Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Keadaan Mendesak
"Baiklah! Kamu sudah dewasa dan memiliki kuasa menentukan jalan hidup kamu seperti apa dan apa yang membuat kamu nyaman. Kakek mendukung kamu," ucap Mizwar yang membuat Arcilla tersenyum.
"Rasyid kamu antarkan Cilla untuk pulang kerumah. Saya setelah ini harus bertemu dengan tuan Saka," titah Mizwar.
"Tetapi bagaimana dengan Bapak?" tanya Rasyid tidak akan puas jika bukan dia sendiri yang mengawasi majikannya.
"Pertemuannya hanya di kantor, kamu tidak perlu khawatir dan setelah mengantarkan Cilla kamu bisa kembali kekantor," ucap Mizwar.
"Baiklah!" sahut Rasyid.
"Mari Nona silahkan," titah Rasyid.
"Cilla menunggu Kakek di rumah. Cilla punya sesuatu untuk Kakek," ucapnya yang terlihat begitu semangat.
"Kakek akan secepatnya pulang," jawab Mizwar membuat Cilla menganggukkan kepala dan mencium punggung tangan kakeknya itu kemudian langsung pergi.
Tiba di parkiran Rasyid membukakan pintu mobil untuk Cilla.
"Silahkan Nona!" titah Rasyid yang melihat majikannya itu tampak bengong yang tidak masuk mobil.
"Kamu yang menyetir?" tanya Cilla.
"Benar Nona,"
"Jadi hanya berdua saja?" tanyanya lagi. Rasyid kembali menganggukan kepala.
"Kenapa harus berdua, di mana asisten yang mengantarku tadi ke kantor?" tanya Cilla.
"Kakek memerintahkan beliau untuk menemui klien," jawab Rasyid.
"Jadi hanya berdua saja, ya sudahlah ini juga keadaannya mendesak," batin Cilla yang memasuki mobil.
Cilla sama seperti kakeknya yang dikenal kepatuhan kepada agama. Cilla hanya merasa tidak nyaman jika berada di mobil dengan pria yang bukan mahramnya. Tetapi itu adalah perintah dari kakeknya. Cilla juga tidak bisa melakukan apapun dan mungkin keadaannya juga mendesak.
Cilla berada di dalam mobil terlihat membaca buku dan sementara Rasyid yang menyetir dengan profesional. Jika bersama dengan Mizwar di dalam mobil yang pasti mereka sering mengobrol karena Mizwar memang orangnya sering mengobrol.
Berbeda dengan Cilla memilih untuk memiliki kesibukan yang lain dan Rasyid juga tidak mungkin mengajak cucu dari majikannya itu mengobrol karena itu sangat tidak sopan.
Kediaman Mizwar.
Diruang tamu yang mewah itu terlihat dua anak muda yang tampan dan seorang pria tampak frustasi berdiri sejak tadi dengan mondar-mandir dengan berkacak pinggang.
"Lihatlah Papa lebih mementingkan mendonasikan uangnya ke kabupaten Asahan dibandingkan menambah modal untuk proyek bisnisku," ucap Ramos yang terlihat begitu kesal.
"Mas seharusnya membicarakan ini dengan papa dan jangan menyalahkanku," sahut Miska.
"Bagaimana aku tidak menyalahkan kamu. Kamu sebagai anak seharusnya bisa berbicara dengan ayah kamu. Kita sudah menikah puluhan tahun dan bahkan sudah punya 3 anak dewasa. Tetapi Ayah kamu tidak pernah memberiku kepercayaan untuk berpartisipasi di Perusahaan dan tetap saja menjadikanku sebagai orang lain yang harus berusaha sendiri," keluh Ramos.
"Papa selalu memberi. Mas banyak kesempatan. Tetapi Mas yang tidak memegang kesempatan itu dengan baik," sahut Miska.
"Kamu akan selalu berbicara seperti ini dan kamu tidak tahu betapa berusahanya aku selama ini dan ini juga demi masa depan anak-anak kita!" tegas Ramos.
"Asalamualaikum!" sapa Cilla yang baru sampai rumah.
"Walaikum salam," sahut orang-orang yang ada di ruang tamu tersebut.
Ramos mencoba mengendalikan emosinya dengan membuang nafasnya perlahan ke depan. Cilla tersenyum dengan mencium punggung tangan Ramos dan juga Miska dan sementara Cilla hanya menyapa dengan tersenyum pada 2 sepupunya Roby dan Arbil.
"Kamu kapan tiba Cilla?" tanya Miska tampak begitu ramah.
"Baru 3 jam yang lalu. Cilla juga tadi ke kantor menemui Kakek," jawabnya.
"Bagaimana kehidupan kamu di Jerman?" tanya Arbil.
"Alhamdulillah kehidupan di sana sangat baik, disana juga sudah banyak sekali muslim dan Cilla bisa beradaptasi dengan baik, walau terkadang masih kesulitan dalam masalah makanan, tetapi Alhamdulillah Allah selalu memberi jalan," jawab Cilla.
"Alhamdulillah," sahut Miska.
"Om Ramos kenapa wajahnya ditekuk seperti itu?" tanya Cilla yang melihat pria itu memang tampak kesal.
"Tidak apa-apa. Biasalah masalah pekerjaan yang sangat banyak. Kamu pasti lelah dan langsung saja ke kamar," jawab Ramos tersenyum datar.
"Baiklah kalau begitu Cilla ke kamar dulu," ucap Cilla dengan tersenyum yang langsung berpamitan menaiki anak tangga.
"Mama dan Papa seharusnya tidak bertengkar hanya karena ini. Lihatlah hampir saja Cilla mendengar protes Papa terhadap Kakek," ucap Robby.
"Makanya kamu juga sebagai anak harus menunjukkan kepada Kakek kamu kualitas kamu di Perusahaan. Kamu juga lama-lama tidak ada harga dirinya sebagai cucu pemilik Perusahaan terbesar dan kamu sama saja dengan karyawan biasa," ucap Ramos yang malah menyalahkan putra sulungnya.
Sementara Arbil sejak tadi hanya diam saja yang sepertinya juga tidak tertarik berurusan dengan Perusahaan keluarganya yang sangat besar dan penuh persaingan.
"Semuanya sama saja, tidak tahu apa yang aku inginkan di rumah ini," ucapnya yang terlihat begitu kesal dan langsung meninggalkan ruang tamu.
"Mama coba bicara dengan Kakek. Apa salahnya kakek pensiun dari kepemimpinannya dan mengalihkan semua kepada Papa. Roby pusing setiap hari mendengarkan ocehan Papa dan Robi yang disalahkan terus-menerus," ucap Roby memberi saran kepada ibunya.
"Kak Roby tidak harus menyalahkan Mama seperti itu. Mama sudah mengatakan alasannya," sahut Arbil sangat tidak suka jika ibunya dikaitkan. Miska hanya menghela nafas saja.
*****
Meja makan yang dipenuhi dengan makanan yang sangat lezat-lezat, tampak beberapa pelayan yang berdiri di meja makan yang melayani para penghuni rumah tersebut yang termasuk Cilla yang baru saja menuruni anak tangga.
"Nona mau makan pakai lauk apa?" tanya pelayan tersebut yang berdiri di sebelahnya.
"Saya ambil sendiri saja," ucapnya yang tidak ingin merepotkan siapa-siapa.
"Bibi sendoknya dilap dengan tisu," sahut Lulu dengan suara manjanya.
Pelayan tersebut langsung menuruti perintah majikannya. Lulu merupakan anak bungsu dari Ramos dan Miska.
"Apa Kakek belum pulang?" tanya Cilla yang melihat absennya tuan rumah tersebut.
"Assalamualaikum!" sapa Mizwar yang ditunggu-tunggu sejak tadi yang akhirnya kembali.
"Walaikum salam. Kakek!" sahut Cilla tampak begitu senang dan Mizwar seperti biasa tidak sendiri melainkan dengan pengawal pribadinya Rasyid.
"Maaf Kakek lama kembali ke rumah," ucap Mizwar yang hendak duduk setelah kursinya ditarik oleh Rasyid.
"Tidak apa-apa. Pa, kami baru saja memulai makan malam," sahut Miska.
"Rasyid kamu duduklah dan nikmati makan malam bersama kami," ucap Mizwar.
"Sejak kapan Bodyguard harus makan bersama majikannya," gumam Roby yang tampak begitu sewot.
Suaranya mungkin tidak terdengar keras tetapi Miska yang berada di sampingnya mendengar semua itu dan langsung menyenggol putranya itu.
Cilla juga mendengarkan celotehan sepupunya yang tidak menyukai hal tersebut.
"Maaf Pak. Saya harus kembali ke kamar karena masih ada yang harus saya kerjakan," jawab Rasyid menolak permintaan majikannya itu dan pasti sangat segan jika makan bersama keluarga besar itu.
"Baiklah, pelayan akan secepatnya mengantarkan makanan kamu," ucap Mizwar membuat Rasyid menganggukkan kepala dan sebelum pergi dia menundukkan kepala terlebih dahulu.
"Ayo Cilla kamu nikmati makanannya," ucap Mizwar yang membuat Cilla menganggukkan kepala.
"Lulu kamu sudah dewasa dan tidak seharusnya makan disuapi seperti itu dan kamu sibuk bermain ponsel!" tegur Mizwar melihat cucunya itu memang agak lain bisa-bisanya tangannya dan matanya fokus pada ponsel dan mulutnya yang makan dengan disuapi oleh pelayan.
"Mereka dibayar untuk bekerja," jawab Lulu yang membuat Mizwar hanya geleng-geleng kepala.
Lulu memang sangat manja dan apa-apa selalu melibatkan pelayan di rumah tersebut. Dia merasa begitu sangat kaya karena memiliki Kakek dengan kekayaan nomor 1 di Indonesia dan siapa yang tidak bangga, hanya ingin memanfaatkan kekayaan tersebut untuk hidupnya.
Bersambung.....
penuh rahasia