Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Tiga hari kemudian
Setelah pulang kerja, Erina dan teman-temannya serta bosnya langsung menuju ke hotel RG untuk merayakan perpisahan. Sebenarnya Perusahaan sangat merasa berat dengan berhentinya Erina dari maklon tersebut. Namun mereka tidak bisa memaksa karena Erina punya pilihan sendiri. Apa lagi mereka tahu kalau Erina sudah menikah.
Saat ini mereka sudah berada di restoran hotel RG. Mereka merayakan dengan makan bersama dan sambutan selatan dia patah dari yang bersangkutan serta pesan dan kesan dari beberapa teman dan staf yang bekerja dengan Erina.
Anggap saja Erina sedang berbicara dalam bahasa Inggris.
"Saya minta maaf jika selama dalam bekerja dengan kalian saya tidak sengaja melakukan kesalahan baik dari tingkah laku maupun ucapan saya. Saya harap maklon kita ini berkembang semakin pesat bersama orang-orang yang hebat seperti kalian. Saya akan merindukan kalian semua. Terima kasih atas keberadaan kita yang penuh cerita. Kalian luar biasa."
Mereka memberi tepuk tangan untuk Erina.
Selanjutnya acara penyerahan kenang-kenangan dari Mrs Alena untuk Erina. Erina berasa terharu dengan antusias mereka untuk mengadakan acara ini.
Rasyad baru saja sampai di hotel RG. Ia kesulitan mendapat taksi sehingga telat menghadiri acara pepisahan istrinya. Saat sampai di sana, mereka sedang makan bersama. Erina tidak tahu jika Rasyad diundang oleh pihak maklon. Mrs Alena yang menghubunginya. Erina bukan tidak ingin mengundang suaminya sendiri. Ia tidak enak kepada yang lain. Namun meski begitu ia senang saat suaminya datang meski awalnya sempat terkejut.
Friska langsung mengambil mic dan membuat pengumuman.
"Harap perhatian rekan semuanya. Di hari perpisahan ini, kita bukan hanya akan melepas Erina. Tapi kita akan berkenalan dengan suami Erina. Kalian pasti banyak yang belum tahu kalau Erina sudah menikah satu minggu yang lalu."
Erina sudah menduga, Friska pasti akan membuat suasana heboh. Dan benar saja, rekan-rekan Erina heran mendengarnya. Apa lagi selama ini yang mereka ketahui, Erina cenderung cuek dengan laki-laki. Meski ada beberapa rekan kerja laki-laki nya yang mendekati, tapi ia tidak pernah menghiraukan.
"Plis welcome pengantin baru. Erina dan Rasyad."
Erina hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Oh tidak... Friska, awas kamu." Gerutunya.
"Erina, ayo maju. Jangan membuat mereka kecewa." Ujar Mrs Alena.
Erina memandang wajah suaminya seakan mengisyaratkan sesuatu. Rasyad mengangguk lalu menggandeng tangan Erina. Mereka melangkah ke depan. Beberapa orang berbisik-bisik tentang mereka.
"Mereka sangat serasi."
"Pasangan ideal."
"Mereka beruntung."
"Tampan sekali, wajah mereka mirip."
"Sepertinya mereka sama-sama bukan orang biasa. "
Begitu kira-kira yang mereka bicarakan.
"Ya Allah, aku malu mas." Bisik Erina.
"Kenapa malu? Apa karena wajahku tak setampan pangeran Wiliam?" Goda Rasyad.
"Ish, bukan itu! Ya malu jadi tontonan banyak orang gini."
"Anggap saja latihan untuk resepsi kita nanti."
Saat sampai di depan, Erina dan Rasyad berdiri layaknya pengantin yang sedang berdiri di pelaminan. Mereka mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan Erina. Rasyad sangat senang melihat kekompakan mereka. Berarti istrinya itu memang orang yang baik, sehingga teman-temannya sangat menghargainya.
Rasyad dan Erina sudah pulang dari hotel. Mereka baru saja sampai di apartemen. Saat ini mereka shalat isyak berjama'ah. Setelah selesai shalat, tiba-tiba Rasyad tidur di pangkuan istrinya.
"Sayang, tiga hari lagi kita akan pisah."
"Cuma sebentar, Mas."
"Satu minggu itu bagaikan satu tahun. Apa lagi satu bulan, coba bayangkan!"
"Lebay ih."
"Serius, sayang. Kamu bayangkan berapa tersiksanya aku."
Rasyad merapatkan wahahnya ke perut istrinya. Ia bahkan mencium perut Erina.
"Mas, geli... "
Tangan Rasyad mengusap perut itu.
"Semoga Rasyad dan Erina junior segera tumbuh di sini."
Erina mengulum senyum sambil mengamin kan harapan suaminya. Ia senang karena meski belum sama-sama mengungkapkan perasaannya, namun Erina yakin suaminya bisa menerimanya dengan seutuhnya begitu pun sebaliknya. Terbukti suaminya berharap untuk segera diberikan keturunan.
Rasyad masih betah tidur di pangkuan istrinya. Erina membuka mukenah bagian atas. Rasyad menengadah melihat wajah istrinya.
"Ada apa?" Tanya Erina dengan lembut.
"Pingin... "
Erina mengerutkan keningnya. Pikirannya belum nyambung. Tanpa aba-aba tangan Rasyad menundukkan kepala istrinya. Lalu dikecupnya bibir itu.
"Belum ngerti juga, sayang?"
Erina mengerti, namun ia menggelengkan kepala. Sontak Rasyad beranjak dan menggendong istrinya ke tempat tidur.
"Masih pura-pura nggak ngerti?"
Erina menahan tawa dan menutup wajahnya.
Malam ini Rasyad tidak membiarkan istrinya tidur dengan pulas. Lagi-lagi ia menggempur istrinya tanpa ampun.
......................
Hari ini Erina membereskan barang-barang di ruang kerjanya. Ia memasukkannya ke dalam kardus. Friska orang pertama yang akan paling kehilangan Erina. Mereka bukan hanya teman kerja, namun teman kuliah, teman main, dan teman curhat.
"Sehat-sehat adek bayi. Nanti kalau lahir, aunty akan ke sini." Ujar Erina sambil mengusap perut Friska.
"Kamu jahat... " Ujar Friska sambil berkaca-kaca.
"Oh ayolah, Friska. Kamu sudah mau jadi ibu. Anakmu pasti ikutan sedih." Erina mengusap air mata, Friska. Ia bukan tidak sedih karena akan berpisah dengan sahabatnya itu. Namun ia lebih memilih menahannya.
Akhirnya Erina pun pamit kepada semua orang. Rasyad menunggunya di depan kantor. Ia mengangkat barang-barang milik Erina ke dalam taksi. Sebelum taksi pergi, Erina menatap dalam gedung maklon yang sudah menjadi rumah ternyamannya saat bekerja.
"Selamat tinggal." Lirihnya.
Rasyad mengerti akan kesedihan istrinya. Ia pun mendekapnya dari samping. Erina menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.
"Mas, apa keputusanku ini sudah benar?"
"Tentu saja, sayang. Kamu tidak mungkin selamanya akan tinggal di sini, bukan? Aku janji nanti kamu akan bebas berkarir di Indonesia sesuai dengan apa yang kamu mau."
"Terima kasih, mas."
"Kembali kasih."
Mereka pun akhirnya sampai di apartemen. Semua barang-barang mereka sudah dimasukkan ke dalam koper dan tas besar. Besok pagi mereka akan terbang ke Indonesia. Dan kemungkinan mereka akan berpisah di bandara Jakarta. Sebenarnya Rasyad ingin ikut bersama istrinya ke Surabaya. Namun, opa melarangnya. Opa ingin mengetes sejauh mana mereka dapat menahan perasaannya. Satu minggu lagi Rasyad akan ke Jawa Timur untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya, yaitu Faiza yang juga merupakan sepupu dari Erina. Sedangkan resepsi pernikahan mereka satu bulan lagi. Semua sudah diatur oleh orang tua mereka. Erina hanya menyampaikan konsep yang ia inginkan. Selanjutnya ia hanya tinggal duduk manis saja di pelaminan.
Malam ini malam perpisahan mereka. Namun sayangnya, Erina baru saha datang bulan tadi pagi Tidak biasanya datang bulannya maju. Rasyad harus bersabar. Ia hanya bisa memeluk istrinya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selamat Bumil dn Arsyad