Di kehidupan sebelumnya, Emily begitu membenci Emy yang di adopsi untuk menggantikan dirinya yang hilang di usia 7 tahun, dia melakukan segala hal agar keluarganya kembali menyayanginya dan mengusir Emy.
Namun sayang sekali, tindakan jahatnya justru membuatnya makin di benci oleh keluarganya sampai akhirnya dia meninggal dalam kesakitan dan kesendiriannya..
"Jika saja aku di beri kesempatan untuk mengulang semuanya.. aku pasti akan mengalah.. aku janji.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Sebulan setelah kejadian yang merenggut kepercayaan ayah dan kakaknya, Emily memutuskan untuk keluar dari rumah itu.
Nampaknya empat tahun sudah cukup untuk menyadarkan dirinya bahwa pengganti dirinya dalam keluarganya ternyata lebih baik dari pada dirinya sendiri.
'Seharusnya aku sadar lebih cepat agar harapanku pada mereka tidak membesar'
"Nona.. mengapa Nona membawa banyak barang?," tanya Reyhan yang melihatnya keluar dengan dua koper di tangannya.
"Apalagi? Lihat saja mereka, pergi ke luar negeri tanpa aku.. kehadiranku tidak dibutuhkan kan? Minggir!"
Emily tak menghiraukan panggilan sopir keluarganya, dia menghentikan taksi dan pergi dari sana.
Tadi malam dia diam-diam mendengar ayahnya yang memberitahukan Kakak dan Emy agar bersiap ikut dengannya dalam perjalanan bisnis.
"Biarkan saja Emily tinggal,"
"Tapi yah.."
"Ayah tidak mau ada keributan ketika tiba disana Emy.."
Begitulah bagaimana Emily memilih mengepak semua barang, mengosongkan kamarnya dan pergi dari sana.
Langkahnya kembali ke daerah kecil dekat panti asuhan dimana dulu dia tinggal setelah di temukan hanyut di sungai oleh salah satu biarawati.
"Silahkan dilihat kamarnya," ucap pemilik gedung sewa yang salah satu kamarnya akan Emily tempati mulai sekarang.
"Oke, aku ambil kamar ini," ucap Emily dan memberikan sejumlah uang pembayaran sesuai kesepakatan mereka.
"Huh.. setidaknya lukisan ibu sudah ada di tanganku"
Dia mengeluarkan sebuah lukisan yang setengah jadi, itu adalah karya terakhir dari sang ibu sebelum dia meninggal.
Itu adalah lukisan seorang wanita berbaju tradisional China, dia sedang menggendong dua anak di pelukkan nya, anak-anak itu terlihat begitu polos dan imut.
Ibunya lahir dari keturunan China, semasa hidupnya dia melukis banyak hal dan memajangnya di museum, namanya terkenal di karangan pelukis sampai akhirnya dia meninggal akibat kanker lambung stadium akhir.
"Mari kita selesaikan lukisan ibu.."
Dari lukisan sang ibu, Emily mulai mempelajari teknik melukis, dia hanya berharap bisa menyelesaikan lukisan itu dengan baik namun yang tak di sangka adalah lukisannya di beli oleh beberapa kolektor dengan harga fantastis.
Padahal itu semua adalah lukisan asal yang dibuat saat belajar, namun ketika dia mempostingnya di web, banyak yang tertarik dan membelinya.
[Saya ingin memesan lukisan]
[Bisakah saya mengusulkan lukisan apa yang akan dibuat? Saya bayar dua kali lipat]
[Apa karya Di balik cerah bulan masih belum di beli? Berapa harganya? Saya ingin membelinya]
Begitulah bagaimana Emily mendapat kembali modalnya untuk belajar melukis ditambah keuntungan.
Kuliah? Selama setahun itu dia tak berkuliah, hanya fokus pada belajar melukis, mungkin hasil dari usahanya terbayarkan sekarang.
Namanya disamarkan menjadi Daisy, dia benar-benar terkenal sebagai pelukis berbakat.
Dua tahun lamanya dia mengambil banyak proyek dan membesarkan nama Daisy sebagai jajaran dari pelukis terkenal sampai akhirnya dia berhenti karna mengalami penyakit yang sama dengan sang ibu.
"Maaf Nona, kanker ini termasuk ganas dan sudah masuk stadium tiga, anda bisa melakukan kemoterapi namun saya tidak menjamin sel nya akan benar-benar musnah"
Disaat ini Emily menyesal karna mengabaikan kesehatannya, begadang tiap malam, makan makanan tidak sehat dengan jadwal yang tidak teratur dan yang lebih penting adalah dia tidak menikmati hidupnya seperti berfoya-foya diluar sana.
"Baik dok, berikan saya obat saja, saya juga merasa sudah sangat capek, sepertinya saya tidak akan tahan dengan efek samping kemo"
Itulah keputusan Emily, 23 tahun hidupnya akan segera berakhir, lebih baik dia menghabiskan uangnya untuk menikmati waktu yang tersisa.
***
Di sisi lain, keluarga Hambert yang mengalami kebangkrutan mencoba meminta bantuan dari perusahaan Hilton.
"Mau bagaimana lagi? Mereka ingin Emily sebagai calon pengantinnya, kita harus membujuk anak itu untuk kembali"
Tuan Gerson tidak percaya dengan permintaan Tuan Sander, kemarin dia sudah menawarkan Emy sebagai calon pengantin anaknya namun di tolak mentah-mentah.
"Saya tidak tertarik dengan anak angkat, meski mereka memiliki nama belakang yang sama dengan anda namun mereka tetap orang luar, saya menghormati ikatan keluarga, oleh sebab itu saya ingin anak kandung anda Tuan Gerson.."
Itulah yang dikatakan oleh Tuan Sander selaku Direktur utama grup Hilton yang memiliki banyak cabang perusahaan di berbagai bilang yang tersebar hampir di seluruh benua Eropa dan Asia.
"Lebih baik kita semua pergi menjemputnya sekarang, Emy.. memohon lah padanya agar dia kembali, dia pergi karna tidak menyukaimu bukan? Meski dia egois namun sekarang kita membutuhkannya"
Emy menganggukkan kepalanya, sejak lulus Kuliah dia mencoba menjadi pelukis agar bisa meneruskan jejak Nyonya Hambert, namun bakat tidak dapat dimanipulasi, memang benar bahwa nilai akademiknya bagus, namun dia sama sekali tidak memiliki bakat dalam melukis.
Ethan yang menjadi tangan kanan sang ayah juga tidak terlalu fokus sehingga ada beberapa kesalahan dalam data keuangan atau lebih tepatnya mereka menyadari ada koruptor dalam perusahaan Hambert namun tidak mengetahui siapa pelaku tersebut.
"Reyhan, siapkan mobil, kita akan pergi menjemput Emily," perintah Tuan Gerson.
Mereka memang sudah tahu keberadaan Emily sejak anak itu pergi dari rumah, namun mereka mengabaikannya, berfikir bahwa dia akan kembali dengan sendirinya sampai akhirnya melupakannya.
Saat mobil mereka tiba, ternyata kamar yang di sewa Emily harus melalui rangkaian gang kecil dan tangga, mobil sama sekali tidak bisa masuk.
"Kamu tunggu disini saja Reyhan," ucap Tuan Gerson kemudian pergi dari sana.
Tangga-tangga itu nampaknya sangat menyusahkan bagi Emy, jadi dia memutuskan untuk menunggu di bawah.
Hanya Tuan Gerson dan Ethan yang naik, berharap Emily ada di kamarnya.
Tok tok tok..
Sudah hampir 10 menit mereka mengetuk pintu nomor 12 namun Emily tak kunjung keluar dari sana.
"Apa kalian mencari gadis di kamar itu? Tadi aku melihatnya keluar, sepertinya pergi ke toko depan karna dia hanya memakai pakaian biasa," ucap penyewa dari kamar 17 yang baru keluar dari kamarnya.
Alhasil mereka berdua harus turun karna toko yang menyediakan segala kebutuhan hanya ada satu disana, pastilah Emily akan pergi kesana.
Disaat keduanya menuruni tangga, Emy berhasil melihat sosok Emily yang berjalan keluar dari toko, terdapat banyak snack dan bir dalam plastik belanjaannya.
"Emily!," teriak Emy namun tak di dengar oleh Emily, hal itu karna telinga kanan Emily sudah tidak bisa berfungsi, tidak ada yang tahu akan kebenaran itu.
Ayah angkat kedua Emily yang menjadikannya seperti itu, dia melempar botol minuman dan serpihannya merusak gendang telinga kanannya.
Karna Emily terus berjalan, maka Emy memutuskan untuk mengejarnya, jarak mereka yang jauh membuat Emy tidak mampu mengejar karna asma yang di deritanya.
Untung saja Emily berhenti di depan sungai yang ada di sana, duduk di rerumputannya sambil mulai membuka makanan ringan serta bir yang telah di beli.
"Emily.. Huh huh.. kenapa kamu gak berhenti sih," ucap Emy sambil mengatur nafasnya yang mulai tak karuan.
"Emy? Mengapa kamu disini?," tanya Emily.
Emy tak langsung menjawab, dia duduk disampingnya dan meminum setengah sekaleng bir yang di pegang oleh Emily.
"Ayo pulang yuk"
'Nih anak gila ya?'
Emily tak habis pikir, mengapa orang yang paling dia benci datang di masa hidupnya tinggal sedikit dan dengan santainya mengajaknya pulang.
"Kamu gila ya? Ngapain aku pulang, pulang aja sana.. ayah dan kak Ethan pasti nyariin kamu," ujar Emily dengan nada cuek.
"Ayah yang nyuruh kamu pulang, pulang yuk.."
Sekali lagi Emy mencoba membujuknya.
"Gak mau, pulang buat jadi bayangan kamu? Haha"
Emily tak berharap untuk dicintai oleh mereka lagi, dia sungguh-sungguh telah menyerah dengan hidup tanpa keluarga yang memperhatikannya.
"Nah itu ayah dan kakak sudah datang.."
Emy menunjuk dan mulai berdiri untuk menghampiri mereka, dia tidak sadar bahwa di depannya ada tanah basah yang agak licin tanpa adanya rumput.
"Akhhh"
Emy terjatuh ke sungai ditengah cuaca yang mulai memasuki musim dingin itu.
"Emy!!!" Teriak Tuan Gerson dan Ethan bersamaan.
Emily? Dia tak cukup cepat untuk mencegah kejadian itu.
Ethan melepaskan kemejanya, menyisahkan kaos dalam dan menyelam menyelamatkan Emy, sedangkan Tuah Gerson?
Sudahlah.. pria itu menatap Emily seolah dia adalah tersangkanya.
"Dia jatuh sendiri loh, bukan aku yang dorong"
Emily tak berdiri, dia memilih menonton keharmonisan mereka sambil terus meneguk birnya.
"Bagus.. kamu gak memperingatkan Emy atau memang kamu sengaja supaya dia jatuh?"
Yap, Emily tak terkejut dengan tuduhan ayahnya, dia tersenyum lalu berdiri.
"Kalau memang itu yang ayah pikir, yasudah.. untuk apa aku membela diri jika tidak ada yang percaya, lagi pula untuk apa kalian kemari? Menjemputku? Maaf, aku tidak tertarik untuk tinggal dengan kalian"