Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 01 [ Ditinggal Menikah disaat sedang mengandung ]
"Berhenti!"
Sontak semua sorot mata berpaling dari arah suara itu. Munculnya sesosok G4dis dengan pakaian lesu dan tak rapi perlahan menghampiri mereka.
Tak hanya tatapan tajam yang dilayangkannya. Namun kepalan tangan dari orang tua gadis itu ikut menunjukkan seberapa kecewa dan marahnya mereka atas perilaku buruk entah apa yang akan dilakukan Putri kandungnya.
"Apa maksudmu tiba-tiba menghentikan acara ini? Mama tegaskan jangan pernah bikin malu keluarga! Paham!"
Namun, hati Adara yang seakan-akan sudah mati. Adara tak memperdulikan larangan dari sosok wanita yang tak lain Mama kandungnya sendiri.
Sebaliknya Adara semakin mendekati arah kedua mempelai yang sebentar lagi akan melangsungkan sebuah ikatan janji suci.
Lalu tamparan kasar Adara layangkan pada calon mempelai laki-laki, sekejap sorot mata lelaki itu membalas memberikan tatapan tajam tak mempercayai tindakan gadis tersebut.
"Kamu gil4! Apa maksudmu tiba-tiba menampar putraku? Anda sudah tidak waras!"gertak Mama dari mempelai laki-laki yang memiliki nama Rahendra Wijaya
Tapi balasan yang dilontarkan Adara ia malah memilih tak menggubrisnya sekalipun! Sebaliknya, ia malah puas bisa memberikan tindakan seperti ini pada lelaki yang bisa dibilang masih berstatus kekasihnya.
"Apa maksudmu tiba-tiba menampar ku? Apa kamu masih belum bisa melupakan aku? Ataukah kamu sangat berharap pernikahan ini gagal karena kamu sangat menginginkan disini yang jadi calon mempelai wanita itu kamu? Bukan Sandra?" tegas Hendra dengan menunjuk arah Sandra.
"Satpam!"
Lelaki bernama Rahendra Wijaya itu memanggilnya dengan sangat keras, tak lama seseorang itu pun datang.
"Iya tuan?"
"Bawa pergi wanita ini!"titahnya.
"Baik tuan!"
Dicengkeram pergelaran tangan Adara, kali ini Adara tak mempercayai sosok kekasih yang dulunya sangat ia dambakan, sangat ia impikan menjadi bagian dalam hidupnya bisa bertindak kelewat batas terhadap dirinya.
"Lepas!"
"Ayo non kita pergi!"
"Tidak!"
"Non, Non jangan gila! Cara non hanya akan bikin non menambah masalah besar! Yakinlah ikutlah denganku, Non bisa bicarakan masalah ini baik-baik." Satpam memberikan nasehat.
"Kalian tidak perlu mengusirku! Aku punya kaki dan bisa berjalan sendiri dari tempat terkutuk ini, tapi sebelum itu ada suatu hal yang ingin aku bicarakan!"
"Saya perintahkan cepat bawa dia!"titah lelaki itu lagi.
Satpam itu kembali mencengkram pergelangan tangan Adara, tak hanya satpam, Erlangga sang kakak dari Adara ikut mencengkram erat pergelangan tangan sang Adik.
"Jangan membuang waktu! Kita tau kamu hanya akan bikin rusuh! Kakak peringatkan kamu akan menyesal jika telah meledakkan amarah Papa! Cepat kita pergi!"tegas Erlangga memberikan peringatan, tapi sama tak ada ketakutan dalam diri Adara.
"Tidak! Sudah aku katakan aku ingin mengatakan sesuatu dan aku sangat ingin pernikahan ini gagal, tidak ada yang namanya ijab kabul! Aku juga sangat yakin setelah aku memberitahukan hal ini pada kalian semua, aku sangat yakin kalian juga pasti akan menggagalkan pernikahan ini, aku sangat yakin!"seru Adara dengan percaya diri.
"Omong kosong! Kamu mengira pernikahan ini main-main, Pak cepat usir wanita ini, dia tidak seharusnya disini ...dia wanita gila! Usir dia!"
Berusaha Adara memberontak cengkraman keduanya pun terlepas, lalu dilemparkan sebuah tespek kearah Hendra, dipungutnya tatapan amat mengejutkan dan juga ketakutan amat nampak jelas dibenak wajah Hendra.
"Ini ...apa maksudnya?"
Lalu dengan cepat mempelai wanita merebut tespek itu dari tangan Hendra.
"Kamu hamil!"
Semua orang terkejut atas ucapan Sandra. Bahkan kedua orang tua Adara sendiri hampir kehilangan keseimbangan, tak mempercayai putri kandungnya bisa bertindak diluar batas seperti ini.
"Apa maksudmu kamu hamil Adara? Kamu belum menikah bagaimana mungkin itu terjadi, kamu hanya bercanda kan?"
Sandra ikut menyuarakan, ia pula tak mempercayai, wajah memelasnya mulai ia layangkan agar orang-orang disekelilingnya merasa iba.
"Sebenarnya apa yang ada di otak kamu belum puas bikin Mama dan Papa malu karena ulahmu, sekarang kamu menambah beban kita lagi dengan mengatakan kamu hamil? Kamu sudah tidak waras?"
Wanita memiliki status Mama dari Adara tak habis pikir, ia pula tak bisa berkata lagi.
"Aku ingin Hendra mempertanggung jawabkan perbuatannya, janin yang aku kandung ini benar-benar darah daging dia! Pernikahan mereka tidak boleh terlaksana aku mau kamu menikahi ku, bukan malah si pungut ini!"
Suasana kini seketika menjadi mencekam. Para tamu saling berbisik membicarakan hal ini, orang tua Adara yang tak mampu menahan rasa malu yang akan kian membesar.
Kini tangan kekar lelaki tua itu mencengkram dengan kasar pergelangan tangan Adara dan memaksanya membawa pergi dan tak memberikan kesempatan atas rintihan yang dirasakan Adara.
Suasana kini tambah semakin gaduh, tubuh Sandra seakan-akan kehabisan tenaga ia bersimpuh dengan air matanya yang mulai berlinang membasahi pipinya.
"Tidak! Ini tidak mungkin? Katakan kamu tidak mungkin menghamili Adara kan? Katakan ini tidak mungkin kan, Hendra?"
Hendra ikut bersimpuh, menggenggam erat tangan Sandra ia meyakinkan jika ucapan Adara hanya sebatas tuduhan.
"Aku mohon percayalah apa yang dia katakan sangatlah tidak benar! Dia pasti sengaja ingin menghancurkan pernikahan kita ini! Aku tidak pernah melakukan hal lebih terhadapnya ...tidak pernah! Tidak pernah! Plis jangan batalkan pernikahan ini, aku mohon ...."
Hendra memohon, beberapa kali mencium punggung tangan Sandra agar diberikan kesempatan.
"Tapi bagaimana mungkin? Jika benar anak dalam kandungan Adara benar-benar anak kamu aku akan sangat menyesal telah merebut kamu darinya? Aku tidak bisa Hendra ...aku tidak bisa ..."
"Plis percayalah padaku kalau aku tidak pernah menodai apalagi sampai memiliki anak dengan dia. Aku berani bersumpah itu bukan anakku ...dia pasti sengaja menjebak aku hanya bermaksud agar aku menjadi miliknya ...plis percayalah aku mohon ...."
"Nak, Mama percaya dengan ucapan Hendra, dia anak yang baik dan sangat tidak mungkin dia bisa sampai menghamili Adara ...Mama juga percaya ini hanya tipuan dia ... jadi tolong percayalah dan tolong jangan batalkan pernikahan ini Mama mohon ..." Mama dari Adara lagi-lagi mendukung hubungan mereka.
"Baiklah demi Mama aku akan tetap melanjutkan pernikahan ini. Disini banyak tamu penting Mama dan Papa yang hadir, takutnya jika aku membatalkan yang ada Mama dan Papa akan menanggung rasa malu, aku bersedia menikah dengan Hendra ...aku bersedia ...."
"Aku mau menikah denganmu. Mungkin benar katamu Adara hanya bersandiwara karena dia sangat mencintaimu. Dan mengatur cara licik seperti ini untuk menggagalkan pernikahan kita ini, aku mau menikah denganmu ... Hendra aku mau."
"Terima kasih! Terima kasih sudah mau mempercayaiku."
"Alangkah baiknya kamu langsungkan ijab kabul sekarang, soal Adara biar kami yang urus, cepat lakukanlah." Mama dari Adara memerintahkan.
Keduanya kembali duduk berhadapan dengan Pak penghulu. Tangan Hendra saling berjabat tangan pada sang penghulu, suasana kembali cukup tenang Hendra akhirnya melontarkan ijab kabul yang ditunggu-tunggu.
Ijab kabul telah dikumandangkan dengan lancar tanpa adanya hambatan, keduanya kini sudah terikat hubungan sebagai suami-istri dan diberikan kecupan manis satu sama lain.
Jika kebahagiaan berhasil dirasakan oleh mereka, tidak dengan Adara entah kehancuran apa yang akan ia alami setelah dirinya mencoba membela diri, namun tak ada yang berada di pihaknya.
Tubuhnya tak berdaya itu terhuyung jatuh, namun untungnya ia sempat menahan perutnya, setelah mendapatkan tamparan keras yang dilakukan Mama bahkan Papa kandungnya sendiri.
Didepan banyak orang telah menjadi saksi kemalangan dari gadis bernama Adara. G4dis yang masih berusia 20 tahun. Namun, sudah banyak rintangan dan kehancuran yang harus ia hadapi seorang diri.
Alih-alih merasakan iba terhadap kondisi sang putri kandung, yang Adara terima sebuah kekecewaan yang kembali ia rasakan terhadap sikap dan ketidak keperdulian kedua orang tuanya, kepercayaan yang Adara dambakan dibalas sebuah tamparan yang ikut saudaranya layangkan.
Jika Sandra yang hanya berstatus anak pungut, atau anak adopsi yang selalu diperlakukan khusus penuh dengan kasih sayang layaknya seperti Putri kandung. Bahkan tidak pernah sekalipun diberikan tamparan dan perlakuan kasar.
Berbeda dengan Adara, tamparan kasar bahkan sikap ketidak keperdulian dari orang tuanya menurutnya sudah jadi makanan untuk kesekian harinya.
Apalagi sejak hadirnya Wanita bernama Sandra yang muncul dalam kehidupannya beberapa tahun belakangan ini, menjadikan awal baru kehancuran Adara mulai muncul.
Seperti mayat hidup yang tak memiliki nyawa, tak berbelas kasih Adiknya ditampar di depan Kakaknya sendiri, lelaki itu hanya memilih terdiam.
Disaat akan mendapatkan tamparan dari sang Papa, sebuah tangan menangkap, mencoba melerai dan menahan tindakannya, tapi dibalas hempasan yang dibalas oleh Adara sendiri.
Tubuh Sandra berbalik tersungkur hingga membentur dinding, adanya bercak darah di keningnya mengejutkan semuanya termasuk orang tua dari Adara sendiri.
"Adara!"
Papanya kembali membentak, tak hanya itu Wanita tua yang sedari tadi ikut menghakimi Adara membantu Sandra kembali berdiri.
Sorot mata ketiga seseorang itu me'najam kearah Adara seolah hanya dialah yang bersalah akan kejadian ini.
"Apa yang kamu lakukan kenapa jadi se'kasar ini sama Sandra? Dia sudah dengan baik hati mau membantumu biarpun kamu hampir saja bikin kehidupannya hancur lebur! Dia sudah sangat baik, tapi apa balasannya? Kamu masih bisa kasar sama Sandra?"
Kembali memberikan tamparan lagi. Namun, Adara tak sudi lagi mengeluarkan air matanya untuk yang kesekian kalinya.
"Apa kata anda?"
Balasan yang dilayangkan Adara, ia tersenyum, ia juga tertawa kecil, lagi dan lagi ia mendengar bahkan melihat gimana perlakukan orang tua yang jauh sangatlah berbeda antara Putri kandung dan juga anak pungut.
"Bahkan pada Papa kandungmu sendiri kamu bisa memanggil Papa dengan sebutan Anda? Kapan sikapmu akan sama seperti Kak Erlangga dan Sandra?Bahkan Sandra yang bukan Putri Kandung Papa, tapi dia malah lebih baik darimu tidak pernah sekalipun bikin papa malu! Selain cantik Dia juga cerdas! Pintar selalu mematuhi apa perintah Papa, tapi kamu! Papa bahkan tidak percaya memiliki Putri tidak tau diri sepertimu! Kau tau itu!"
Seperti itulah kata-kata umpatan yang hampir setiap hari Adara dengar, sosok Papa kandung yang biasanya menjadikan Putri kandungnya layaknya seperti Cinderella yang penuh dengan kemanjaan dan perlakukan yang tulus.
Berbeda terbalik dengan yang Adara terima, tak pernah sekalipun ia mendapatkan perlakukan khusus dari sosok Papa kandungnya.
"Cukup!"bentak Adara yang kini menghentikan kemarahan sang Papa.
BERSAMBUNG.
lanjut thor