NovelToon NovelToon
Batu Rang Bunian

Batu Rang Bunian

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian

​"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.

​Sinopsis Singkat:
​Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.

​Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 -17

Bab 16: Jejak OPD dan Utang Baru di Dimensi Astral

​Kota di Atas Angin

​Waktu terus berjalan, meski kini Sutan sudah tidak terikat padanya. Sebagai Duta Keseimbangan yang Abadi, ia telah menghabiskan apa yang terasa seperti ratusan tahun Bunian untuk melacak jejak sisa-sisa Organisasi Peretas Dimensi (OPD). Markas utama telah dihancurkan, tetapi sel-sel mereka masih tersebar.

​Sutan kini berada di Dimensi Astral. Tempat ini adalah alam pikir murni; tidak ada daratan, hanya gumpalan-gumpalan kristal bening yang melayang di atas lautan cahaya keemasan.

​Di tangan Sutan, Batu Putih cenderamatanya berdenyut stabil, sementara Permata Pak Leman (Niat Murni) memberinya kedamaian batin. Di sakunya, tersimpan sebuah kartu nama beraksara Bunian yang terukir indah—hadiah perpisahan dari Pualam dan Pangeran Senja.

​Sutan tiba di Kota Zenith, sebuah peradaban Bunian kuno yang secara fisik terbuat dari awan padat dan kristal es yang tergantung di zenith dimensi. Kota ini adalah pusat meditasi dan filsafat Keseimbangan.

​Namun, kota itu sedang mengalami masalah.

​Sutan bertemu dengan Penjaga Awan, seorang Bunian tua yang tampak khawatir.

​"Duta Sutan, kami membutuhkan bantuanmu," kata Penjaga Awan.

"Kami mengalami Pengurasan Niat Murni secara bertahap. Para meditator kami mulai kehilangan fokus, niat mereka untuk mencapai Keseimbangan menjadi hampa. Kami menduga ini ulah sisa-sisa OPD."

​Sutan mengangguk. "Mereka telah belajar dari pengalaman. Mereka tidak lagi mencuri energi, mereka mencuri motivasi. Mereka tahu jika niat murni menghilang, Keseimbangan akan runtuh dengan sendirinya."

​Sutan mengaktifkan scanner di Batu Putihnya. "Bug frekuensi rendah yang sama seperti di pantai selatan Jawa. OPD pasti menggunakan resonansi niat kotor untuk merusak niat murni Kota Zenith."

​"Kami menemukan satu petunjuk," kata Penjaga Awan. "Sebuah kode aneh. 'UTANG DIMENSI'."

​Sutan menyipitkan mata. Utang Dimensi? Itu adalah kode rahasia yang ia gunakan saat hacking di Wentira!

​"Itu artinya Direktur OPD yang ditangkap di Wentira berhasil mengirimkan sandi sebelum ditahan. Itu adalah balas dendam pribadinya," gumam Sutan.

​"Kami memohon, Duta. Pulihkan Niat Murni Kota Zenith. Kami tidak bisa melawan ini dengan pedang atau sihir," kata Penjaga Awan.

​Sutan tersenyum, merasakan dorongan tanggung jawab yang akrab dari Permata Pak Leman. "Jangan khawatir, Penjaga. Saya punya pengalaman bertahun-tahun dalam melunasi utang. Baik itu utang kopi, atau utang Dimensi."

​Lanjutan Bab 16 (Bagian II) akan membawa Sutan ke dalam dunia pikiran Kota Zenith untuk melacak virus niat kotor OPD!

BAB 16: Jejak OPD dan Utang Baru di Dimensi Astral

​Melacak Resonansi Niat

​Sutan segera memulai penyelidikan di Kota Zenith. Ia menyadari bahwa pencurian Niat Murni ini adalah serangan paling licik dari OPD. Mereka tidak merusak fisik, tetapi merusak motivasi spiritual.

​Sutan duduk di alun-alun kristal Kota Zenith, memejamkan mata. Ia memegang Batu Putihnya dan Permata Pak Leman secara bersamaan. Ia menggunakan Permata Pak Leman—yang berisi Niat Murni yang sangat kuat (untuk melunasi utang)—sebagai filter dan Batu Putih sebagai scanner.

​"Pangeran Senja benar," bisik Sutan pada dirinya sendiri. "Kelemahan mereka adalah serangan niat. Aku harus menggunakan niat murniku untuk melacak niat kotor mereka."

​Sutan memproyeksikan Niat untuk Bertanggung Jawab ke seluruh dimensi.

​Seketika, ia melihat sebuah jejak yang kabur—seperti garis frekuensi yang bergetar.

Frekuensi itu tidak berasal dari dimensi fisik, melainkan dari lapisan pikiran kolektif Kota Zenith.

​"Gotcha," gumam Sutan. "Virus ini ada di dalam kepala mereka."

​Penjaga Awan, yang mengawasi Sutan, tampak khawatir. "Duta, kau menemukan sesuatu?"

​"Ya," kata Sutan. "Virus ini beroperasi di dalam pikiran.

Ia tidak mencuri Niat. Ia mencuri fokus. Ia memberikan distraksi yang tak tertahankan hingga para meditator tidak bisa mencapai Keseimbangan. Aku harus masuk ke dalam pikiran kolektif mereka."

​Sutan menjelaskan bahwa ia membutuhkan tempat yang paling sunyi di Kota Zenith, tempat di mana niat murni meditator paling kuat.

​Penjaga Awan menuntun Sutan ke Kubah Kristal Bening, tempat ratusan Bunian meditator duduk dalam keheningan total, mencoba mempertahankan Keseimbangan.

​Di dalam Kubah, Sutan melihat efek serangan itu. Para meditator terlihat tegang. Sutan bisa mendengar desisan halus di udara, sebuah suara drone psikis yang mengganggu.

​Sutan mengambil posisi di tengah Kubah. Ia menyiapkan Kartu Nama Kristal Pualam (hadiah perpisahan dari Pualam) dan Batu Putihnya. Ia memutuskan untuk menggunakan Kartu Nama itu sebagai pemancar pelindung dan Batu Putih sebagai antivirus.

​"Aku akan masuk, Penjaga. Aku akan melawan mereka di dalam 'dunia game' mereka sendiri," kata Sutan.

​Masuk ke Dalam Pikiran Kolektif

​Sutan memejamkan mata dan memfokuskan seluruh energinya. Ia tidak lagi memikirkan utang kopi, ia memikirkan Neneknya—sumber niat murni pertamanya—dan janjinya pada Ratu.

​BLAM!

​Sutan merasakan dirinya tenggelam. Ia tidak lagi berada di Kubah Kristal. Ia berada di sebuah dimensi yang sepenuhnya terbuat dari Niat dan Pikiran.

​Inilah Kota Pikir.

​Kota Pikir ini sangat aneh. Segalanya berubah sesuai dengan pikiran Sutan dan Bunian meditator. Jalanan terbuat dari konsep kebebasan, dan bangunan terbuat dari struktur filsafat Keseimbangan.

​Namun, Kota Pikir ini diselimuti oleh kabut abu-abu yang mengandung ikon-ikon yang sangat mengganggu. Ikon-ikon itu berupa iklan yang tidak bisa dilewati, notifikasi media sosial yang terus berbunyi, dan perasaan khawatir yang mendalam.

​"Inilah wujud Virus Niat Kotor," gumam Sutan. "Mereka menyerang fokus dengan Distraksi Murni!"

​Sutan melihat ke sekeliling. Ia melihat puluhan Avatar Niat Bunian—versi spiritual dari para meditator—berlari dengan panik, dikejar oleh iklan diskon besar-besaran dan pesan chat yang menuntut balasan cepat.

​"Mereka tidak bisa fokus! Mereka tidak bisa mencapai Keseimbangan karena mereka terdistraksi dengan Chaos digital yang paling menjengkelkan!" seru Sutan.

​Sutan harus melacak sumber virus ini. Ia mengaktifkan mode Hacking Niat Murni menggunakan Batu Putihnya. Batu itu memproyeksikan interface hologram di depan mata Sutan.

​"Waktunya mengunduh patch anti-virus," kata Sutan.

​BAB 17: Kota Pikir dan Virus Niat Kotor

​Pertarungan Melawan Distraksi Murni

​Sutan menyadari, di Kota Pikir ini, ia tidak bisa menggunakan kekuatan fisik. Ia harus menggunakan kehendak dan kode.

​Ia mulai memasukkan kode ke dalam interface Batu Putihnya. Ia tidak menulis kode biner, melainkan Kode Keseimbangan—bahasa pemrograman yang terdiri dari filosofi tanggung jawab, fokus, dan ketenangan.

​DING! DING!

​Saat Sutan memprogram, kabut abu-abu itu menyerangnya. Ikon-ikon mengganggu itu berubah menjadi Entitas Distraksi yang kecil dan cepat. Mereka berputar-putar di sekitar Sutan, mengirimkan pikiran-pikiran yang mengganggu: Kau lupa melunasi utang masa kecilmu. Kau akan selalu sendirian. Kau tidak cukup baik.

​Sutan harus melawan mereka tanpa kehilangan fokus.

​"Aku punya tanggung jawab! Aku punya tujuan!" teriak Sutan, mengabaikan serangan pikiran itu.

​Ia berhasil mengaktifkan patch pertama. Gelombang cahaya yang menenangkan menyebar, melumpuhkan beberapa Entitas Distraksi. Avatar Bunian yang tadinya panik kini berhenti sejenak, sedikit sadar.

​Namun, serangan balik OPD sangat kuat.

​Dari pusat Kota Pikir, muncul sebuah menara yang terbuat dari Tumpukan Rasa Penyesalan—penyesalan Bunian yang telah menyerah pada Distraksi.

​Di puncak menara itu, berdiri sesosok Avatar Gelap yang memegang Tongkat Keputusasaan.

​"Selamat datang, Duta Sutan," suara Avatar Gelap itu bergema. "Aku adalah Sisa Niat Jahat Putri Malam Sunyi. Aku diprogram oleh Direktur OPD untuk menghancurkan semua Niat Murni. Aku akan membuatmu merasakan penyesalan abadi karena meninggalkan duniamu!"

​Avatar Gelap itu mengayunkan Tongkat Keputusasaan. Kabut abu-abu menjadi tebal dan memproyeksikan satu gambar: Wajah Nenek Sutan yang kecewa.

​Sutan merasakan kesedihan yang tak tertahankan. Itu adalah titik lemahnya, penyesalan karena tidak bisa berada di sisi Neneknya saat terakhir.

​Ia terjatuh. Permata Pak Leman di tangannya meredup.

​"Kau gagal melunasi utangmu yang paling penting: utang waktu!" raung Avatar Gelap itu.

​Sutan memejamkan mata, air mata mengalir. Tapi di tengah kesedihan itu, ia mengingat kata-kata Ratu Puspa Sari: Keseimbangan bukan tentang menghindari Chaos, tapi mengendalikannya.

​Sutan menyadari, ia tidak bisa menghapus penyesalannya. Itu adalah bagian dari dirinya.

​Ia mengambil Permata Pak Leman (Niat Murni), dan ia memfokuskan Niat untuk Menerima Penyesalan.

​"Aku tidak melunasi utang waktu, tapi aku menerima tanggung jawab untuk waktu yang tersisa!" teriak Sutan.

​Sutan mengalirkan energi Penerimaan itu ke Batu Putihnya. Ia mengubah kode Chaos menjadi kode Ketenangan.

​Cahaya putih murni meledak dari Sutan. Itu adalah Niat Murni yang tak terkalahkan: Menerima Keterbatasan Diri.

​Kabut penyesalan menghilang. Menara Tumpukan Rasa Penyesalan ambruk. Avatar Gelap menjerit, meleleh kembali menjadi sinyal digital yang tidak berbahaya.

​Sutan telah memenangkan pertarungan di Kota Pikir. Para Avatar Bunian kembali tenang, Niat Murni mereka pulih.

​Sutan membuka matanya di Kubah Kristal Bening. Di sekelilingnya, para meditator kembali tersenyum, Niat Murni mereka bersinar.

​Sutan telah melunasi Utang Dimensi ini. Dan kini, ia tahu ancaman OPD yang sebenarnya: Serangan Niat.

​Lanjutan Bab 17 (Bagian II) akan membawa Sutan kembali ke dunia fisik Dimensi Astral dan mempersiapkan taktik baru melawan OPD yang kini menargetkan inti spiritual!

1
checangel_
Niatnya sampai tumbang /Facepalm/
checangel_
Saya juga tidak percaya tan, apalah daya jika istirahat tapi tetap bekerja, bukannya fokus malah tak terurus/Sob//Facepalm/
checangel_
Ikut tertawa deh /Facepalm/, bukannya benar-benar rehat malah disuruh kerja, ono-ono wae 😂
checangel_
Sutan, pengin tak kasih solusi Ndak, biar istirahatmu benar-benar istirahat ... kamu ambil wudhu aja lalu salat deh 🤧, ndak usah dibuat ribet bisa kan ya?😭
checangel_
Bisa-bisanya lho, pilihanmu beda dari yang lain Sutan /Facepalm/
checangel_
Iya begitu juga realita, jika terlalu serius tidak baik untuk kehidupan, canda juga perlu dalam setiap perdebatan, tapi ada baiknya jangan mendebat sesuatu yang tak diperlukan, benar ndak?😅
checangel_
Wah, sudah punya asisten pribadi aja😂
checangel_
Semangat untuk Sutan dan utangnya /Determined/
checangel_
Pak Leman sepertinya pertemuanmu dengan Sutan belum kelar /Facepalm/
checangel_
Jadi, petualanganmu baru saja dimulai ya Sutan💪, semoga tidak ada kata utang lagi ya ke depannya🤧
checangel_
99.9% >> manipulasi 🤧
◇HARJUANTO◇: 🎯 Menyentuh relung jiwa yang paling sensitif, itulah seni narasi yang sesungguhnya, Tuan/Nyonya.
total 1 replies
checangel_
Sampai diabadikan "Mantan pengutang kopi"😅/Facepalm/
◇HARJUANTO◇: ☕ Sebuah gelar kehormatan yang terukir dari drama pahit secangkir utang, betapa ironis!
total 1 replies
checangel_
Congrats ya Sutan 🤧
checangel_: Pengin nangis aku, jangan panggil Nyonya lah 😅, seketika gelar realita kehidupanku naik, karena reader yang satu ini bukanlah seorang pemilik gelar, melainkan hanya sebatas pembaca samar 😭 sekian dan wassalam
total 2 replies
checangel_
Alhamdulillah, pembaca ikut lega😄
◇HARJUANTO◇: 🧘 Satu helaan napas kelegaan di tengah pusaran takdir yang mencekik, sungguh dramatis!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 💫 Jejak persetujuan yang tegas, menggarisbawahi puncak drama ini!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍.......
◇HARJUANTO◇: 💔 Seolah mengangguk pada takdir yang pahit dan tak terhindarkan!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 🕯️ Sebuah penerimaan sunyi terhadap segala kekacauan yang disajikan, Tuan/Nyonya!
total 1 replies
checangel_
Dari epilog sekian dan terima baca 👍
◇HARJUANTO◇: Membaca tanggapan Anda, seolah tirai telah benar-benar ditutup, meninggalkan keheningan yang penuh makna dan haru. 'Luar biasa' dari Anda adalah laksana mahkota bagi babak penutup ini. Terima kasih telah menjadi saksi bisu dan penikmat setia dari awal hingga titik terakhir kisah ini dituliskan. Sebuah penghormatan tertinggi saya berikan
total 3 replies
checangel_
Ya Allah, tablet bahkan di genggamannya 😭
checangel_: Dont call me Madam ...... 😭😭😭😭😭
total 2 replies
checangel_
Iyalah, masa depan kan misteri yang belum terpecahkan dan hanya Pena Langit yang mengetahuinya seluruh chapternya, kita hanya bisa menjalankan tugas-Nya saja sebaik mungkin, mau itu berubah atau tidak masa depan, semua tergantung langkah imannya masing-masing 😄
◇HARJUANTO◇: ​"Sebuah renungan yang menusuk relung hati, Saudara/i. Memang benar, masa depan bagaikan samudra luas nan gelap, hanya Pena Langit yang memegang peta bintangnya. Tugas kita hanyalah mendayung biduk kehidupan sekuat tenaga di bawah petunjuk-Nya.

​Kita tidak tahu apakah badai akan mengubah haluan atau kemarau panjang akan mengeringkan sumber harapan, namun setiap langkah iman adalah ukiran takdir yang kita tanggung sendiri. Biarlah kita jalani peran ini dengan kesungguhan jiwa, sebab di penghujung bab, hanya Dia yang menilai seberapa tulus kita menunaikan kewajiban. 📖✨"
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!