Cinta akan hadir seiring datangnya waktu, kita hanya perlu bersabar, entah besok, lusa tau tahun depan kita tidak akan bisa menebaknya. Ikuti saja alurnya, agar kau tahu kemana tempat ia akan berlabuh, ya cintaku ada di kamu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neisa Krestianningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 2.
Setelah tangisannya reda, ara perlahan lahan tertidur. Pria berkacamata itu mendekat, dilihatnya pemilik wajah pucat pasi itu terlihat jejak jejak air mata dipelupuk kedua matanya. Ia duduk menunggu disamping gadis itu, lalu merasakan kantuk luar biasa setelah apa yang ia alami cukup menguras tenaga dan pikiran. Lambat laun kepalanya terjatuh pada ranjang empuk milik Ara biarlah sejenak ia melupakan masalah yang ia hadapi, mengistirahatkan tubuhnya walau sebentar.
Ara terbangun, setelah merasakan hembusan nafas disalah satu tangannya."Si..siapa anda ?" tanya Ara menatap pria didepannya. Ia merasa tak kenal dengan pria berkacamata itu.
Mendengar suara disekitarnya, mata pria itu terbuka perlahan "Maaf" kata pria dihadapannya, dengan segera ia menegakkan tubuhnya dan membetulkan letak kacamatannya.
Ara menatap lekat pria dihadapannya itu, ia sudah menduga pria matang berkacamata ini adalah orang yang telah menabraknya,
"Maafkan aku" katanya sambil tertunduk, " ini semua salahku" rasa penyesalan tergambar diwajahnya. "Ijinkan aku bertanggung jawab padamu".
"Tidak perlu, anda tidak perlu bertanggung jawab padaku, aku bisa sendiri, walaupun aku lumpuh dan tidak punya siapa siapa lagi didunia ini".
"Aku akan menjagamu, aku janji akan membuatmu sembuh, ijinkan aku bertanggung jawab atas kesalahanku". Perkataan pria matang itu membuat Ara ragu, disisi lain ia juga sudah tidak punya siapa siapa, tapi pria ini juga berjanji akan membuat dirinya sembuh.
"aku akan sembuh, biarlah untuk sementara waktu" kata hati Ara mengiyakan penawaran pria itu.
"Baik, aku menerima tawaranmu" seraya menatap pria matang didepannya.
"Terimakasih, tapi untuk menjagamu 24 jam kita harus menikah mengingat kau sudah tidak punya anggota keluarga lain, aku tidak mau kamu dicap sebagai wanita simpanan , aku tahu kamu wanita baik baik, aku tidak akan menuntut apapun darimu," terang pria itu.
"Apa apaan ini, menikah? bahkan ikatan itu tidak terfikir dalam hidupku" batin Ara.
"aku tidak mau, aku tidak mau menikah dengan anda, banyak cara untuk anda bertanggung jawab tapi dengan tidak menikahi saya" tolak Ara.
"tidak bisa nona, aku sendiri yang akan menjagamu"
Mau tidak mau Ara pun menyetujui syarat yang diajukan oleh pria berkacamata itu. "Baiklah , untuk sementara waktu" batin Ara.
"Maaf, kenalkan nama ku Sebastian Edward" ucapnya seraya tangannya menjulurkan tangannya"
"Kamu bisa panggil saya Bastian" tambahnya lagi
" Arasha " sambil menerima uluran tangan Bastian.
Babak baru kehidupannya pun akan segera dimulai, Ara tak pernah membayangkan secepat ini ia menikah. Entah bagaimana kehidupannya nanti ia pun tidak tahu, yang pasti ia ingin cepat sembuh dan berjalan kembali.
Sedangkan Bastian sendiri entah apa yang ada dibenaknya saat ini, yang dia tahu ia hanya ingin melindungi gadis itu, gadis yang sejak awal bertemu mencuri hatinya.
"Baik, setelah kamu keluar dari rumah sakit ini, kita akan menikah. Kamu bisa tinggal bersamaku, disana ada yang akan menjagamu" ujarnya sambil menatap lekat gadis itu.
Seminggu berlalu, Ara sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, badan Ara sudah sehat hanya saja kakinya yang tidak bisa digerakkan, dan untuk perawatan selanjutnya Ara harus diharuskan menjalani terapi agar ia bisa berjalan kembali.
"Saya terima nikahnya Arasha binti Surya Kusmananto dengan seperangkat alat sholat dan uang tunai 50 juta rupiah dibayar tunai " kata Bastian lantang dan tegas.
"Gimana para saksi ?" tanya pak penghulu.
"Sah sah sah" kata para saksi.
Alhamdulilah sudah sah Ara menjadi istri dari seorang Sebastian Edward namun tak ada binar bahagia diraut sang mempelai wanita. Pernikahan ini hanya dilakukan akad saja, sesuai dengan permintaan Ara, ia tak ingin pesta yang megah dan ramai.
Ara memakai kebaya warna putih kulit putih bersihnya begitu kontras, siger yang ada dikepalanya menambah keanggunan dan kecantikannya.
Setelah acara akad nikah selesai, Ara kembali ke kamarnya dengan diantar bibi murni.
Bastian menyusul sang istri ke kamar, dibukanya pintu bercat coklat itu, " oh rupanya kamu disini ? Aku cari cari dibawah tidak ketemu" ucapnya sembari memandangi wajah ayu sang istri.
"Iya , aku ingin segera ke kamar", ucap Ara pelan.
" Maaf, aku harus memanggil anda apa ? tanya Ara ragu tak berani menatap kedua mata suaminya.
"Panggil saja aku Bastian" sambil menatap istri barunya itu
"Ba,,baik, bisakah kau memanggilkan bibi, aku mau mengganti bajuku" kata Ara sambil menyeka peluh yang membasahi dahinya
"Kebaya ini sangat cantik tapi aku tidak nyaman memakainya berlama lama" ucapnya dalam hati.
"kenapa tidak meminta tolong kepadaku saja hmm, aku ini kan suamimu?" bisiknya ditelinga Ara lalu menatapnya.
Ara merasa grogi ditatap suaminya itu, hembusan nafas Bastian begitu terasa diwajahnya, cepat cepat ia memundurkan kursi rodanya.
"Tidak, bibi saja yang menggantinya !" tolak Ara.
"Iya iya sebentar aku panggilkan bibi.." balasnya.
"Bi...bibi cepetan ke atas, Ara pengen ganti baju !" teriak Bastian.
"Iya den" kata bibi murni seraya mendekat.