Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutuskan
"Ra, sebenarnya kamu sama Fero ada hubungan apa sih... kok aku lihat dia selalu kejar-kejar kamu terus dari kelas satu?" ucap Nadia sambil memakan camilan yang disediakan pembantu Melani, keempat sahabat itu baru saja selesai dari belajarnya.
"Aku gak ada hubungan apa-apa kok sama dia... Aku juga gak tau apa alasan dia sering ajakin aku pulang bareng dari kelas satu tapi kan kalian tau sendiri selalu aku tolak," Vara menjeda ucapannya sejenak. "Untuk sekarang aku tidak mau dekat dengan laki-laki manapun, karena menurutku itu bukan hal yang harus aku rasakan untuk saat ini... Masih banyak hal yang harus aku capai dan aku impikan." lanjutnya tersenyum.
"Hem... Kalau yang aku lihat sih, dia kayaknya ada perasaan deh sama kamu, Ra. Coba deh kalian lihat tatapannya kepada Vara, beda dengan tatapannya ke teman yang lainnya dan menurut aku sih Fero laki-laki yang baik karena aku juga gak pernah lihat dia dekat dengan perempuan manapun..." ujar Riri.
"Aku sih sependapat sama Riri... Dari yang aku lihat Fero emang laki-laki yang baik juga termasuk siswa yang berprestasi di sekolah, tapi aku herannya, Fero dan Rangga ada masalah apa sih, kok dari kelas satu mereka tidak pernah akur sama sekali, apa karna sama-sama cowok populer ya di sekolah kita..." ujar Nadia sambil tertawa.
"Iya, ya, dari yang aku lihat sih juga begitu, antara Fero dan Rangga seperti ada dendam di masa lalu deh, kalian ingat gak, waktu kita kelas dua mereka kan satu kelompok basket waktu pelajaran olah raga...? Nah, dari cara bermainnya saja nampak sekali Rangga dan Fero sama sama adu keahlian dan mainnya pake emosi sampai ujungnya mereka bertengkar di lapangan..." bingung Melani.
Vara pun mengangkat bahunya acuh "Kok kalian jadi bahas masalah mereka sih.., males deh aku dengernya. Mending kita makan yuk aku dah laper ni dari tadi..." ujar Vara yang sudah merasakan adanya demo besar-besaran di perutnya.
"Ayuk.., aku suruh bibi siapin makan buat kita dulu ya..." ucap Melani dan pergi ke dapur menemui bi Inah.
***
"Assalamu'alaikum, Bu..." ucap Vara yang baru saja sampai di rumahnya.
"Wa'alaikumussalam, eh, Sayang.., kamu sudah pulang, nak? Bagaimana tadi belajarnya sama teman-teman seru gak?" tanya Ibu sembari mengelus rambut bergelombang milik Vara.
Vara menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Seru, Bu.., seperti biasanya... Ibu capek ya habis jualan seharian... Maafin Vara ya, Bu. Tidak bisa membantu Ibu berjualan hari ini." sesal Vara.
Ibu hanya tersenyum melihat putrinya itu. "Tidak apa-apa, nak.., sekarang kamu mandi sana hari sudah sore nanti kita makan malam bersama Ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu sayang."
"Terimakasih ya, Bu.., Vara ke kamar dulu, Bu." pamit Vara.
"Iya, Nak."
Seandainya Ayah masih ada, pasti Ibu tidak akan kelelahan seperti ini setiap harinya. Gumam Vara sambil berlalu ke kamarnya.
Selesai mandi Vara pun mengistirahatkan diri di atas kasurnya sembari memikirkan apakah ia akan melanjutkan pendidikannya atau tidak, dengan keiinginan Vara yang besar untuk melanjutkan pendidikan Vara pun harus berusaha untuk mendapatkan beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi.
Vara sangat ingin setiap hari bisa membantu ibunya berjualan, tetapi keinginan Vara untuk merubah perekonomian keluarga, membuatnya memutuskan untuk tetap pada pendirian awalnya melanjutkan pendidikan, agar suatu saat, ibunya tidak perlu bersusah payah mencari uang untuk kebutuhan mereka.
***
"Ra, apakah kamu sudah tau mau melanjutkan pendidikan ke universitas mana, Nak?" tanya Ibu Vara yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.
"Sudah, Bu... Vara berencana mau melanjutkan pendidikan ke universitas x yang ada di kota ini dengan menggunakan jalur beasiswa. Doakan saja ya, Bu, semoga Vara bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan."
Ibu pun menganggukkan kepalanya. "Aamiin... Ibu selalu mendo'akan kamu semoga suatu saat kamu bisa menjadi anak yang sukses dan mempunyai masa depan yang cerah, Nak."
"Terimakasih ya, Bu.., Ibu selalu mendoakan Vara dan selalu memberikan semangat buat Vara, Vara sayang sekali sama Ibu..." ucapnya sambil memeluk ibunya."
"Semangat Vara! Kamu pasti bisa, semangat semangat!" gumam Vara.
"Ya sudah masuk kamar sana, kamu kan sebentar lagi ujian harus makin rajin belajarnya biar mendapatkan nilai yang bagus."
"Siap bu... Ibu jangan terlalu malam ya tidurnya."
"Iya, Ra."
"Eh iya, Vara bereskan ini dulu, bu!"
"Biar ibu saja, Ra."
"Tidak masalah, Bu, cuma sedikit kok!" Ucapnya tersenyum.
Ibu pun menganggukkan kepalanya. "Kalau sudah selesai langsung belajar ya, Ra."
"Baik, Bu."
Semoga kamu selalu bahagia, Nak, ibu sangat menyayangi kamu. Batin ibu.
Vara pun membereskan meja makannya tak lupa mencuci piring sehabis itu memasuki kamar dan belajar.
.
.
.
Jangan lupa kritik, saran dan dukungannya, terimakasih ^_^
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI