "Opa akan minta Pelayan merapikan kamar Revano San. Maklum saja, Revano itu sebelumnya jarang pulang kesini. Opa harap setelah ada Kamu, Revano ingat pulang dan menjenguk Opanya yang sudah tua ini."
Selama ini, Revano memang jarang pulang ke Mansion, lebih sering tenggelam dalam kesibukan kota besar yang tak pernah tidur. Bahkan ke Apartemennya saja Revano jarang pulang. Waktunya lebih sering Ia habiskan di kantor.
Namun kini, setelah kehadiran Sandra, seolah ada magnet baru yang membuat Revano kembali mengingat akar dan keluarganya.
Opa Narendra merasa hangat di hatinya, seakan waktu yang berlalu tidak sia-sia, karena ada harapan baru untuk kebersamaan yang dulu sempat renggang.
Ia menatap ke arah jendela besar mansion itu, membayangkan malam-malam penuh canda dan cerita yang akan segera terajut kembali.
Pelayan berdiri dengan sikap hormat di depan Opa Narendra, suaranya tenang namun jelas, "Tuan, kamar untuk Tuan Revano sudah siap." Opa Narendra mengangguk pelan, matanya yang mulai berkerut menatap ke arah pelayan dengan kelembutan seorang kepala keluarga.
"Vano ajak Sandra beristirahat di dalam kamar. Kalian pasti lelah setelah seharian bekerja. Besok Kita sarapan sama-sama ya San,"
"Terima kasih Opa. Sandra dan Mas Vano istirahat dulu ya."
"Iya Sayang. Sudah ikuti Revano. Opa juga sebentar lagi akan ke kamar."
Opa Narendra melihat dengan senyum mengembang dibibirnya manakala melihat Revano dan Sandra berjalan beriringan dan terlihat saling bercanda satu sama lain.
Ia menaruh tangan di tongkatnya, langkahnya berat namun penuh perhatian.
Wajahnya memancarkan kehangatan seorang kakek yang selalu menjaga kenyamanan cucunya dan orang-orang terdekatnya.
Opa Narendra tahu betul pentingnya memberi ruang istirahat bagi Revano dan Sandra agar mereka bisa kembali bugar menghadapi hari esok.
Sandra menghela napas panjang saat mengikuti Revano masuk ke dalam lift. Matanya sudah mulai melotot, mencoba menahan rasa kesal yang sudah menumpuk sejak pagi.
Revano, suaminya, dengan santai melangkah di depannya, tanpa sedikit pun menyadari ekspresi jengkel yang terpancar jelas dari wajah Sandra.
Revano memang selalu punya cara untuk membuat Sandra sebal. Entah itu sikapnya yang cuek saat Sandra bicara serius, atau candaan recehnya yang tiba-tiba keluar di saat yang salah.
Kali ini, saat pintu lift menutup, Revano malah mengeluarkan senyum nakal dan berkata, “Sabar ya, Sayang. Nanti Kamu yang akan ku manjakan di kamar.” Sandra menatapnya dengan tajam, menahan godaan untuk membentak.
Namun, ia tahu, di balik sikap nakal dan terkadang menjengkelkan itu, Revano menyimpan rasa Sayang yang tulus, meskipun caranya mengekspresikannya sering kali membuatnya hampir kehilangan kesabaran.
Ting! Lift terbuka, Revano masih dengan senyuman bakalnya mengiringi langkah Sandra. Ia melangkah pelan, menyiapkan diri untuk menghadapi tingkah suaminya yang tak pernah benar-benar berubah.
"Mana kamarmu?" Melihat pintu yang serupa dam jumlah banyak Sandra tak bisa menebak mana kamar Revano.
"Itu." Revano menunjuk pada satu ruang yang berpintu paling besar di ujung sana.
"Selamat datang di kamar Kita."
Dengan gaya tengilnya, Revano membuka pintu dan mempersilahkan Sandra masuk lebih dulu ke dalam kamarnya.
Sandra dengan langkah perlahan masuk ke dalam kamar Revano, begitupun Revano yang menyusul kemudian langsung terdengar suara KLIK. Kamar terkunci.
Perasaan Sandra tak enak. Maklum saja. Ini pertama kali Sandra berada di wilayah kekuasaan Revano.
Meski di Apartemen Revano Mereka hanya berdua tapi disini, atmosfernya berbeda. Ada semacam teritorial yang begitu nyata ditambah dengan nuansa kamar dominasi Hitam, Abu dan Putih.
Sangat amat menggambarkan Si Pemilik sekaku apa dan sangat maskulin sebelumnya.
"Ini Kamar apa lapangan bola? Luas banget!"
Kamar Sandra di Kediaman Papa Armando sudah Luas tapi menurut Sandra kamar Revano gak masuk di otaknya.
Bisa-bisanya dalam kamar sudah selayaknya satu rumah dengan fasilitas lengkap.
"Kamu Kalau mau berenang gak usah pakai kolam yang ditaman Sayang, sini deh!"
Sandra sudah mulai membaca aura-aura jumawa Revano saat beranjak mengajak Sandra melihat sesuatu yang kembali membuat Sandra tercengang.
"Gila! Kamu punya kamar seperti ini, dan Kamu malah jarang pulang? Pantas saja Opa marah!"
Di sudut kamar Revano yang luas dan mewah, berdiri sebuah kolam jacuzzi berukuran besar, hampir menyerupai kolam renang mini. Airnya jernih dan hangat, dengan gelembung-gelembung kecil yang terus naik perlahan, menciptakan suasana relaksasi sempurna. Lampu-lampu redup yang tersembunyi di sekeliling kolam memancarkan cahaya lembut berwarna keemasan, memantulkan kilauan air yang menenangkan.
Sandra berdiri di tepi kolam itu, merasakan hangatnya uap air yang menguap pelan, seolah mengundang untuk menyelam dan melupakan segala penat. Desain kolam yang elegan berpadu dengan interior kamar, mencerminkan gaya hidup Revano yang mewah namun penuh perhatian pada detail kenyamanan.
"Biasa aja lah!" Dengan wajah menyebalkannya Revano kembali melanjutkan kata-katanya. "Percuma Aku pulang, tidurnya juga sendirian. Tapi sekarang kayaknya Aku akan sering pulang deh! Kan ada Kamu,"
Sandra terkejut, Revano sudah berdiri persis dibelakang tubuh Sandra. Berbicara ditengkuk Sandra, membuat hembusan nafas Revano mampu meremangkan buku roma yang membuat Sandra mengusap pelan menutupi rasa canggungnya.
Dalam sekali sentak, Revano membalik tubuh Sandra. Kini keduanya berhadapan. Tangan Revano menarik pinggang Sandra hingga kini tak ada sekat sedikitpun diantara Mereka berdua.
"Mau ngapain Lo?" Sandra mencoba menetralkan nafas nya yang mulai memburu apalagi saat Revano mendekatkan wajahnya pada Sandra.
"Mau apalagi? Masa gak ngerti sih," Jemari Revano membelai lembut surai indah Sandra, kemudian turun ke pipi kini tangan kekar Revano memegang ujung dagu Sandra.
"Wah! Gak bisa! Dia gak boleh ngelakuin itu malam ini!!
"Kenapa Sayang? Tegang amat! Bukankah Kita harus segera mencicil bayi?"
"Bayi! Maksud Lo!"
"Sut! Mas Vano, panggil Aku begitu."
Revano perlahan mendekatkan wajahnya pada wajah Sandra,
CUP!
"Shit! Kenapa Gue merem bego!"
Revano tak merasakan penolakan. Tak mau menyia-nyiakan waktu, Revano memperdalam ciumannya pada Sandra.
"Buka mulutnya Sayang, Mas mau lebih," Suara bariton yang mulai serak menandakan Revano sudah tersulut gairah dan ingin berharap lebih dari Sandra.
"Van," Sandra melepaskan ciuman Mereka, butuh oksigen karena kokopan maut Revano membuat paru-parunya kehabisan nafas.
"Panggil Mas, Sayang," Memberi jeda sejenak sebelum kembali membawa Sandra dalam belitan lingua yang memabukkan.
Sandra tak kuasa menahan desahan yang akhirnya lolos, saat kedua tangan Sandra Revano arahkan melingkar pada leher milik nya dan tangan Revano begitu lihai membelai sesuai yang sejak awal sudah membayangi pikirannya.
"Mas suka ini, besar, kenyal dan menggemaskan," Sandra tak tahu sejak kapan bagian atasnya sudah polos tanpa penghalang.
Setiap sentuhan Revano nyatanya memabukkan dan Sandra sangat menikmatinya. Apalagi saat kehangatan bibir dan lidah Revano mendarat lincah pada pucuk pink milik Sandra dan dengan gerakan menyeruput yang mampu membuat tubuh Sandra menggelinjang hebat.
"Kamu luar biasa Sayang, ayo mendesah saja. Jangan ditahan. Mas Vano akan pastikan Kamu merasakan kenikmatan itu dalam keadaan sadar."
Memang kali pertama Mereka saling bertukar nikmat dalam keadaan mabuk, namun tak pernah terlulakan oleh Revano Revano adalah orang pertama yang membuka segel surga dunia milik Sandra.
"Mas, Aku,"
"Jangan ditahan Sayang, izinkan Mas kembali memberikan kenikmatan untukmu,"
Sandra menahan tangan Revano yang mulai turun perlahan, namun dengan pelan Revano menyingkirkan tangan Sandra hingga kini jemari panjang milik Revano sampai di lembah surgawi milik Sandra.
"Mas," Sandra mengulum senyum, Ia pun merasa tanggung tapi situasi selanjutnya pasti akan berbeda.
"Kamu dapet Sayang?"
"Iya."
Seketika nafsu yang sudah diubun-ubun sirna begitu saja. Revano perlahan berguling ke samping sisi tubuh Sandra yang sudah polos sebagian.
Bukannya iba, Sandra menarik selimut menutupi bagian atas tubuhnya.
"Kenapa Mas?" Bukan pertanyaan, lebih tepatnya ledekan, karena Sandra puas sekali melihat wajah merah Revano menekan hasratnya.
"Kenapa gak bilang,"
"Salah sendiri langsung nyosor aja!"
Revano melirik Sandra, "Namanya mau ngejar setoran!"
"Angkot kali ah!"
"Berapa lama?"
"Apanya?"
"Ish!"
Sandra tertawa. Happy sekali membuat Revano uring-uringan.
"Ya bisa seminggu, bisa sebulan,"
"Lama banget! Gak bisa gitu besok selesai?"
"Hahaha. Mana ada! Ngaco!"
"Loh Mas, Kita gak lanjut kan?"
Kini seringai wajah Revano menghentikan tawa Sandra.
"Kamu kan bisa bantu Mas," Lirikan nakal Revano sambil menaikkan kedua alisnya.
"Gak mau!"
"Tega banget sih! Ayolah Sayang, masa usap-usap, kocok aja, Mas gapapa kok,"
"Sayang," Sandra tak menyangka Revano bagai kucing anggora manis sekali.
Perlahan Revano menuntun jemari Sandra menuju senjata paling mematikan yang Ia miliki.
"Seriusan, ini yang waktu itu bobol gawangku Mas?"
Kini, dalam keadaan sadar tanpa pengaruh alkohol, Sandra melihat sejelas-jelasnya makhluk kasat mata yang sudah berhasil mencetak gol.
"Gimana? Senjata Suamimu luar biasa kan? Makanya suruh cepet-cepet pergi Si M biar Kita bisa Silaturahmek!"
"Jorok!"
"Jangan di peres gitu, gini Sayang," Revano malah menahkodai jemari Sandra yang masih amatir, Ia arahkan dengan sedikit tutorial singkat dan, NIKMAT!
Perlahan namun pasti, dari amatir meningkat menjadi lebih baik dan dengan jemari lembut Sang Istri akhirnya Revano bisa melepas ledakan yang seharusnya menyirami lembah yang kini sedang kedatangan tamu bulanan.
"Ih, lengket banget Mas!" Revano tersenyum, perlahan disisa energinya Revano bergerak menuju nakas mengambilkan Sandra tissue basah dan memberikannya.
Dengan segera Sandra membersihkan sisa lahar panas milik Revano yang meletus hebat dan banyak.
"Sayang, lain kali kalau gak mau lengket ditangan, ditelen makanya. Bisa jadi obat awet muda loh!"
Sandra masih belum konek ucapan Revano namun setelah nyambung, "Ish! JOROK! Masa Mas suruh Aku nelen Sperma!"
"Awalnya aja, lama-lama Kamu ketagihan deh! Mas jamin!"
"Gila!"
"Kamu nih! Kalau Suami ajarin nurut, nanti deh, Kalau sudah Si M pergi, Mas bakal bikin Kamu merasakan apa itu Surga Dunia. Gimana rasanya Pipis Enak! Nanti, Mas janji kasih service yang paling bikin Kamu ketagihan!"
"Gak bener! Mesum! Dasar Cabul!" Sandra akan bangkit namun lupa kalau masih polos dibagian atas.
"Sayang, Si Kembar jadi bagus tuh! Ada motifnya!"
Sandra mengikuti arah pandang Revano, dan "Astaga! Kenapa Mereka jadi macan totol begini! Kamu bener-bener Mas!"
"Bagus Sayang! Sini, Mas bikin lebih banyak lagi!" Revano dilawan. Gak dapet bawahnya ya atasnya saja di explore sedemikian rupa.
"Kamu seksi Sayang," Melepas sejenak sebelum kembali mengulum benda favorit yang membuatnya candu.
"DASAR BAYI GEDE!"
Tak ada jawaban hanya suara kecapan saja dan sesekali Sandra dibuat meringis oleh hisapan Revano yang diselingi gigitan kecil dipucuknya.