Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. A cunning plan
“Baiklah, kamu pulang saja dulu,” ucap Liora sambil tersenyum pada Talia.
Ia menatap punggung sahabatnya yang menjauh, lalu menarik napas panjang.
Hari ini, ia merasa sedikit lebih lega.
Putus cinta bukanlah akhir dari segalanya. Justru dari sini, ia ingin belajar hidup lebih baik. Ia ingin bahagia, tanpa bergantung pada siapa pun.
......................
Di sisi lain.
Setelah mengantar Selina pulang, Damien langsung pergi tanpa banyak bicara.
Sesampainya di rumah, Selina menaiki tangga dengan langkah cepat. Begitu sampai di depan pintu kamarnya, ia segera masuk.
Tapi tak lama setelah menutup pintu, raut wajahnya berubah kesal. Ia melangkah ke sudut ruangan, membuka pintu kecil yang menghubungkan kamarnya dengan ruang duduk pribadi sang ibu.
"Mah," panggilnya datar. Liliane, yang sedang duduk membaca majalah di sofa, menoleh santai.
"Ada apa, Sayang?"
"Mama harus cari cara supaya Liora beneran nikah sama pria tua itu," ucap Selina dengan nada penuh tekanan.
Liliane menyandarkan tubuhnya dan menatap putrinya sambil tersenyum kecil.
“Tenang, sayang. Mama pastikan Liora nggak akan punya hubungan lagi sama keluarga kita.”
“Terus, kita harus gimana?” tanya Selina.
“Kita butuh persetujuan dari ayahmu, kalau dia setuju, Liora pasti tak bisa menolak.”
“Kalau gitu, bilang ke Ayah sekarang,” desaknya.
Liliane mengangguk pelan.
“Sepertinya ini satu-satunya jalan.” Tatapannya berubah dingin.
Ia lalu membisikkan sesuatu di telinga Selina. Senyum licik muncul di sudut bibir gadis itu.
"Ma, aku mengerti. Aku bakal hubungi dia sekarang," ucap Selina sambil menekan layar ponselnya.
"Bagus. Mama akan bicara dengan Ayahmu," kata Liliane sambil berdiri.
Begitu sang ibu pergi, Selina menatap keluar jendela. Matanya penuh amarah dan ambisi.
"Liora, kali ini aku pastikan semua orang menjauhi mu dan ku pastikan reputasi mu bakal hancur."
......................
Keesokan harinya.
Liora datang lebih pagi ke sekolah. Ia mengedarkan pandangan, tapi tak menemukan sosok Talia di mana pun.
Ponselnya tiba-tiba berdering. Begitu melihat nama penelepon, ia segera menjawab.
"Halo, Tal. Kok kamu belum sampai?" tanya Liora dengan bingung.
“Maaf ya, Li. Hari ini aku ada urusan di rumah. Tolong bilangin ke Bu Melisa kalau aku izin, ya?” suaranya tampak memohon.
“Iya, nanti aku sampein.”
“Nanti aku traktir kamu makan enak deh,” janji Talia.
“Iya bawel,” jawab Liora sebelum menutup telepon.
Baru saja ia melangkah ke halaman sekolah, suara tak asing menyapa telinganya.
“Liora…”
Suaranya membuat bahunya refleks menegang.
Liora menoleh pelan saat mendengar suara Selina memanggilnya. Di belakang gadis itu, seperti biasa, berdiri Anna dan Gisel.
“Kak, malam ini aku mau mengajakmu ikut ke Yese Club. Damien juga bakal datang. Kita mau kumpul-kumpul sebelum lulus. Beberapa teman sekelas juga ikut,” ucap Selina sambil tersenyum manis.
Liora menatapnya datar. “Maaf, aku nggak bisa.”
Anna langsung nyeletuk, “Liora, kamu keterlaluan banget. Selina sudah mengajakmu baik-baik.”
Liora tetap diam, tapi tangannya mengepal pelan.
Melihat itu, Selina malah tersenyum puas dalam hati. “Sudah, jangan ribut,” ucap Selina lembut, seolah membela. “Mungkin saja Kakak lagi tidak enak badan.”
“Selina!” seru Anna, tidak terima dengan ucapan nya.
Anna kemudian melirik Liora dan berkata dengan nyelekit, “Atau jangan-jangan kamu takut melihat Damien makin dekat sama Selina, ya?
Liora menatap mereka, lalu tersenyum tipis.
Kalau ia benar-benar ingin memulai hidup baru, Ia tak boleh terus menerus menghindar.
“Aku ikut,” ucapnya pelan tapi pasti.
Selina mendadak kesal. Ia paling benci saat Liora terlihat kuat seperti ini. Tapi saat mengingat rencana malam nanti, rasa kesalnya sedikit reda.
“Jam tujuh malam ya!” kata Gisel cepat.
Liora mengangguk dan langsung balik ke kelas.
Ia duduk di kursinya dan mulai membuka buku. Suasana kelas terasa sepi tanpa Talia.
Namun, tak ada satupun orang yang menyapanya.
......................
Waktu begitu cepat berlalu. Tanpa sadar, hari sudah sore.
Liora melihat jam tangannya lalu segera keluar dari kelasnya. Gadis itu mulai berjalan kedepan dan menghentikan taksi.
Begitu masuk, taksi langsung melaju ke tujuan.
Tanpa ia tahu, ada mobil yang mengikuti dari belakang.
Setibanya di tempat, ia melihat Selina sudah berdiri di sana.
"Kita bareng ya,” kata Selina tersenyum.
“Ya,” jawab Liora singkat.
“Ayo masuk,” ajaknya.
Tempat yang mereka datangi malam ini adalah Yese Club—salah satu klub paling eksklusif di Nocturne City. Untuk bisa masuk ke sana, minimal harus mengeluarkan uang yang cukup banyak.
Setibanya disana. Mereka memasuki ruangan VIP, Liora melihat Damien, Gisel, dan Anna yang sudah duduk santai di sofa mewah.
Selain mereka, ada banyak teman sekelas lain yang ikut datang. Sepertinya lebih dari dua puluh orang di sana.
"Akhirnya kamu datang juga. Sampai-sampai Selina harus turun tangan menjemputmu." sindir Anna.
“Sudahlah, aku nggak apa-apa,” ucap Selina dengan nada lembut.
Liora langsung duduk di sofa dan membuka sebotol jus, lalu meminumnya perlahan.
“Damien, semoga kamu dan Selina langgeng ya,” kata Gisel sambil tersenyum manis.
“Iya, kalian tuh cocok banget,” timpal salah satu teman cowok di sana.
“Minum bareng dong!” seru yang lain.
Teriakan dan gelak tawa mulai memenuhi ruangan. Semua terlihat menikmati pesta—kecuali Liora yang hanya diam dan memperhatikan.
Sekuat apa pun ia mencoba untuk cuek, rasa tak nyaman itu tetap datang.
Saat suasana mulai ramai, Selina melangkah pelan ke sisi Damien. Tatapannya lembut, tapi jelas-jelas menyimpan maksud tertentu.
“Damien,” gumamnya lirih, cukup pelan tapi terdengar jelas oleh semua yang ada di sana, “aku nggak bisa minum…”
Pria itu menoleh heran. “Kenapa?”
Selina menunduk, lalu tersenyum masam.
“A- aku baru aja tahu, kalau aku hamil,” ucapnya hampir berbisik.
Seisi ruangan langsung hening.
Damien tercengang beberapa detik. “Kamu serius?”
Gadis itu mengangguk pelan.
Tanpa pikir panjang, Damien langsung memeluknya erat. Senyum tipis muncul di bibirnya, dan untuk pertama kalinya malam itu, sorot matanya terlihat benar-benar bahagia.
“Damien, ini beneran hari paling bahagia buat kalian!” seru Gisel antusias.
“Iya, selamat ya,” sambung Anna.
Reaksi teman nya yang hadir pun beragam. Ada yang saling berbisik pelan, ada yang langsung bersorak, dan beberapa hanya terdiam, bingung harus apa.
“Nikmati malam ini sepuasnya! Aku yang traktir!” ujar Damien sambil tertawa kecil.
Sorak sorai pun langsung terdengar. Suasana semakin ramai dan riuh.
Liora masih duduk di tempatnya. Tangannya menggenggam botol jus, tapi ia tidak benar-benar meminumnya. Ekspresi terlihat kaku.
Begitu mendengar kabar kehamilan Selina, perasaannya langsung kacau. Rasanya ingin pergi dari tempat itu.
Ia tidak tahu harus merasa lega atau hancur. Tapi yang pasti, ia tahu satu hal: semua ini bukan sekadar perayaan... ini adalah permainan yang sengaja dirancang untuk menjatuhkannya.
Hallo all, kalian pasti ga expect kan kalau Selina hamil hehe.... Ikutin terus ceritanya ya...
ditunggu up nya lagi...😊