NovelToon NovelToon
PANASNYA CINTA MASS ADI

PANASNYA CINTA MASS ADI

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ELLIYANA

" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.

Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.

Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.

" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#2 Tiket

Ku tuntun sepeda ku yang sudah koyak ban depan dan ban belakang nya, Aku kesal sampai sepanjang jalan aku mengutuki anak tetangga ku itu.

Sesampainya di rumah, Aku sengaja naruh sepeda ku di pojok halaman tepat di bawah pohon mangga yang biasa di bikin tempat timbunan barang bekas oleh nenek ku.

" udah pulang Tiara" sapa nenekku begitu aku nongol di depan pintu.

" Iya Nek..." jawab ku singkat langsung masuk setelah mengucapkan salam aku menuju dapur.

Sampai di dapur aku langsung minum dua gelas air, " gimana sekolah nya ini hari?" tanya Nenek dari belakang.

" Hmmm baik nek " jawab ku seadanya saja.

" Ibu mana nek ?" tanya ku karena tidak melihat ibuku.

" Ibumu pergi ke pelabuhan katanya Ayahmu pulang hari ini " jawab nenek.

Aku diam. Entah udah yang keberapa kalinya ibu ke pelabuhan, katanya ayah pulang tapi setiap ibu balik kerumah selalu sendiri tidak ada ayah bahkan aku sendiri sudah hampir lupa punya ayah apa nggak.

Aku pergi kekamar untuk ganti baju, aku tidak bisa berbuat apa-apa soal ibu. Kalau di bilang aku nggak mengharapkan kehadiran ayah itu bohong justru aku yang kepengen kali ketemu ayah dari umur dua bulan aku di tinggal sampai sekarang belum pernah ketemu paling cuma lewat video call apa itu puas tidak kataku aku tidak puas karena belum bertemu langsung.

Sore pukul empat setelah azan ashar ibuku sampai di rumah, kalian tahu keadaan nya tetap sama pulang cuma bawa air mata bukan bawa ayah pulang. Aku kesal cuma apa yang bisa aku lakukan, aku cuma anak kecil yang nggak akan di dengar usulannya.

Aku cuma bisa duduk menatap kesedihan ibuku, entah apa yang di harapkan lagi. Kalau firasat aku bilang ayah tidak akan pernah pulang ya itu firasat aku yang bilang.

" Buk Mas Marji kayak nya memang udah lupa sama aku dan Tiara" ucap ibu sambil nangis ngadu sama nenek ku.

Dengar itu rasanya aku pengen ketawain ibu, sudah bertahun-tahun lamanya kok baru sadar sekarang jujur aku juga rindu plus benci sama ayahku sendiri biar kata orang itu dosa tapi aku nggak perduli.

Seperti biasa ibu pasti nggak akan selera makan kalau habis pulang dari pelabuhan dan akan berlangsung tiga hari berturut-turut, akulah yang selalu merawat nya.

" Tiara " panggil ibuku.

" Iya buk.." jawab ku langsung masuk ke kamar nya kebetulan aku masih di ruang tamu.

" Tiara maafin ibuk ya nak" ucapnya saat sudah duduk diatas kasur.

" maaf untuk apa buk?" tanyaku.

" Hik....kayak nya ibuk sudah nggak sanggup nunggu ayahmu lagi" katanya lagi bikin aku diam coba menyelami perasaan nya.

" Ibu akan mengajukan pasah" sambungnya lagi.

" Iya Rahma itu keputusan bagus " jawab nenek yang nongol di balik kain penutup pintu.

Aku tahu harus jawab apa karena aku juga nggak ngerti apa-apa.

" Ibu iklas kalau aku cerai dari mas Sumarji?" ibu bicara sama nenek.

" iya Ibu iklas kok, sudah cukup lama dia meninggal kan mu kalau dari hukum agama dia juga sudah tidak punya hak karena tidak menafkahi kalian. Ibu mengerti Rahma, kamu bukan patung yang tidak punya keinginan cuma ibu minta setelah urusan mu selesai kalian tetap di sini karena hanya kalian yang ibu punya " tutur nenek panjang lebar, aku lihat nenek juga menghapus air mata dengan ujung baju kebaya lusuhnya.

Didalam kamar itu cuma sebagai pendengar, ada sedikit pelajaran yang bisa kuambil yaitu tentang penantian panjang ibu yang ternyata sia-sia dan yang paling aku nggak habis fikir kenapa ayahku bisa berbuat seperti itu.

Triing....."

Tiba-tiba ponsel ibu berbunyi, " ehh...ini mas Sumarji menelpon!" ucap ibuku setelah lihat nama yang tertera di layar ponsel nya.

" angkat saja kalau dia tanya ibu, bilang ibu sudah tidur" ucap nenek langsung keluar dari kamar.

Setelah kepergian nenek ibu menerima panggilan itu, " Assalamualaikum Rahma" terdengar suara dari ponsel ibuk.

" Wa'alaikumsalam Mas " jawab ibu.

" Maaf kan mas ya, mas nggak dapat tiket kapal" kata ayahku dari seberang.

" iya mas " jawab ibuk, entah itu jawaban pengertian entah itu hanya jawaban singkat yang tidak ingin pembahasan soal tiket itu berlanjut.

" Tiara mana?" tanya Ayahku dari seberang, aku yang juga merasa kecewa langsung bangkit dan berlari keluar kamar sebelum ibu sempat jawab aku ada di depan nya.

Aku langsung menuju kamar ku sendiri, hati ku capek aku langsung melebur diri di kasur tipis. Walau kerasa lumayan lah untuk penghilang penat dan sekaligus menggapai mimpi setinggi langit.

Apa yang di bicarakan ibu dan ayah aku nggak dengar, aku tertidur tampa mau memikirkan soal tiket ayah entah betul begitu atau nggak aku males mikir karena menurut logika ku bukan tiketnya yang nggak ada tapi memang ayah yang nggak niat pulang untuk aku dan ibu.

Pagi hari aku bangun tepat waktu setelah menjalani kewajiban, aku bantuin nenek nyapu halaman.

" Tiara masih gelap nggak usah nyapu dulu " ucap nenek melarang dan teguran itu setiap hari sama dengan kata-kata yang sama pula.

Ya aku seperti biasa tetap melakukan rutinitas walau hari masih sedikit gelap.

" Tiara uang jajan sekolah mu udah ibu taruh di atas TV" kata ibu yang keluar, aku tidak menjawab. seperti biasa lah ibu ku pergi pagi buta untuk bekerja mengais rejeki.

Pukul setengah enam aku sudah selesai dengan rutinitas ku kemudian mandi dan menggunakan baju seragam sekolah, tinggal sarapan trus lanjut pergi ke sekolah.

Begitu selesai sarapan aku pamit pada nenek, namun apes aku lupa kalau ban sepeda ku kempes gara gara di bocorin. Terpaksa aku jalan kaki pergi ke sekolah, jarak ke sekolah lumayan jauh.

Dengan kesal terpaksa aku berangkat jalan kaki, Ku ringankan langkahku demi untuk masa depan yang cerah, dalam hati aku bertekad harus jadi orang sukses agar bisa membahagiakan ibuku.

Banyak temen yang lewat, mereka hanya menegur dan tidak ada satupun yang menawarkan tumpangan. Aku sih slow aja memang adat mereka memang seperti itu tidak punya solidaritas sesama teman.

Sekolahan ku lumayan masih jauh, keringat mulai membasahi pipi ku, tapi semangat ku tidak kendur. Hingga terdengar suara motor di belakang mau tak mau sambil jalan aku menoleh, ternyata anak pak lurah yang ganteng nya di akuin seantero desaku.

Sejenak detak jantung ku kayak berhenti begitu liat senyumnya manis banget, " Mau saya antar Tiara" katanya menawarkan.

Deg....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!