NovelToon NovelToon
PICCOLA PERDUTA

PICCOLA PERDUTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dark Romance
Popularitas:35.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️

Series #3

Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.

Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.

Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.

Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 : Bagaikan Daging Steak

...•••Selamat Membaca•••...

Maula membuka matanya perlahan. Cahaya putih pucat menyusup lewat sela-sela dahan pohon tinggi di atasnya. Daun-daun bergoyang pelan ditiup angin, menimbulkan suara gemerisik yang tidak dikenalnya.

Tanah di bawah tubuhnya lembap dan dingin. Ada bau kayu basah dan debu yang mengendap terlalu lama. Ia mencoba duduk dengan punggungnya yang terasa pegal, dan kepalanya berat. Seolah baru bangun dari tidur yang terlalu panjang.

Di sekelilingnya, beberapa temannya mulai bergerak. Ada yang mengerang pelan, ada yang masih tak sadarkan diri.

“Ini… di mana?” suara Maula lirih, nyaris tak terdengar.

Tak ada yang menjawab langsung. Hanya suara burung asing di kejauhan, dan gesekan semak yang membuat bulu kuduknya meremang. Ia mengenali wajah-wajah di sekitarnya, teman-teman seangkatannya di fakultas kedokteran beserta dua dosen pembimbing. Awalnya mahasiswa hanya dua belas orang namun bertambah lima orang dan satu sopir bus. Dua puluh orang, termasuk dirinya, yang terakhir kali ia ingat, sedang dalam perjalanan menuju kegiatan sosial luar kampus.

Tapi ini bukan lokasi kegiatan. Tidak ada bangunan atau tanda-tanda pemukiman. Tidak ada jalan setapak. Hanya hutan yang lebat, sunyi, dan tak dikenali.

“Kenapa kita bisa di sini?” tanya Carlo, suara seraknya pecah di tengah keheningan.

Tak ada yang tahu jawabannya. Mereka semua saling berpandangan, menunggu satu sama lain menjelaskan sesuatu yang bahkan tidak bisa mereka mengerti.

Di kejauhan, suara gemericik air terdengar samar, seperti aliran sungai kecil. Tapi selain itu, semuanya terlalu tenang dan sepi.

Maula berdiri perlahan. Ada rasa tak nyaman di dadanya. Bukan hanya karena tempat ini asing. Tapi karena ada sesuatu dalam diam hutan ini yang terasa tidak wajar.

“Lebih baik kita cari bantuan atau apa, jelas kita sengaja dibawa ke sini,” ujar Jorge, dokter pendamping mereka.

“Kamu baik-baik aja kan, Mau?” tanya Sofia karena Maula dari tadi sedikit meringis memegangi perutnya.

“Ya aku baik, Sof.”

Rombongan itu terus berjalan menelusuri hutan, seingat mereka, saat di bus tiba-tiba asap muncul dan membuat mereka semua tak sadarkan diri. Tiba-tiba terbangun dalam kondisi seperti ini di tempat yang sama sekali tidak mereka ketahui.

Maula langsung terpikir akan suaminya, Rayden. Timbul rasa rindu luar biasa pada Rayden saat ini, ketika lelah berjalan, mereka semua beristirahat dan Maula pamit untuk buang air kecil sendiri.

Maula menangis tanpa diketahui oleh siapa pun. Rasa takut kini menjalar di hatinya, mengingat bahwa dirinya tidak aman sekarang. Waktu lima hari yang dia inginkan berubah menjadi waktu yang tidak tentu.

“Ray. Aku mau pulang,” isak Maula sambil memeluk kedua lututnya.

Selesai istirahat, semua berjalan kembali hingga menemukan pemukiman warga. Terdengar helaan napas lega dari mereka semua karena memiliki harapan untuk bisa pulang lagi.

Kaki-kaki lelah itu terus melangkah memasuki desa, mereka semua berharap  bahwa penduduk akan membantu mereka untuk kembali pulang.

Kedatangan dua puluh orang ini jelas disambut hangat oleh para penduduk, tak ada yang mencurigakan dari mereka semua hanya saja rata-raga penduduk di sana berkulit hitam dan memiliki tatapan begitu tajam.

Pakaian mereka bisa dibilang sudah modern dan rumah yang mereka huni juga terbilang cukup bagus dan dari batu pula. Hanya saja di sana tidak memiliki aliran listrik sehingga mereka semua menerangi rumah menggunakan lampu dari obor.

Desa itu tampak telah lama dihuni dan bangunan di sana juga tampak sudah lama, rumah penduduk di kelilingi oleh dinding tinggi sehingga bisa dikatakan bahwa pemukiman mereka berada dalam satu area yang dibatasi tembok tinggi.

Untuk masuk ke sana harus melalui gerbang utama dengan pagar besi yang menjulang sangat tinggi.

Desa itu seperti sebuah kota yang terbengkalai lalu dihuni ulang oleh para penduduk.

“Permisi, kami tersesat ke sini dan butuh bantuan,” ujar Jorge dengan sopan menggunakan bahasa Spanyol yang fasih pada salah seorang ibu-ibu.

“Mari ikut saya.” Mereka merasa kembali aman karena penduduk sana juga berbahasa Spanyol. Yang mana berarti mereka masih ada di Spanyol, bukan di hutan luar Spanyol.

Ibu itu membawa mereka ke sebuah rumah batu yang mana penghuninya seorang pria paruh baya, kisaran usianya mungkin sekitar 60 tahunan. Dengan sopan, mereka semua membuka alas kaki dan masuk ke rumah pria tersebut.

“Dia kepala desa di sini, kalian bisa bicara dengannya,” ujar si ibu pada Jorge.

“Terima kasih.”

Mereka semua masuk dan duduk berhadapan dengan pria tua yang diketahui namanya adalah Pexir.

Maula menatap aneh isi rumah Pexir ini, tak ada barang-barang berharga atau perabotan, hanya rumah kosong yang seperti dihuni begitu saja.

Jorge menceritakan kondisi mereka dan Pexir memahami.

“Tidurlah malam ini di sini, besok kami akan mengantarkan kalian keluar dari desa ini menuju ke kota.” Mereka semua tersenyum lega mendengar omongan Pexir lalu mereka dituntun untuk istirahat di sebuah ruangan lapang, di sana hanya ada tikar biasa.

“Hanya ini yang saya punya, silakan istirahat,” kata Pexir dengan nada dingin dan tegas.

Mereka semua saling menenangkan diri, berharap besok bisa pulang ke rumah masing-masing. Mereka belum sadar bahwa desa yang mereka kunjungi berisi psikopat kanibal.

Semua warga tampak menyambut dengan ramah karena mereka merasa memiliki makanan lezat yang akan dihidangkan malam ini.

Semua tertidur karena lelah, kecuali Maula yang hanya bisa meringkuk menahan dingin sambil mengingat suaminya.

“Ray, aku di sini. Kamu sedang apa?” lirih Maula sambil sesekali sesegukan pelan.

Maula memejamkan matanya, baru lima menit tidur, dia terusik dengan sebuah suara teriakan teredam. Maula bisa mendengar karena dia tidur di dekat pintu bersama Sofia dan Reba.

Maula melihat rombongannya tertidur pulas tapi sang sopir bus tidak ada. Maula kembali mendengar suara aneh lalu mencoba mengintip keluar ruangan. Kosong. Tak ada apapun.

Maula membuka pintu perlahan dan melihat kondisi rumah tersebut, benar-benar seperti rumah terbengkalai yang dihuni ulang tapi tidak direnovasi atau dkrawat dengan baik. Mereka saat ini berada di lantai dua.

Maula terus melihat-lihat dan mengikuti sumber suara yang tadi sedikit mengganggunya. Itu berasal dari kamar di seberang ruangan mereka istirahat.

Langkah terus membawanya ke kamar itu dan perlahan mengintip di celah pintu yang tidak tertutup rapat.

Maula membulatkan matanya saat melihat tubuh sang sopir digerogoti oleh Pexir dengan lima orang lainnya. Mereka memegang pisau masing-masing dan menyayat tubuh sopir yang gemuk sedikit demi sedikit.

Parahnya, sopir itu masih hidup dan dia menangis sambil merintih kesakitan ketika pisau terus menyayat tubuhnya.

Mulut sopir itu dibekap dan tangan kakinya diikat lalu ditidurkan di lantai. Mereka semua memakan daging sopir itu.

Maula merasa sangat mual menyaksikannya. Dia langsung kembali ke ruangan istirahat dengan kondisi menggigil parah. Teman-temannya belum ada yang bangun, dia terlalu takut untuk menyimpannya sendirian.

Masih terngiang di kepala Maula saat Pexir menyayat daging di paha si sopir lalu memakannya, mengunyah seolah-olah itu daging steak.

“Aku mau pulang. Raydeennn.” Maula merintih pilu dan tepat di markas Vindex, Rayden langsung terbangun setelah memimpikan istrinya yang meminta pertolongan.

Napas Rayden terengah karena mimpi yang sangat mengerikan mengenai Maula.

“Kamu di mana, Piccola? Aku benar-benar merindukanmu,” lirih Rayden sambil mengusap wajahnya.

...•••Bersambung•••...

1
Latoya
hebat
Frizzy Danuella
Wow amazing thor
Frizzy Danuella
Angkat aku jadi cucumu juga nena
Blade Haruna
Akhirnya hukuman mereka ditetapkan juga, ini nih yg gue suka. Satu masalah selesai baru datang masalah baru, bukan malah belibet yg bikin pala gue makin pusing
Zenia Kamari
Confess sekarang apa gue cepuin lo
Zenia Kamari
gue nonis, tpi gue suka banget sama karya religi kakak ini
Zayana Qyu Calista
sungkem gue ama lo kak
Zayana Qyu Calista
Gue kebagian cucu angkat juga gpp deh, asal neneknya kayak eliza ini
Rihana👒
Saya support kalau memang sofia sama advait
Rihana👒
Begini kalau dapat cinta yang setara, mereka saling jaga
Rihana👒
Thor, bikin novel religi versi kamu lagi dong, saya mau baca dan jangan lupa untuk ilmu pengetahuannya. Ditunggu ya thor (sangat berharap)
Pesillia Lilian
asik tuh klau advait sama Sofia, bakalan besty selamanya Maula
Pesillia Lilian
Author terniat
Miyoji Sweetes
Ngomong jgn dlam hati Advait, ngomong langsung elaahh
Miyoji Sweetes
Seniat itu ya thor🔥🔥🔥
Cherry Berry
Advait kalo gak gercep ya alamat bakalan patah hati
Pedri Alfonso
ini keren banget
Putri vanesa
Kk berapa lama smpe bisa bikin cerita ini sereal mungkin, entah ini memang real life or imagination aku pribadi bukan kyak ngebaca dosng tpi kyak udah nnton ceritanya langsung dalam byang2an fikiran aku, karena emang sedetail itu ceritanyaaa, ini mah kudu di jdiin film sih rame bnget soalnya
Sadohil: setuju banget
Zenia Kamari: Terbaik ini karya
total 5 replies
🐱Pushi Cat🐱
Keren, gak pernah gagal kakak ini masalah detail, baik kedokteran, agama maupun hukum. Pantesan penulis pada bilang kalau menulis bukan hanya tentang merangkai kata
Putri vanesa
SemangatAdvait kita dukung dirinu dan Sofia menuju jannah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!