NovelToon NovelToon
Perjodohan Yang Tak Ku Inginkan

Perjodohan Yang Tak Ku Inginkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Romansa Fantasi / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: butterfly56

Kehidupan Fania yang awalnya penuh dengan warna. Dan kebahagian, tiba-tiba saja kebahagiaan itu pergi menghilang bersama orang yang ia sayangi.

FANIA: mengapa kamu akan meninggalkanku untuk selamanya, Basjara? katanya kamu mencintaiku dan berjanji tidak akan meninggalkanku, lalu dimana janjimu itu?

BASKARA: maafkan aku, Fania! ini sudah menjadi takdir kita. tolong berbahagia! kamu masih bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butterfly56, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Kini Baskara sudah sadarkan diri. Dia melihat Fania yang masih saja di sampingnya. Baskara mencium bau tak sedap. Ternyata bau itu dari pakaiannya yang kotor tadi. Ia lupa bahwa pakaiannya sangat kotor karena jatuh tadi.

Fania yang tadinya melamun kini melihat Baskara yang sudah sadarkan diri. Dia tersenyum melihat Baskara, begitupun Baskara.

"Udah sadar kamu?" ucap Fania.

Fania mengangkat satu alisnya, "cowo kok lemah!"

Baskara mencoba mencerna perkataan Fania baru saja. Dia berfikir apa benar baru saja Fania mengatakannya 'lemah'.

"Siapa yang lemah? Aku lemah? Ckk! Gak akan!" jawab Baskara.

"Udah deh ngaku aja, kamu kalo kena panas langsung pingsan. Haha! Lemah!" Fania mengacungkan jari tengahnya kepada Baskara.

Baskara hanya terdiamu. Lagi-lagi Fania meledeknya pria lemah, "huuu.. Lemah!"

Baskara menutup mulut Fania dengan tangganya. "Diam, Fanira! Jika tidak diam kamu akan menjadi istriku"

Yang tadinya Fania terus mengenakan Baskara sekarang sudah terdiam. Fania benar-benar tidak ingin menikah dengan Baskara.

Fania kini pergi dari rumah Baskara. Dan akan kembali ke sawah lagi untuk meneruskan menanam pohon cabai. Disana ada orang tua Baskara yang sedang duduk, Fania tak lupa untuk berpamitan dengan mereka.

"Tante! Om! Fan ia ijin pamit ya, mau lanjutin ke sawah lagi." Mereka hanya membalas dengan senyuman.

Kini Fania sudah berada di sawah kembali. Cuaca kali ini sangatlah panas tidak seperti biasa. Biasanya tidak terlalu panas seperti ini. Fania sebenarnya sudah tidak tahan dengan panasnya cuaca hari ini.

Tapi dia harus segera melesaikan menanam pohon cabai itu agar dia mendapatkan gaji. Jika tidak selesai sudah pasti gajinya akan dipotong menjadi 250 ribu.

Fania anak yang kuat. Dia tak pernah menyerah untuk mendapatkan uang, bagaimanapun caranya. Fania anak yang baik, yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia sangatlah baik menjaga adik-adiknya.

Sejak usia 15 tahun Fania sudah bekerja sendiri. Fania yang selalu menjadi tulang punggung keluarganya. Walaupun semua orang memandangnya hanya sebelah mata saja, dia tetap tidak menyerah.

Dia terus bekerja, bekerja, dan bekerja. Fania berfikir, jika ia rajin bekerja dan mengumpulkan uang sudah pasti dia akan menjadi kaya nantinya.

Fania gadis yang sederhana. Dia hidup di rumah yang sederhana namun penuh dengan kebahagiaan. Itulah satu-satunya hal paling bahagia dihidupnya.

Fania tak memiliki barang-barang seperti teman-teman lainnya. Yang memiliki handphone, jam tangan, baju bagus, tas mewah, mobil, dan lain-lainnya.

Fania tak memiliki seperti itu sama sekali. Teman-teman Fania itu adalah anak-anak orang mampu, sedangkan dia gak mampu. Fania tidak iri terhadap mereka, Fania hanya ingin hidup sederhana saja.

Kini Fania semakin kepanasan, dia sudah tidak tahan. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memayungi nya dari belakang. Dan ternyata itu adalah...

"Basakara! Ngapain kamu disini? Nanti pingsan lagi malah ngerepotin kamu!" ucap Fania.

"Aku tidak akan pingsan lagi, karena aku membawa payung ini" Baskara menunjuk payung yang ia pakai.

Fania hanya terdiam, dia kini melanjutkan menanam pohon cabainya kembali. Kini hari sudah semakin sore. Baskara yang masih menemaninya itu melihat jam di ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB.

"Fania! Kamu tidak pulang? Ini sudah sore, apa kamu tidak capek?" tanya Baskara.

"Capek? Apa itu capek? Aku tidak mengenal namanya capek!" jawab Fania.

"Jangan begitu, Fania! Ini sudah sore kamu harus pulang! Nanti kalau kamu sakit bagaimana? Menanamnya masih bisa dilanjutkan besok lagi!"

"Besok? Jika aku menyesaikan nya besok, nantinya aku akan mendapatkan gaji hanya 250 ribu. Dan itu masih sangat kurang untuk membayar sekolah adik-adikku, dan kebutuhan sehari-hari." jelas Fania.

Baskara yang mendengar itu hanya terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka jika Fania sekuat itu. Baskara tak salah pilih pasangan yang kuat seperti Fania.

Fania terus melanjutkan menanam cabainya hingga jam 20:00 WIB. Dan ya, disana dia masih saja senantiasa ditemani oleh Baskara.

"Sudah, Fanira! Lebih baik kamu pulang, ini sudah malam. Nanti biar aku kasih kamu uang, yang lebih besar dari gajimu"

Fania tak menjawab. Dia tetap menlanjutkan menanam cabainya. Karena sebentar lagi akan selesai. Kini jam sudah menunjukkan pukul 20.25 WIB. Fania sudah selesai, kini dia akan ketempat orang yang akan menggaji nya.

Fania berjalan di kegelapan bersama Baskara. Jalannya lumayan susah karena ada banyak rerumputan yang menutupi jalan. Baskara menyalakan lampu di ponselnya.

Ditengah perjalanan, Fania tidak terlalu memperhatikan jalan karena lelah dan pada akhirnya kaki dia tersangkut pada rerumputan dan hampir terjatuh.

Untunglah ada Baskara yang sigap menolongnya. "Kamu tidak apa-apa, Fania?" tanya Baskara.

Fania hanya menganggukkan kepalanya. Fania dan Baskara terus berjalan dan pada akhirnya sampai di rumah yang lumayan mewah itu.

Fania tidak lupa memberi salam terlebih dahulu.

"Assalamualaikum! Permisi! Ada orang?"

Keluarlah seorang pria dari rumah itu. Kini pria itu tak memakai pakaian, pria itu hanya mengenakan celana pendek saja.

"Waalaikumsalam! Fania? Sudah selesai kamu?" tanya pria itu.

Ya, pria itu adalah Dion Ferguson. Dion itu juga salah satu pria yang menyukai Fania selain Baskara.

"Ya sudah selesai. Gajiku mana?" Fania menodongkan tangannya.

Dion mengambil uang disaku celananya dan memberikan uang itu kepada Fania.

"Ini!"

Dion mencari kesempatan dalam kesempitan, dia kini mengelus kepala Fania dengan lembut. Baskara yang melihat itupun cemburu.

Dia menghempaskan tangan Dion agar tidak menyentuh kepala Fania.

"Jangan sentuh milikku!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!