"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Sengaja Bertemu
Menunggu Arian pulang pagi ini, tapi hari sudah beranjak siang, pria itu masih belum ada kabar. Bahkan ponselnya juga tidak bisa di hubungi. Setiap pesan yang di kirim oleh Regina, belum dia baca sampai sekarang.
Hari ini adalah acara pernikahan temannya, dan Regina ingat jika Arian akan ikut bersamanya. Tapi, ternyata dia tidak pulang pagi ini. Dan sepertinya Regina harus pergi sendiri saja.
"Aku pergi sendiri saja"
Akhirnya Regina pergi sendiri, setelah setengah jam dia mencoba menghubungi Arian hanya untuk bertanya apakah dia akan pulang dan pergi dengan Regina bersama. Tapi karena dia tidak mendapatkan kabar apapun, jadi dia memilih pergi sendiri.
Sampai di tempat acara, Regina langsung masuk ke dalam Gedung tempat acara di adakan. Bertemu beberapa temannya di masa kuliah.
"Hay, Re, kirain gak dateng" ucap salah satu teman kuliahnya dulu, seorang perempuan cantik dengan gaun panjang yang di pakainya.
"Eh, aku datang dong kalo memang tidak ada halangan"
"Ayo masuk bareng, katanya sih suaminya itu bukan orang biasa. Dari kalangan atas juga, makanya acara pernikahannya saja begitu mewah seperti ini"
Regina mengangguk, melihat sekeliling Gedung ini, memang semuanya di atur dengan begitu mewah. Menatap ke arah pelaminan dimana dua mempelai sedang menyalami para tamu undangan. Senyum bahagia yang merekah menandakan kebahagiaan baginya.
Sial, Regina tidak bisa mengontrol pikirannya sekarang. Melihat kedua mempelai di atas pelaminan, dalam bayangannya itu adalah dirinya dan Arian. Ada sebuah harapan jika akhirnya dia dan Arian juga akan berada di atas pelaminan. Tapi, mungkinkah itu terjadi?
Ya ampun Regina, jangan berpikir terlalu jauh. Sekarang saja hubungan kamu dan dia tidak jelas. Bagaimana mungkin bisa sampai ke pelaminan.
"Ayo kita temui pengantinnya"
Regina naik ke atas pelaminan, menyalami teman kuliahnya dulu. "Selamat atas pernikahannya ya, semoga bahagia selalu"
"Iya Re, terima kasih"
Ketika Regina turun dari pelaminan, dan ingin menuju stand makanan. Tapi langkah kaki langsung terhenti, membeku di tempat dalam seketika. Melihat satu keluarga yang datang ke acara ini.
Regina langsung menunduk penuh rasa hormat ketika keluarga itu melewatinya. Namun, sama sekali tidak ada yang menyapanya. Hanya si Ibu yang tersenyum saja.
Seorang pria yang berjalan di belakang Kakek dan Neneknya, melirik ke arah Regina dengan tatapan yang sulit di artikan. Sejenak mata mereka saling bertatapan, sebelum dia kembali teralihkan oleh perempuan yang merangkul lengannya.
"Kak Arian, ayo"
"I-iya"
Regina berbalik ketika Arian melewatinya, menatap punggung tegap pria itu dengan lekat. Perempuan yang berada di samping Arian, tentu menjadi perhatian pertama yang Regina lihat. Siapa dia? Regina merasa ini bukan hanya sekadar saudara atau teman. Melihat tatapan perempuan itu pada Arian, jelas menunjukan tatapan yang begitu dalam.
Regina tidak jadi mengambil makanan, karena selera makan dan rasa lapar langsung hilang dalam sekejap ketika dia melihat Arian bersama perempuan lain. Masuk ke dalam mobil, Regina menyandarkan kepalanya di kemudi. Napasnya naik turun.
"Siapa perempuan itu? Ya Tuhan, aku tidak suka melihatnya bersama perempuan lain. Aku cemburu"
Tidak bisa menyangkal, karena sejak awal Regina memang mencintai Arian lebih dulu. Sudah sejak malam dimana mereka bermalam bersama, dan Regina menyadari jika perasaannya itu adalah sebuah cinta.
Regina kembali melajukan mobilnya, pergi ke Kantor karena setelah dari acara pernikahan temannya, memang dia berencana pergi ke Kantor untuk menghadiri rapat. Itulah sebabnya dia tidak menggunakan gaun pesta yang terlalu wah.
"Evelina? Apa mungkin perempuan itu adalah Evelina yang menghubunginya beberapa waktu lalu? Apa hubungan mereka sebenarnya?"
Ah, Regina jadi bingung sendiri memikirkan hubungan diantara Arian dan perempuan tadi. Dadanya bergemuruh, dia tidak suka melihat Arian bersama perempuan lain. Regina cemburu, dan dia tidak akan memungkiri itu.
*
Arian mengedarkan pandangan, mencari sosok perempuan yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Sama sekali tidak mengira jika acara pernikahan ini adalah acara pernikahan yang sama dengan teman Regina yang pernah dia ceritakan waktu itu.
Sial, kenapa bisa seperti ini? Kemana dia sekarang?
Pandangan mata tidak menemukan sosok yang dia cari. Membuat Arian gelisah, belum lagi ponselnya yang lupa dia bawa di kamarnya, sepertinya ponselnya juga dalam keadaan mati.
"Ah, Tuan Demitri apakah ini calon menantu Demitri?" tanya seorang rekan kerja yang datang menghampiri Kakek.
"Ah, tentu. Ini adalah Evelina, calon tunangan Arian"
"Begitu ya, cantik sekali sangat cocok dengan Tuan Muda"
Arian hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi. Melirik perempuan disampingnya yang terus tersenyum dengan pujian-pujian yang dilontarkan untuk dirinya.
Evelina, seorang anak dari Pengusaha cukup terkenal di Luar Negara bernama Reynan. Perjodohan sudah di atur kedua orang tua sejak mereka masih kecil. Evelina adalah anak terakhir dari pasangan Reynan dan Delia. Perjodohan ini dilakukan oleh mendiang Ayah Arian, Lionard dan Reynan. Mereka merupakan sahabat sejak jaman kuliah hingga sekarang Perusahaan mereka juga masih menjalin kerja sama.
Dan saat ini, Evelina sengaja datang untuk menemui calon tunangannya. Selain adanya pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya di salah satu Perusahaan di Negara ini. Orang tua Evelina juga meminta dirinya untuk segera menemui Arian.
"Kak Arian, nanti kita pergi buat ambil cincin"
Arian menoleh sekilas, hanya menjawab dengan deheman saja. Evelina tidak terlalu tersinggung dengan sikap Arian, karena dia sudah terbiasa dengan sikap dinginnya ini. Evelina hanya berpikir jika mungkin Arian belum siap dengan perjodohan ini.
Setelah dari acara pernikahan ini, Arian dan Evelina pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin pertunangan mereka yang sudah disiapkan. Tersemat nama mereka berdua di cincin itu. Tentu dengan harga yang tidaklah murah.
"Bagaimana Kak? Bagus 'kan?" ucap Evelina sambil menunjukan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Arian hanya mengangguk, sama sekali tidak menjawab apapun. Aura dingin terlihat jelas bagi semua orang di sekitarnya.
"Punya Kak Arian coba juga"
Evelina mengambil cincin dengan ukuran lebih besar milik Arian, menarik tangan kirinya dan memasangkan di jari manisnya.
"Punya Kak Arian juga sudah pas, bagus banget ya. Ah, aku tidak sabar untuk hari pertunangan kita"
Arian tidak menjawab, dia melepas cincin yang melingkar di jari manisnya dan meletakan kembali ke dalam kotak.
"Cepat, aku harus pergi. Ada urusan"
"Em, i-iya Kak"
Evelina segera melepas cincinnya juga dan menyimpan kembali di dalam kotak. Setelah menyelesaikan pembayaran, mereka segera pergi dari toko perhiasan itu.
"Kak tunggu" teriak Evelina saat langkah kaki Arian begitu cepat dan meninggalkannya. "Ck, Kak Arian ini masih saja begitu dingin seperti dulu"
Bersambung
Satu bab dulu gengs.. gue tumbang beneran🤧
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari