Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
"Liora, malam ini kau tidak usah masak. Kita makan di luar saja." Felix menghampiri Liora yang baru saja selesai mandi. Tatapan pria itu menatap tubuh Liora yang masih memakai handuk—dan rambut yang dililit oleh handuk.
"Kau bosan masakanku?" tanya Liora pelan sambil menekuk bibirnya. Felix berada di apartemennya. Hal tersebut yang membuat Liora berpikir kalau akan memasak untuk Felix. Tapi, sayangnya niat Liora harus terurung, karena Felix melarangnya memasak.
Felix melangkah mendekat, melingkarkan tangannya ke pinggang Liora, mencium leher Liora yang harum sabun. "Mana mungkin aku bosan dengan masakanmu. Aku hanya tidak ingin kau kelelahan. Tadi kan aku sudah membuat energimu banyak terkuras."
Pipi Liora merona malu mendengar ucapan Felix. Tak dipungkiri memang benar energinya banyak terkuras habis. Bagaimana tidak? Felix saja menyerangnya lagi dan lagi. Kewanitaan Liora sampai sekarang masih terasa nyeri.
Felix mencium gemas pipi Liora yang merona malu. Tingkah malu-malu Liora seperti anak remaja yang tengah kasmaran. Itu membuat Felix sangat gemas pada Liora.
"Gantilah pakaianmu. Jangan menggodaku. Setelah itu, kita makan di luar." Felix mencubit pelan hidung mancung dan mungil Liora. Pria itu sulit menahan diri. Terlebih saat ini Liora hanya memakai handuk.
Liora memukul dada bidang Felix. "Siapa yang menggodamu. Aku kan baru selesai mandi. Jadi wajar masih memakai handuk."
Felix tertawa pelan sambil mengecupi bibir Liora bertubi-tubi.
"Kau tidak mau, ya?" tanya Liora dengan bibir yang kian tertekuk.
Felix membelai pipi Liora. "Aku akan menuruti keinginanmu. Kalau kau ingin kita makan di restoran sederhana, maka kita akan pergi ke sana."
Liora tersenyum riang. "Baiklah. Kau tunggu sebentar. Aku akan pakai baju dulu."
"Pakai baju di depanku saja. Kan aku sudah melihat semua tubuhmu," jawab Felix enteng, tanpa dosa.
"Felix!" Liora memukul lengan kekar Felix sambil menekuk bibirnya sebal.
Felix tertawa pelan melihat wajah marah Liora. Detik selanjutnya, Liora segera mengganti pakaiannya di walk-in closet mini miliknya. Di kamar Liora yang sederhana itu, dia memiliki walk-in closet meski ukurannya sangat mini.
Felix menggeleng-geleng kepalanya melihat Liora berjalan terburu-buru menuju walk-in closet untuk mengganti pakaian.
Padahal Felix sudah melihat seluruh tubuh Liora. Harusnya, Liora tidak perlu malu lagi. Sungguh, wanita itu memang selalu membuat Felix gemas.
Sebuah restoran sederhana yang dipilih oleh Liora terletak di Brooklyn. Malam itu cuaca cukup dingin, tapi tak terlalu dingin, karena bukan musim dingin.
Penampilan Liora sangat cantik dibalut mini dress dengan coat berwarna cokelat gelap. Rambut panjangnya diikat ke atas menunjukkan leher jenjang nan indah.
Tanda bekas kemerahan yang ada di leher Liora akibat ulah Felix, telah ditutupi oleh foundation. Beruntung, Liora cukup pintar dalam berhias. Jadi sekarang, lehernya aman, karena tidak ada orang yang melihat tanda kemerahan di lehernya.
Saat ini, Felix dan Liora duduk di restoran sederhana itu. Mereka duduk di posisi sedikit ke belakang jauh dari orang-orang. Mereka tak ingin diganggu oleh banyak pengunjung yang datang.
Tak selang lama, pelayan menghidangkan makanan yang sudah dipesan oleh Felix dan Liora. Meski restoran sederhana, tapi desain restoran itu sangatlah menenangkan dan memberikan kesejukan bagi para pengunjung.
"Silakan dimakan, Tuan, Nyonya." Pelayan itu berucap saat menyajikan makanan untuk Felix dan Liora.
Liora tersenyum. "Terima kasih."
Pelayan itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Liora dan Felix.
"Ayo dimakan. Aku yakin kau pasti suka," ucap Liora mengajak Felix untuk makan.
Felix mengangguk merespons ucapan Liora. Berikutnya, dia mulai menikmati makanan yang terhidang di hadapannya bersama dengan Liora.
"Hm, makananku enak sekali." Liora mengunyah pasta carbonara miliknya. "Felix, buka mulutmu. Coba pastaku." Wanita itu menyuapi Felix.
Felix membuka mulutnya, menerima suapan Liora, mengunyah pelan pasta itu. "Ya, di sini makanannya enak," jawabnya yang sependapat dengan Liora.
Liora tersenyum. "Aku yakin kau pasti suka makanan di sini. Aku sering datang ke sini bersama—" Seketika ucapan Liora terhenti saat dirinya mengingat bahwa apa yang nanti terucap akan menjadi bumerang untuknya.
"Bersama siapa, Liora?" Mata Felix mulai menatap curiga Liora.
"B-bersama teman kuliahku," jawab Liora berdusta. Nadanya cepat, dan raut wajah pun menunjukkan kepanikan.
Mata Felix menyipit menatap Liora penuh interogasi. "Kau sedang berbohong padaku?" tanyanya curiga.
Liora menggeleng cepat. "T-tidak. A-ku sama sekali tidak berbohong. Aku—"
"Kau sering mendatangi restoran ini bersama dengan mantan kekasihmu?" Felix langsung memotong ucapan Liora. Pria itu yakin pasti Liora sering mendatangi restoran ini bersama dengan mantan kekasih wanita itu.
"Felix, a-aku—" Liora tidak bisa berkata apa pun. Semua rasa bersalah menumpuk menjadi satu. Wanita itu tak pernah bermaksud mengungkit-ungkit masa lalunya.
"Kau tidak perlu menjelaskan apa pun. Aku sudah tahu." Felix mengeluarkan dompet, meletakkan beberapa lembar dolar di atas meja, lalu dia melangkah meninggalkan Liora begitu saja.
"Felix, tunggu." Liora panik melihat Felix pergi. Buru-buru, wanita itu mengejar Felix yang sudah melangkah pergi meninggalkannya.
Di halaman parkir, Liora ingin mencoba memberikan penjelasan, tapi dia seakan tak diberikan kesempatan untuk menjelaskan. Dengan cepat, Liora segera masuk ke dalam mobil Felix bersamaan dengan Felix.
Felix melajukan mobil dengan kecepatan penuh meninggalkan halaman parkir. Tampak jelas Liora ketakutan saat Felix melajukan mobil dengan kecepatan penuh, membuat sekujur tubuh wanita itu seakan tak bisa berkutik karena rasa takut di dalam diri.
"F-Felix, bisakah kau turunkan kecepatanmu?" ucap Liora ketakutan, dan menunjukkan rasa cemas yang menggerogoti dirinya.
Felix tak memedulikan ucapan Liora. Pria itu terus melajukan mobilnya, tidak peduli dengan jeritan Liora yang ketakutan. Emosi dan rasa kesal menguasainya. Harusnya, makan malam itu dipenuhi keromantisan, sayangnya semua harus lenyap, karena rasa kecewa Felix pada Liora yang tidak bisa teratasi.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah