"Sudah ku katakan namaku Sarah bukan sarang! " seru Sarah pada polisi yang membawanya itu.
Meski belum fasih bahasa korea, tapi dia mengucapkan dengan jelas apa yang dia katakan.
Dia masih saja harus menjelaskan pembetulan ejaan namanya pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
01 ..........Thriller?
Namanya Sarah Amalia, usianya 36 tahun tanpa pencapaian apapun yang bisa membuat orang-orang sekitarnya bangga atau bahkan menyanjungnya.
Ya, sanjungan, semua orang haus akan hal itu. Di usia 30 hingga 35 Sarah pernah menginginkannya. Ingin orang-orang yang menatapnya menyanjungnya, entah itu dari penampilan ataupun sikapnya.
Kulitnya sawo matang, khas Indonesia punya kulit. Matanya coklat tersembunyi dibalik lingkar hitam seperti panda. Alisnya berantakan, tapi terlihat rapi jika dilihat dari kejauhan. Hitam seperti ulat bulu.
Rambutnya tipis, diikat bulat ke atas. Kali ini dia sedang duduk di kursi pesawat menuju pulau Jeju Korea. Dia tak memakai hijabnya karena "katanya" disana masih rentan diskriminasi terhadap orang-orang muslim.
Sarah menghela cukup keras, penumpang lain di sampingnya menoleh.
"Kamu sudah menghela berkali-kali, kamu baik baik saja kan? " tanya nya dengan bahasa Korea.
Sarah tersenyum bodoh, lesung pipitnya melekuk dalam, membuatnya sangat manis. Pria itu ikut tersenyum.
"Maaf, hanya tegang saja" jawab Sarah dengan mengucapkan kata per kata bahasa hangul dengan jelas.
Ya, dia belajar bahasa Korea hanya sebentar. Itupun saat dia masih bekerja menjadi helper di Singapura sebelumnya.
Sempat akan memilih Hongkong untuk tujuan lainnya dulu, Sarah lebih memilih Korea yang bahasanya sering dia pelajari dari drama drama yang dia tonton.
"Ambil nafas dalam, pikirkan indahnya pulau Jeju, kamu ga akan pernah nyesel datang ke sana" ucapnya dalam bahasa Indonesia.
Sarah tertawa.
"Rupanya bisa bahasa, maaf ya, bahasa Inggris yang lancarnya, hehe... " ucap Sarah.
"Tapi kamu kayaknya mudah bisa" pujinya.
Sarah tak berhenti tersenyum, pria itu juga ikut tersenyum. Mereka mengobrol sampai akhirnya sampai di bandara Jeju.
"Ok, selamat berlibur! Bye! " seru pria itu kemudian berbalik lagi setelah jauh untuk melambaikan tangannya.
"Wahh, manis" gumam Sarah.
Dia menggeret kopernya menuju tempat naik taksi. Tapi polisi mencegahnya.
"Bisa tunjukkan paspor? " pintanya, dengan tangan menengadah di depannya.
"Sebentar! " jawab Sarah seraya memindahkan tas yang digendong nya ke depan.
Polisi itu menatap foto yang ada di paspor, kemudian menatap Sarah.
"Ikut saya ke kantor" ucapnya.
Sarah menghela, merasa sial karena akhirnya tertangkap pemeriksaan polisi dan petugas bandara.
Sampai di kantor dalam, ada dua polisi yang hendak menginterogasi nya.
"Buka kopernya! " suruh salah satu polisi memakai bahasa Indonesia.
"Oke! " Sarah membuka kopernya.
Rapi, pakaian dalam diletakkan di satu wadah terpisah jadi tak bercecer diluar. Mereka, para polisi itu membongkar semuanya sampai mereka puas.
"Mau ngapain ke Jeju? " tanya polisi bernama Yo Jae Suk, yang pandai bahasa.
"Holiday" jawab Sarah seraya merapikan kopernya.
"Betul? " tanya Jae Suk ragu.
Sarah menggaruk hidungnya.
"Hmmm " jawab Sarah singkat.
Jae Suk melihat lagi keterangan di komputer yang menunjukkan paspor Sarah pernah masuk Singapura.
"Kamu di Singapura ngapain 3 tahun? " tanyanya.
"Kerja" Sarah selalu menjawab sambil sibuk.
"Duduk dulu, saya mau kamu lihat saya kalau jawab" ucap Jae Suk dengan nada tinggi.
"Nee......! " Sarah menjawab santai dan akhirnya duduk.
Dia duduk seperti anak sekolah yang sedang menghadap guru BK. Kedua tangannya rapi diletakkan di atas meja. Matanya membulat memperhatikan wajah Jae Suk dengan kacamata tebal nya.
"Kenapa menatapku seperti itu" gumam Jae Suk dengan bahasa Korea.
"Kamu bilang begitu tadi! " seru Sarah dengan bahasa Korea, nada bicaranya mengutip salah satu dialog drama, dia suka melakukannya.
Hal itu membuat Jae Suk tercengang.
"Pandai juga dia! " gumamnya lagi kagum.
"Sudahlah, mungkin dia memang mau liburan" ucap petugas lainnya.
Akhirnya Jae Suk menyudahi pertanyaannya.
"Baiklah, selamat berlibur nona Sarah" Jae Suk memberikan paspornya.
"Maaf membuat mu tidak nyaman, akhir akhir ini banyak orang datang dengan alasan akan berlibur tapi malah bekerja dan akhirnya terjebak dalam. . . "
"Human trafficking" Sarah bicara bersamaan dengan petugas itu.
Jae Suk menatap sinis.
"Maaf, aku juga baca berita. Tapi.... aku berharap liburan ku lancar" Sarah merasa takut dengan tatapan Jae Suk.
Sarah membungkuk.
"Terimakasih" ucapnya kemudian pergi.
Sarah langsung pergi ke tempat yang sudah dijanjikan untuk bertemu teman facebooknya yang berjanji akan mencarikannya broker di sana.
Ya, Sarah pergi ke Jeju karena ingin bekerja. Setelah mudik dan berhenti dari pekerjaannya sebagai helper di Singapura, uang tabungannya mulai menipis. Rumah yang dia beli masih kosong, tak ada perabotan. Dia memutuskan pergi dan mencari pekerjaan yang tak terikat kontrak dan bukan pekerjaan di rumah.
Salah satu teman facebooknya menawarkan untuk mencarikannya broker, atau penyalur pekerjaan di sini. Meskipun pekerjaan berkebun nyatanya lebih berat, tapi Sarah akan menerima resikonya.
Berjalan cukup jauh, Sarah akhirnya menemukan hotel kecil yang dia booking sebelumnya. Matanya menatap ke sekeliling tempat itu. Cukup ramai orang, dia menganggap itu jauh lebih baik daripada sepi.
Sarah masuk dan menunjukkan bukti booking online nya ke seorang penjaga di sana.
"Ga banyak hambatan sejauh ini lancar" Sarah berbaring sambil menelpon kakaknya yang cemas.
"Baguslah, kalau ada apa apa telpon polisi, telpon kita juga, biar kita bisa lapor KBRI di sana" ucap kakaknya.
"Doakan saja, mudah- mudahan dia ga nipu. Kalau nipu, nanti aku cepet balik lagi" ucap Sarah.
"Ya udah, istirahat. Apa apa berdo'a" ucap kakaknya.
"Ya"
Sarah menutup telpon nya. Dia bangun dan membuka jendela kecil menatap ke arah luar.
"Hmmm, dia belum chat" gumam Sarah.
Teringat bayangan kedua putrinya yang kemarin masih pergi jalan jalan dengannya.
Sarah tak sangka akan meninggalkan mereka lagi, tapi apa mau dikata. Dia tak berminat lagi berkerja di kota tempatnya lahir. Merasa sudah mentok, usianya yang sudah 36 dan memiliki dua putri, membuatnya susah mendapatkan pekerjaan.
Dia juga sudah merasa lelah jika harus berdagang atau buka usaha sendiri. Terlebih, semuanya harus dia kerjakan sendirian.
Menghela lagi, Sarah menatap kopernya, merasa lapar.
Dia membuka makanan yang dibekalkan kakaknya. Cemilan juga beberapa roti. Dia berpikir untuk membeli minuman, karena tak membawanya selama naik pesawat.
Sarah keluar, dengan persiapan yang matang, dia membawa semua identitas dalam satu tas yang mudah dibawa.
"Ahjussi! " seru Sarah hingga pria tua penjaga hotel menoleh.
"Ne... " jawabnya.
"Aku mau beli minuman keluar, tidak lama" ucap Sarah, masih dengan bahasa Korea yang pelan dan lugas.
Pria itu tersenyum.
"Ne... " jawabnya singkat.
Sarah hendak keluar, namun dia mendengar pria itu bergumam.
"Apa urusan nya dengan ku"
Sarah menoleh, pria itu ikut menoleh. Sarah hanya tersenyum, dia berpikir mungkin dia terlalu merasa ingin akrab. Dia mengerti, penjaga hotel itu tak suka terlalu diakrabi.
Berjalan sambil berkeliling, Sarah akhirnya memutuskan untuk membeli minum di toko 7 11. Dia masuk, suara lonceng kecil terdengar dan pegawai berseru kecil.
"Selamat datang, selamat berbelanja! "
Sarah tersenyum, langsung pergi ke konter minuman dan memilih.
...----------------...