NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 10

"Pergi Yuda, aku tidak mau melihat wajah kamu lagi." Ucap Dinda pada Yuda.

"Aku akan terus datang ke kamu Dinda, cuma kamu yang aku mau." Tatapan Yuda terlihat menakutkan Dimata Dinda.

Dinda pun berusaha menyembunyikan ketakutannya, ia tidak menyangka Yuda sebejat itu, bahkan sekarang ia secara tidak langsung mengancam menghantui hidup Dinda.

Yuda pun melangkah pergi dari sana, ada rasa lega sesaat didalam diri Dinda saat Yuda berlalu pergi dari hadapannya.

"Keras kepala sekali laki-laki itu, dia yang salah dia yang menyalahkan." Ucap Rindu dengan kesalnya.

Lain halnya dengan Indra, begitu Yuda pergi ia langsung memeriksa kondisi Dinda.

"Kamu tidak apa-apa Dinda?." Tanyanya pada Dinda, wajahnya terlihat khawatir.

Rindu yang menyadari hal itu menatap mereka bergantian.

"Iya Kak, terima kasih banyak." Jawab Dinda, namun ia terlihat tidak baik-baik saja Dimata Indra.

Tatapan mata Indra pun tertuju pada pergelangan Rindu yang mulai memerah, tanpa sadar Indra meraih tangan Dinda.

"Tangan kamu sampai merah." ucap Indra, Dinda sedikit terkejut dengan refleks Indra.

Bukan hanya Dinda, Rindu pun sama terkejutnya, ia pun segera terpikirkan sesuatu.

"Din, aku beli minum buat kamu dulu yah, sekalian cari es buat buat kompres tangan kamu." Kata Dinda kemudian.

"Terima kasih Rindu." Ucap Dinda pada sahabatnya.

"Tunggu disini yah." Rindu memastikan kondisi Dinda sebelum pergi, "Saya minta tolong titip teman saya Mas." Ucapnya kemudian beralih meminta tolong pada Indra untuk menjaga Dinda sebentar.

"Oh iya." Jawab Indra sedikit canggung.

Rindu pun menjauh dari sana, ia sengaja meninggalkan mereka berdua agar punya ruang untuk bersama, selain itu ia mengerti sahabatnya pasti sangat terkejut, belum lagi tangannya memerah akibat cengkraman Yuda tadi.

***

Saat Rindu beranjak dari sana, Indra melihat sekeliling tempat mereka berdiri, matanya tertuju pada bangku panjang di depan taman.

"Kita duduk disana Dinda." katanya kemudian menunjuk bangku panjang yang letaknya tidak jauh dari mereka.

"Oh iya kak." Jawab Dinda mengiyakan.

Indra pun berjalan lebih dulu, ia lalu mempersilahkan Dinda duduk disana, setelahnya ia pun ikut duduk disamping Dinda.

"Tangan kamu masih sakit?." Tanyanya memperhatikan pergelangan tangan Dinda.

"Lumayan kak." Jawab Dinda memegangi pergelangan tangannya.

"Dia kekasih kamu yah?." Tanya Indra lagi.

"Mantan kak." Dinda merasa malu harus mengakui pernah menjalin hubungan dengan laki-laki kasar seperti Yuda.

"Aku lihat dia tidak rela melepas kamu." Kata Indra menebak dengan benar.

"Sudah terlambat untuk menyesal, aku capek kasih dia kesempatan terus." ucap Dinda, ia menundukkan pandangannya menatap daun kering di sana.

"Semoga ada jalan yang terbaik untuk kamu." Harap Indra dengan tulusnya.

"Terima kasih kak Indra." Dinda menatap Indra sembari tersenyum, merasa bersyukur ada yang mendoakan dirinya.

Saat menatap Indra, ia langsung teringat akan Ciara dan Neneknya.

"Oh iya, tadi aku ketemu sama Ciara didalam." Ucapnya mengingat ia sempat bertemu dengan Ciara.

"Iya, Ciara sama Neneknya. Tadi pagi ada panggilan mendadak dari kantor, padahal aku memang rencananya mau bawa Ciara ke taman, makanya minta tolong neneknya yang bawa." Jawab Indra tersenyum, tujuannya langsung kesini seteleh dari kantor pun untuk menjemput Ciara dan Mamanya.

"Sepertinya Ciara suka dibawa kesini yah kak." Dinda dapat merasakan bagaimana senangnya Ciara saat berada ditempat ini hanya dengan melihat senyuman bayi tersebut.

"Iya, aku juga yakin Ciara suka, taman juga tempat favorit Mamanya." Kata Indra, tatapannya kembali sendu.

Dinda merasa ada hal yang terjadi antara mereka, setiap melihat Ciara tatapan Indra menjadi sendu.

"Maaf kalau aku lancang kak, Mamanya Ciara kemana?." Tanya Dinda dengan hati-hati, takut jika ia menyinggung rana pribadi Indra.

Indra terdiam sejenak, selain keluarganya dan rekan kerjanya, tidak ada yang tau jika istrinya sudah pergi lebih dulu. Ia menarik nafasnya perlahan, mencoba menelan rasa sedihnya.

"Mamanya sudah pergi duluan, dia bahkan tidak sempat melihat wajah cantik Ciara yang sama persis dengan wajahnya." Dinda dibuat terkejut sekaligus tidak enak.

Pantas saja selama ini jika melihat Indra, selalu ada rasa sakit yang ia simpan lewat tatapannya, apalagi saat menatap putrinya.

"Maaf kak, aku jadi bikin kak Indra tidak nyaman." Ucap Dinda merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, Ciara punya aku, Papanya." Jawab Indra berusaha terlihat tegar, padahal jauh dalam hatinya ia masih begitu rapuh.

Dinda terdiam, ia menyadari nasibnya dan Ciara ternyata sama.

"Ciara sama seperti aku, aku juga tidak punya Mama. Waktu kecil, Papa cuma bilang Mama pergi duluan ke tempat yang indah. Mamanya Ciara juga pasti sudah ada ditempat yang indah sekarang." Indra juga sedikit terkejut dengan kata-kata Dinda, ia tidak menyangka perempuan itu ternyata sama seperti anaknya.

Tidak ada maksud lain, Dinda hanya ingin menghibur Indra. Indra menatap Dinda, ia yakin walaupun sudah lama, tapi jika mengingat kembali bagaimana rasanya kehilangan, pasti akan tetap membekas rasa sakitnya.

"Terima kasih Dinda, semoga yang kamu katakan itu benar, terkadang aku masih punya rasa penyesalan yang begitu besar terhadap Mamanya Ciara." Ucap Indra, matanya tidak bisa berbohong, rasa sedih dan bersalahnya begitu kuat.

"Kak Indra harus kuat, Ciara masih butuh Papanya, aku yakin kak Indra bisa membuat Ciara bahagia." Kata Dinda mencoba menyemangatinya.

Mereka berdua kembali terdiam setelah obrolan mereka yang cukup dalam kali ini, Keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Indra.. Dinda." Perhatian mereka tertuju pada sumber suara yange manggil mereka.

Mama Indra yang baru saja keluar dari taman dan mendorong stroller Ciara langsung menghampiri mereka dengan senangnya.

"Mama.. Tante." Ucap Indra dan Dinda bersamaan.

"Dinda.." Setelah Mamanya Indra dan Ciara, Rindu pun sudah kembali dan menghampiri mereka.

Rindu tersenyum ramah pada Mamanya Indra terlebih dahulu setelahnya ia memberikan botol minum yang ia beli untuk Dinda.

"Ini minum dulu." Katanya, ia bahkan membukakan penutup botolnya agar Dinda bisa langsung meminumnya.

"Terima kasih Rindu." Ucap Dinda pada sahabatnya, ia pun segera meneguk sedikit air minum tersebut.

"Tangan kamu?." Tanya Rindu memastikan Kondisi tangan Dinda.

"Tangan kamu kenapa Dinda?." Mamanya Indra terkejut melihat tangan Dinda yang memerah.

"Tadi jatuh Tante, jadinya terkilir." Jawab Dinda berbohong, ia tidak ingin membuat masalah ini menjadi lebih panjang.

Matanya menatap Indra dan Rindu secara bergantian berharap mereka tidak memberitahukan kejadian yang sebenarnya.

"Ya ampun, kamu tidak apa-apa?." Tanya Mamanya Indra khawatir

"Tidak apa-apa Tante, sakitnya juga sudah tidak terasa lagi." Jawab Dinda tersenyum berusaha terlihat baik-baik saja.

"Indra, antar Dinda pulang dulu yah sebelum kita pulang." Pinta Mamanya pada Indra membuat Dinda merasa tidak enak duluan.

"Tidak usah repot-repot Tante, rumah saya dekat dari sini." Tolak Rindu tidak mau merepotkan mereka.

"Tidak repot sama sekali, iyakan Indra?." Jawab Ibunya dan memastikan lagi pada Indra.

"Oh iya, kalian ikut saja sama kami." Kali ini Indra turut menawarkan tumpangan untuk Dinda dan Rindu.

"Jangan ditolak lagi yah, Tante tidak mau kamu kenapa-kenapa." Ucap Ibunya Indra.

Mau tidak mau Dinda mengangguk mengiyakan, ia lebih tidak enak jika terus menolak bantuan mereka.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!