Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.
Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.
Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. MUA dan Partner
Setelah lulus, Achazia tak lagi menghabiskan hari-harinya di kampus. Kini, ia mengelola Velmorin Beauty House, sebuah toko kosmetik dan salon kecantikan mewah yang dibangun oleh keluarganya di kawasan elit kota.
Papa Achazia memilih untuk membangun usaha untuk putrinya. Dia tidak suka jika putrinya bekerja ditempat orang lain. Dia ingin putrinya mandiri dengan usaha yang dibuka oleh papanya.
Bangunan 3 lantai itu tampak megah dari luar, dengan fasad kaca besar yang memamerkan produk-produk eksklusif hasil kurasi Achazia sendiri. Di lantai satu, toko kosmetik dengan berbagai merek ternama dipadukan dengan produk-produk hasil riset Achazia dan Ciara.
Lantai dua menjadi area salon premium dengan interior modern-minimalis, lengkap dengan studio foto untuk klien bridal. Sedangkan lantai tiga, adalah ruang workshop dan ruang pertemuan eksklusif untuk klien VIP.
“Zia, jadwal hari ini full ya. Ada empat klien bridal, dua konsultasi private, dan malamnya ada fitting untuk gala dinner,” ujar Ciara sambil memeriksa tablet di tangannya.
Achazia tersenyum. “Ayo, Ra. Ini baru awal. Kita buktikan salon kita bukan cuma ‘salon anak orang kaya’, tapi benar-benar tempat yang profesional.”
Walaupun salon ini dinamai dengan nama keluarga Achazia bagi Ciara itu tak masalah. Dia senang sebagai partner sahabatnya. Dia sadar dia juga terbatas ekonomi dan tak mampu membangun toko kosmetik seperti Achazia. Kalau dia bekerja ditempat orang lain, belum tentu dia menjadi partner tetap.
Ciara menyetujui dia menjadi partnernya Achazia. Tak peduli apa kata orang karena ada yang menganggap Ciara hanya memanfaatkan kekayaan Achazia padahal tidak.
Dia juga sangat suka menjadi bagian dari Achazia. Mempelajari hal-hal baru yang tidak dia mengerti.
Meski salonnya mewah, Achazia tetap menjaga sentuhan personal dalam pelayanannya. Ia mengenal setiap kliennya, dari gaya make-up yang disukai hingga cerita pribadi mereka.
“Miss Achazia, aku mau tampilan soft glam untuk acara lamaran. Tapi… aku minder karena pipiku chubby,” ujar salah satu klien dengan ragu.
Achazia tersenyum hangat, merias wajah klien itu dengan penuh perhatian. “Cantik itu bukan soal bentuk wajah. Tapi soal bagaimana kamu percaya pada dirimu sendiri.”
Ciara, yang menjadi partner setia, mengurus bagian teknik dan manajemen, memastikan setiap detail berjalan lancar.
*Undangan Eksklusif Lunaria Beauty Gala*
Suatu siang, di tengah kesibukan, sebuah undangan eksklusif dari Lunaria Beauty Gala tiba di meja resepsionis. Amplop tebal berwarna emas dengan logo bergengsi itu langsung menarik perhatian.
“Zia! Ini undangan buat kita. Bukan cuma tamu, tapi official MUA!” Ciara hampir berteriak kegirangan.
Achazia membaca undangan itu berulang kali. Acara tersebut adalah salah satu event fashion dan kecantikan paling prestisius di kota, yang biasanya hanya diisi oleh nama-nama besar industri.
“Kita… diundang? Sebagai official MUA?” gumam Achazia tak percaya.
“Kita gak boleh buang kesempatan ini, Zia. Salon kita bakal dikenal semua orang,” ujar Ciara dengan semangat.
Malam-malam Achazia dan Ciara dipenuhi dengan persiapan. Mereka mengadakan workshop internal di lantai tiga salon, melatih tim mereka dengan standar yang tinggi.
Papanya melihat mereka mempersiapkan barang-barang
"Sayang, kalian mau kemana?" tanya papa
"Ini pa, kami dapat undangan menjadi official MUA"
Papanya tersenyum bahagia
"Papa bangga sama kamu sayang" papanya lalu memeluk putrinya itu.
“Ra, konsep kita tetap elegan, flawless, tapi harus ada ciri khas Velmorin Beauty House. Kita gak mau dianggap cuma salon mewah tanpa jiwa,” ujar Achazia serius.
Ciara mengangguk. “Setuju. Kita bawa nuansa personal care, biar klien merasa diperlakukan sebagai individu, bukan sekadar klien.”
Papanya melihat perkembangan putrinya. Client yang datang setiap hari juga banyak. Dari cara Achazia merias dan menata rambut juga bagus. Rata-rata client memberikan bintang 5 pada toko mereka. Papanya merasa jadi tidak sia-sia membangun toko salon itu.
Selain itu, toko kosmetiknya juga ramai pengunjung. Achazia membuka lowongan pekerjaan sebagai pegawai toko kosmetik dan toko salonnya. Dia juga memberi gaji yang sepadan.
Tiba saatnya, mereka pergi ke acara itu. Mereka dianjurkan papa Achazia untuk diantar oleh Pak Gino tapi Achazia menolak. Dia sudah bisa membawa mobil sendiri. Kalau capek bisa gantian dengan Ciara. Papanya lalu meng-iyakan dan membiarkan mereka pergi.
Venue acara mewah itu penuh dengan tamu-tamu elite, influencer, dan media. Tapi spotlight hari itu tertuju pada Velmorin Beauty House.
Achazia dan Ciara memimpin tim MUA mereka di backstage, menangani para model utama yang akan tampil di runway.
“Make-up tim lain bagus, tapi hasil Velmorin Beauty beda. Lebih ‘hidup’,” bisik salah satu panitia kepada rekannya.
Achazia fokus, menyelesaikan detail terakhir di wajah seorang model, memastikan setiap sapuan kuasnya mencerminkan standar tertinggi.
Ciara juga fokus menyelesaikan tugasnya sebagai hairdo. Menata rambut model itu dengan hati-hati. Mengepangnya dengan rapi dan tepat. Terakhir ditambahkan mahkota yang cocok dengan wajahnya.
Di tengah acara, MC mengumumkan:
“Ladies and gentlemen, kami persembahkan Velmorin Beauty House sebagai Official MUA of the Year. Sebuah nama baru yang sudah menunjukkan kualitas profesional sejak hari pertama.”
Achazia dan Ciara berjalan ke panggung diiringi tepuk tangan meriah. Gaun mereka sederhana namun elegan, menampilkan aura profesionalisme tanpa kesan pamer.
“Terima kasih atas kepercayaan ini. Kami memulai dari mimpi, dan kami akan terus membawa kecantikan bukan hanya di wajah, tapi juga di hati setiap orang,” ujar Achazia dengan suara mantap.
*Momen di Balik Layar*
Di balik layar, Arvin tahu jika Achazia mendapatkan Undangan Eksklusif Lunaria Beauty Gala. Dia instagram milik Lunaria, mereka menyoroti untuk mengundang Velmorin Beauty Shop yang artinya salon ini milik Achazia. Tanpa berpikir panjang, Arvin langsung sigap datang ke acara itu. Kebetulan juga hari ini bukan jadwalnya untuk dirumah sakit. Arvin mengirimkan foto Achazia di panggung ke Elvareon.
“Bro, cewek lo udah superstar nih. Jangan kalah!” tulis Arvin sambil tertawa.
Elvareon yang sedang bertugas di rumah sakit menatap layar ponselnya lama. Ada kebanggaan yang sulit diucapkan dengan kata-kata.
“Zia, kamu luar biasa…” batinnya.
"Eh, kok kau bisa disana? Kau tidak kerja kah?" balas Elvareon
"Tidak. Aku masuk kerja besok. Hari ini ada yang menggantikanku"
Elvareon hanya membaca pesan dan mengirimkan emot "👍". Dia menatap foto itu lagi. Foto Achazia memegang sertifikat penghargaan bersama partnernya Ciara. Mereka tampak anggun saat tampil dipanggung itu. Dia merasa bangga melihat pujaan hatinya. Dia tahu bahwa toko kecantikannya sudah dilengkapi oleh papanya. Namun dari ketekunan hati, dia bisa menjadi lebih profesional.
"Zia, kamu memang sangat hebat" ucapnya sekali lagi pada dirinya sendiri.