NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

HARI PERNIKAHAN

Hari pernikahan itu tiba dengan suasana yang terasa menyesakkan bagi Alea. Ben tampak begitu tampan dalam balutan jasnya, senyumnya mempesona, namun Alea tahu ada sesuatu yang disembunyikannya. Gaun pilihan Ben terasa begitu indah di tubuhnya, namun juga terasa seperti kurungan yang mengikatnya. Ia masih tidak mengerti mengapa Ben terus berpura-pura menjadi kekasihnya, mengapa ia begitu ingin menikahinya.

Keraguan menghantui benaknya. Ia ingin sekali melarikan diri, namun Ben telah mengurungnya, menjauhkannya dari dunia luar. Setiap sudut apartemen terasa seperti penjara baginya. Ia merasa seperti boneka yang dikendalikan oleh Ben, dipaksa untuk memainkan peran yang tidak ia inginkan.

Saat Alea berjalan menuju altar, ia merasa seperti berjalan menuju kematian. Setiap langkahnya terasa berat, setiap tatapan mata terasa menghakimi. Ia melihat Ben menunggunya di ujung sana, senyumnya begitu menawan.

Di altar, Ben menggenggam tangannya erat. Sentuhannya terasa dingin dan asing. Alea mencoba menarik tangannya, namun Ben menggenggamnya semakin erat, seolah tidak ingin melepaskannya. Ia menatap mata Ben, mencari secercah kebenaran, namun yang ia temukan hanyalah kegelapan.

"Alea, apakah kamu bersedia menjadi istriku?" tanya Ben dengan suara lembut.

Alea terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia ingin sekali berteriak, mengatakan bahwa ia tidak ingin menikah dengannya, namun suaranya tercekat di tenggorokan. Ia merasa seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tidak berujung.

"Alea?" Ben kembali bertanya, senyumnya mulai menghilang.

Alea menatap para tamu undangan, mencari pertolongan. Namun, semua mata tertuju padanya, menunggu jawabannya. Ia merasa sendirian, terisolasi, dan putus asa.

Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia tidak bisa lagi menahan semuanya. Ia menggelengkan kepalanya pelan. "Aku... aku tidak bisa," bisiknya lirih.

Ben terkejut. Senyumnya hilang sepenuhnya, digantikan dengan ekspresi marah dan kecewa. Ia mencengkeram tangan Alea semakin erat, membuat Alea meringis kesakitan.

"Apa yang kamu katakan?" tanya Ben dengan suara mengancam.

Senyum Ben menghilang sepenuhnya, digantikan dengan tatapan dingin yang membuat Alea merinding. Genggamannya di tangan Alea semakin kuat, hingga Alea merasakan sakit yang menusuk. Kelembutan yang selama ini ia lihat seolah menguap, menyisakan sosok yang asing dan menakutkan.

"Apa ingatanmu sudah kembali, Alea?" tanya Ben dengan suara rendah dan mengancam.

Alea terkejut. Pertanyaan itu membuatnya bingung dan takut sekaligus. Alea lupa bahwa dia sedang berpura-pura amnesia. 

"Aku... aku tidak mengerti," jawab Alea dengan suara bergetar.

Ben menyeringai sinis. "Kau pikir aku bodoh? Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau sudah mengingat semuanya?"

Alea menggelengkan kepalanya. "Aku benar-benar tidak tahu apa yang kau bicarakan, Ben. Tolong, jangan sakiti aku."

Ben semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Alea, matanya berkilat marah. "Kau pikir aku menyakitimu? Aku hanya ingin kau kembali menjadi Alea yang dulu, Alea yang mencintaiku." Ucap Ben berbohong.

"Tapi aku tidak mencintaimu!" seru Alea dengan berani. "Aku tidak tahu siapa Alea yang kau maksud, tapi aku tahu aku tidak mencintaimu."

Ben terdiam sejenak, seolah merenungkan kata-kata Alea. Kemudian, ia tertawa pelan, namun tawa itu terdengar lebih seperti ancaman daripada kebahagiaan.

"Baiklah, Alea," kata Ben dengan nada yang lebih tenang. "Jika itu yang kau inginkan, aku akan membantumu mengingat semuanya. Aku akan membuatmu kembali mencintaiku, meskipun itu harus dengan cara yang sedikit... berbeda."

Ben melepaskan genggamannya dari tangan Alea, namun ia tidak menjauh. Ia justru meraih dagu Alea dan mengangkatnya, memaksa Alea untuk menatap matanya.

"Kau milikku, Alea," bisik Ben dengan suara serak. "Selamanya."

Tanpa peringatan, Ben menarik Alea mendekat dan menciumnya dengan kasar. Bibirnya menekan bibir Alea dengan kuat, seolah ingin menghapus semua penolakan dan keraguan darinya. Alea mencoba memberontak, mendorong dada Ben sekuat tenaga, namun Ben terlalu kuat untuknya.

Ciuman Ben terasa seperti serangan, bukan ungkapan cinta. Alea merasa sesak dan kewalahan. Ia mencoba memalingkan wajahnya, namun Ben menahan kepalanya dengan kedua tangannya, membuatnya tidak bisa menghindar. Air mata kembali mengalir di pipinya, bercampur dengan air mata yang sudah ada.

Di tengah ciuman paksa itu, Alea merasa seperti jiwanya tercabik-cabik. Ia merasa kehilangan kendali atas dirinya sendiri, menjadi objek yang diperlakukan semena-mena. Ia merasa jijik, marah, dan putus asa.

Akhirnya, setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Ben melepaskan ciumannya. Alea terhuyung ke belakang, mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Bibirnya terasa perih dan bengkak, hatinya hancur berkeping-keping.

"Sekarang kau ingat?" tanya Ben dengan nada mengejek. "Apakah ciuman ini membangkitkan ingatanmu?"

Alea menggelengkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir. "Tidak," jawabnya dengan suara parau. "Aku tidak ingat apa-apa. Aku hanya merasa jijik padamu."

Ben tertawa mendengar jawaban Alea. "Kau akan mengingatnya, Alea. Cepat atau lambat, kau akan mengingat semuanya. Dan saat itu tiba, kau akan berterima kasih padaku."

Ben berbalik menghadap Alea lagi, tatapannya dingin dan penuh tekad. "Kau masih ingin menolakku?" tanyanya dengan nada merendahkan. "Kau pikir dengan menolakku, kau bisa bebas dariku?"

Alea menatap Ben dengan berani, meskipun hatinya dipenuhi ketakutan. "Aku tidak akan pernah mencintaimu, Ben. Kau tidak bisa memaksaku."

Ben tertawa sinis. "Kau salah, Alea. Aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan. Dan aku menginginkanmu. Kau milikku, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu."

Ben melangkah mendekat ke arah Alea, membuatnya mundur beberapa langkah. Alea merasa terpojok, tidak ada jalan keluar. Ia tahu, Ben tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja setelah semua yang telah kita lalui?" lanjut Ben dengan nada mengancam. "Kau pikir aku akan membiarkanmu bersama pria lain? Tidak akan pernah."

Alea menggelengkan kepalanya dengan putus asa. "Kau gila, Ben. Kau tidak bisa mengurungku seperti ini selamanya."

"Oh, bisa," jawab Ben dengan senyum licik. "Aku bisa melakukan apa saja untukmu, Alea. Bahkan jika itu berarti mengurungmu di sini selamanya."

Ben semakin mendekat, hingga Alea bisa merasakan napasnya di wajahnya. Alea memejamkan matanya, pasrah dengan apa yang akan terjadi. Ia tahu, ia tidak bisa melawan Ben. Ia terlalu kuat, terlalu berbahaya.

"Kau akan menjadi istriku, Alea," bisik Ben di telinganya. "Cepat atau lambat, kau akan menerimanya. Dan saat itu tiba, kau akan berterima kasih padaku."

Ben kemudian meraih tangan Alea dan menariknya mendekat. Alea membuka matanya dan menatap Ben dengan tatapan kosong. Ia merasa seperti boneka yang tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri.

"Sekarang, mari kita lanjutkan pernikahan ini," kata Ben dengan senyum kemenangan. "Tidak ada gunanya menolakku, Alea. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu."

Dengan hati hancur dan tanpa daya, Alea hanya bisa pasrah saat Ben menariknya kembali ke altar. Air matanya terus mengalir, namun ia tidak lagi berusaha untuk melawan. Ia merasa seperti telah kehilangan segalanya, termasuk harapan untuk bebas.

Para tamu undangan menatap mereka dengan tatapan bingung dan khawatir, namun tidak ada yang berani untuk bertindak. Mereka semua tahu betapa berbahayanya Ben, dan mereka tidak ingin ikut campur dalam urusannya.

Pernikahan pun dilanjutkan dengan suasana yang tegang dan mencekam. Alea mengucapkan janji suci dengan suara bergetar, tanpa sedikit pun rasa cinta atau kebahagiaan. Ia merasa seperti sedang mengucapkan sumpah palsu, mengkhianati dirinya sendiri.

Ben, di sisi lain, tampak puas dan bahagia. Ia menggenggam tangan Alea erat, seolah takut Alea akan melarikan diri. Senyumnya mengembang saat ia mengucapkan janji sucinya, dengan keyakinan palsu bahwa Alea akan menjadi miliknya selamanya.

Setelah resmi menjadi suami istri, Ben mencium Alea dengan lembut, namun Alea tidak merasakan apa-apa selain jijik dan ketakutan. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk tidak merasakan sentuhan Ben.

Pesta pernikahan dilanjutkan dengan suasana yang kaku dan tidak nyaman. Alea hanya bisa duduk diam di samping Ben, tersenyum palsu kepada para tamu undangan. Ia merasa seperti berada di dalam sangkar emas, terkurung dalam pernikahan yang tidak ia inginkan.

Malam itu, di kamar pengantin, Alea merasa seperti mimpi buruknya baru saja dimulai. Ia tahu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Ia telah menjadi istri Ben, dan ia tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar dari pernikahan ini.

Ben mendekati Alea dengan senyum licik. "Akhirnya, kau menjadi milikku, Alea," bisiknya di telinganya. "Selamanya."

Alea hanya bisa menangis dalam diam, meratapi nasibnya yang malang. Ia merasa seperti telah kehilangan segalanya, termasuk dirinya sendiri.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!