Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal
"Aku tidak bisa! Kalau aku mengakui anak Kak Nania sebagai anakku, hidupku bisa hancur. Aku bisa kehilangan beasiswa ku dan juga pekerjaan sampingan ku."
Syakila berkata dengan histeris. Dia tak mau mengakui aib yang sudah diperbuat oleh sang kakak angkat. Dia tak mau menanggung kesalahan orang lain yang jelas akan menghancurkan hidupnya.
Plak!
Tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Syakila. Dito, Ayah angkatnya langsung menampar Syakila dengan penuh emosi.
"Dasar anak tidak tahu diuntung! Aku sudah membesarkan kamu selama 10 tahun. Selama 10 tahun ini, kamu makan dan tidur di rumahku! Dan, sekarang... saat kamu diminta untuk balas budi, malah begini respon yang kamu berikan, hah?"
"Aku bisa membalas budi dengan cara apapun. Tapi, tidak dengan cara seperti ini. Aku tidak mungkin menghancurkan masa depan ku, Ayah!"
Syakila berlutut dihadapan pria paruh baya yang terlihat sangat marah itu. Matanya sudah berkabut sejak tadi. Tinggal hitungan detik, air matanya pasti sudah mengalir deras.
"Lalu, kamu pikir, masa depan Nania layak untuk hancur?" celetuk sang Ibu angkat. Namanya Nessa.
"Nania adalah seorang model profesional. Sedikit skandal saja, sudah bisa menghancurkan hidupnya. Apalagi, dengan skandal sebesar ini," lanjut Nessa.
"Tapi, itu salah Kak Nania sendiri. Dia yang tidak bisa mengontrol pergaulannya. Makanya, dia bisa hamil tanpa tahu siapa Ayah biologis dari anaknya," balas Syakila.
Plak!
Satu tamparan lagi mendarat di pipinya. Nessa menamparnya sangat keras hingga telinganya berdenging hebat.
"Jangan bicara sembarangan! Kalau bukan karena dijebak orang, mana mungkin putriku akan tidur dengan laki-laki asing!" ucap Nessa dengan penuh penekanan.
"Dari dulu, kehidupan Kak Nessa memang sangat bebas. Dia bukan dijebak. Dia yang menjerumuskan dirinya sendiri," balas Syakila.
"Ayah, Ibu..." panggil Nania dengan suara lemas. Ia masih berbaring diatas ranjang rumah sakit setelah melahirkan seorang bayi laki-laki beberapa jam yang lalu.
"Sudah, jangan bertengkar dengan Syakila!" lanjutnya dengan suara lirih. "Syakila benar. Aku yang salah. Aku yang tidak bisa mengontrol pergaulan ku sendiri. Makanya... Makanya..."
Nania menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia menangis tersedu-sedu.
"Tidak. Ini bukan salahmu, Sayang! Ini semua salah teman-temanmu itu!" kata Nessa yang berusaha menenangkan putri kandungnya.
Nessa sangat percaya jika Nania adalah gadis yang sangat murni dan polos. Tentang kehidupan liar diluar sana, mana mungkin gadis polosnya yang suci bisa mengerti.
Meski, berulangkali Syakila mengatakan jika Nania tidak sepolos itu, namun tetap saja Nessa lebih percaya pada Nania dibanding Syakila.
Memangnya, siapa Syakila? Dia hanya anak angkat yang terpaksa mereka adopsi karena waktu kecil, Nania butuh donor ginjal karena penyakit gagal ginjal yang dialami oleh putri kesayangannya itu.
Setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau, mereka mulai memperlakukan Syakila dengan cara yang tidak baik. Sikap pilih kasih Nessa dan Dito sangat jelas. Segalanya mereka berikan untuk putri kandung mereka sementara Syakila harus berjuang sendiri jika menginginkan sesuatu.
"Ibu, kalau Syakila tidak mau mengakui anakku sebagai anaknya, maka lebih baik aku bunuh diri saja!" ucap Nania sambil menyambar pisau buah diatas nakas.
"Tidak, jangan!" teriak Nessa dan Dito secara bersamaan.
"Diluar sana, para wartawan sudah berkumpul karena tahu aku ada di sini. Dan, kalau mereka benar-benar menemukan fakta bahwa aku melahirkan seorang anak haram, karirku pasti akan hancur." Nania semakin menekan pisau buah itu ke pergelangan tangannya.
"Tidak, aku tidak mau. Aku tidak bisa hidup dengan aib sebesar ini."
Tangannya mulai berdarah akibat tekanan pisau buah tersebut diatas permukaan kulitnya. Kedua orangtuanya yang melihat kejadian itu seketika jadi makin panik. Mereka tak mungkin rela kehilangan anak kandung mereka.
"Jangan, Nania! Tolong jangan berbuat hal yang bodoh! Syakila..." Sang Ayah langsung berjalan cepat menghampiri Syakila lalu menarik tangannya dengan kasar.
"... Syakila pasti mau menanggung aib ini untuk kamu. Iya, kan, Syakila?" lanjut sang Ayah.
"Sudah ku bilang, kalau aku tidak bisa," geleng Syakila. "Masa depanku juga sama pentingnya dengan Kak Nania. Aku juga ingin bersinar, Ayah!"
Merasa emosi dengan penolakan Syakila, Dito pun mendorong Syakila hingga terjungkal ke belakang.
"Kamu itu hanya anak yatim piatu, Syakila. Diadopsi oleh kami adalah sebuah berkat besar untukmu. Jadi, menanggung sedikit penderitaan seperti ini, tidak apa-apa, kan? Kamu seharusnya bersyukur, Syakila!"
Tangan Dito menunjuk-nunjuk Syakila yang terduduk di lantai.
"Itu benar! Sebagai seorang anak angkat, sudah sepantasnya kamu membalas budi pada kami! Toh, kamu juga tidak akan rugi apa-apa. Kamu tetap akan tinggal di keluarga kami seperti biasa," imbuh Nessa.
"Tapi, bagaimana dengan pendidikan ku, Ibu? Bagaimana kalau aku dikeluarkan dari sekolah?" tanya Syakila.
Nessa menghela napas. "Kalau dikeluarkan, ya sudah! Toh, belajar juga tidak penting-penting amat. Ujung-ujungnya, kamu hanya bisa jadi pegawai rendahan saja. Jadi, lebih kamu diam di rumah! Rawat anak Nania dengan baik dan kamu akan kami beri upah yang layak."
"Upah yang layak? benarkah?" tanya Syakila dengan tenaga yang seolah sudah terkuras habis.
Seingatnya, sebesar apapun jasanya selama ini, dia tak pernah diberi upah yang layak oleh kedua orangtua angkatnya. Bahkan, Syakila dijadikan pembantu di rumah mereka tanpa digaji sepeserpun. Yang Syakila dapat hanya jatah makan dua kali sehari. Itu pun, hanya dengan lauk sayuran saja.
"Ya," angguk Nessa. "Bagaimana kalau Ibu menambahkan jatah makanmu jadi tiga kali sehari? Ibu juga akan meminta orang untuk memberimu ikan setiap hari."
Syakila tersenyum getir. Jadi, ini yang disebut sebagai upah yang layak? Hanya dengan tambahan makan jadi tiga kali sehari serta lauk ikan?
"Maaf, aku tetap tidak bisa," tolak Syakila. Mau disiksa sampai mati pun, dia tak akan pernah mau menanggung aib yang diperbuat oleh Nania.
"Kalau begitu, biarkan aku mati saja!" teriak Nania yang kesal pada keputusan Syakila.
"Jangan!!" Dito segera menahan tangan Nania. Dengan sedikit menambahkan kekuatan, akhirnya dia bisa merebut pisau itu dari tangan Nania.
"Aku mau mati saja! Biarkan aku mati!" teriak Nania histeris sambil menangis hebat.
Nessa segera memeluknya dengan erat. Sementara, Dito kembali maju untuk berhadapan dengan Syakila.
"Kalau kamu tidak mau melaksanakan apa yang aku perintahkan, maka siap-siap saja untuk kehilangan kalung peninggalan orangtuamu!" ancam Dito.
Ini adalah jurus terakhir yang selalu bisa membuat Syakila jadi patuh. Ya, dia memegang benda paling berharga yang dimiliki oleh Syakila, yaitu kalung peninggalan orangtua kandungnya.
Dito pun terlihat menghubungi seseorang. Saat panggilan terhubung, dia langsung bicara tanpa basa-basi.
"Kalung safir yang ku titipkan padamu, segera jual! Berapapun harganya, tidak masalah. Yang penting cepat laku," titah Dito.
"Tidak, jangan!" pinta Syakila memohon. Dia kembali berlutut dihadapan sang Ayah angkat dengan mata memerah.
"Jadi, apa keputusan mu?" tanya Dito.
"Aku bersedia," jawab Syakila. Demi kalung itu, dia rela melakukan apapun.
"Bagus!" seru Dito puas.
Nania juga ikut tersenyum diam-diam. Akhirnya, anak angkat orangtuanya lagi-lagi berhasil dia jadikan kambing hitam.
"Tapi, aku punya syarat!" ucap Syakila sambil tertunduk menatap lantai.
"Apa syaratmu?" tanya Dito.
"Kembalikan dulu kalung milikku!" jawab Syakila dengan suara tegas.
"Baiklah! Sekarang juga, aku akan suruh orang untuk antar kalung itu kemari."
Syakila mengepalkan tangannya erat-erat. Dia menggertakkan giginya. Bersiap, untuk menghadapi babak baru untuk penderitaan hidupnya.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...