MILAN AND SYDNEY

MILAN AND SYDNEY

7 Years Before

Tidak ada satu pun kostum yang cocok. Dan semuanya bergeletakan di ranjang bersprei pink dengan bunga-bunga biru langit. Sepatu dan topi dari aneka kostum lainnya berserakan di lantai.

“Semuanya tidak ada yang cocok, Tuan?” tanya Darmaji putus asa.

Untuk kelima kalinya dia melirik jam dinding Hello Kitty di atas ranjang anak majikannya. Sebentar lagi Nyonya akan datang. Dia bisa marah besar bila melihat tuan muda ini belum mengenakan kostumnya. Maka Darmaji pun memunguti kostum-kostum yang berserakan dan menumpuknya di ranjang bersprei pink. Ranjang besar dengan tumpukan boneka menghiasi sandarannya.

Sementara tuan mudanya sedang mematut diri di depan cermin dengan kostum cowboy. Celana berumbai dan sepatu bergerigi di belakang tumit itu bergoyang-goyang ke sana ke mari.

“Sepertinya ini cocok buatku, benar kan?” tanya tuan muda.

“Benar sekali, tuan. Saya bereskan yang lain, ya. Kita harus segera bersiap. Sebentar lagi Nyonya datang dari bandara.”

“Menurutmu, Mama suka ini? Mama sudah membelikan kostum di lemari. Tapi aku tidak suka.”

“Ee... sebaiknya tuan memakai yang dibelikan oleh Nyonya.”

“Tapi aku tidak sukaa....”

Tiba-tiba terdengar detak langkah bergegas sepatu berhak tinggi menaiki tangga, menuju kamar. Darmaji sudah hafal dengan irama langkah itu, maka dengan sigap membereskan sisa kostum yang masih berserakan di lantai. Langkah itu berhenti di depan pintu yang terbuka lebar, dan Darmaji sudah bisa menduga, gestur tinggi langsing berambut hitam menghilat itu berkacak pinggang sembari memindai ruangan.

“Hmm... jadi kalian belum siap juga?

Masa perlu Mama yang turun tangan?”

Dan pandangan wanita yang menyebut dirinya Mama itu jatuh pada tuan muda yang juga sedang berkacak pinggang menghadap kaca sebesar lima kali dirinya.

“Oh, my God ! Kenapa kamu pakai baju menjijikkan itu, Reeey ! Ayo ganti!” sergah Mama yang bergegas mendekati anaknya dan membalikkan badannya dengan kasar.

“Aku suka kostum ini, Ma! Ini gagah!”

“Ini jelek, menjijikkan. Kamu tahu, para koboi itu adalah manusia-manusia sadis, suka membunuh, dan suka menindas orang Indian. Kamu mau jadi seperti mereka?” tanya Mama dengan suara meninggi, dan tangannya dengan cepat mulai memereteli kostum anaknya satu per satu.

“Tapi Ma...”

“Mama sudah membelikan kamu kostum paling indah untuk penampilanmu kali ini. Kamu sudah latihan berbulan-bulan, masa kamu akan meninggalkan begitu saja kelelahanmu selama ini? Come on ... kamu anak kesayangan, Mama. Mama tidak ingin ada satu orang yang tidak bertepuk tangan. Oke?”

Darmaji melihat Tuan mudanya menunduk lemas begitu kostum koboi itu satu per satu meninggalkan badannya. Lalu dengan sigap, Mama membuka lemari besar di sebelah kaca setinggi satu setengah kali tinggi tubuhnya, dan mengeluarkan kostum putim berenda lebar. Renda tipis melingkar seolah membentuk payung berlapis. Asesoris berkilat-kilatnya menyilaukan mata Darmaji ketika majikannya memutar-mutar baju itu, memamerkannya pada sang Tuan muda.

“Lihat Rey... ini baru kostum kamu. Pelatihmu merekomendasikan kostum ini buat tampilanmu hari ini. Mama sudah pesankan dari designer Itali. Cantik bukan?”

Rey melirik kostum itu, lalu melirik Darmaji yang berjingkat keluar kamar. Andai Papa ada di sini, dia pasti menyelamatkan Rey dari Mama. Mama begitu berkuasa atas dirinya, tapi begitu menyayangi dan melindungi dirinya. Meski Mama sibuk membantu bisnis Papa, tapi Mama selalu ada saat Rey membutuhkan. Tapi, Rey tetap lebih nyaman bersama Papa. Kalau bersama Papa, Papa akan mengajaknya berenang dan berkuda. Tapi bila bersama Mama?

Sepuluh menit kemudian, setelah kostum balerina itu membungkus tubuh Rey, mobil yang mereka tumpangi keluar dari gerbang berukir kepala naga. Rumah bernuansa serba coklat di tengah kota. Istana Rey-begitu teman sekelasnya sering menyebut rumah ini.

“Kita tidak ada waktu lagi, sini mendekat. Mama akan berikan sentuhan ajaib Mama buat kamu. Dan semua orang akan terpesona. Sini.”

Rey tak kuasa menolak ketika Mama membuka kotak perhiasannya. Sementara Darmaji mengendarai mobil, dengan dua majikan di belakang sibuk dengan make up. Dia harus datang tepat waktu di acara perpisahan kakak kelas Rey. Rey akan menari balet di sana dan bermain piano.

“Mama tahu apa kata teman-temanku?” tanya Rey di sela-sela kuas lembut yang menyapu wajahnya. Dia tak bisa melarikan diri dari Mama saat ini.

“What?” tanya Mama, asyik

memasang maskara di mata Rey, “pejamkan matamu sebentar.”

“They said I’m freak !”

Mama melotot, “What? Freak? They’re jealous Rey. Begitulah orang miskin melihat orang kaya. Menganggap kita aneh dan gila, hanya karena mereka tidak mampu membeli baju dari luar negeri, make up bermerk yang hanya dipakai artis papan atas. Mereka hanya iri. Let it go, Rey. You are what you’re. Come on, make Mom and Dad proud, will you?”

Rey memejamkan mata. Dan Mama menguasai wajahnya dengan brush dan pensil di sana-sini. Mungkin Mama benar, tapi Rey tetap tidak suka.

“Darmaji, kau sudah siapkan kameranya kan? Papa Rey harus mendapatkan video Rey begitu Rey turun dari panggung! Dia pasti akan meninggalkan rapat Dewan Direksi begitu video Rey masuk ke hapenya.”

“Siap, Nyonya.”

Mobil melambat, dan sejurus kemudian berhenti. Banyak orang bekerumun di sekitar mobil mereka.

“Kenapa berhenti?” tanya Mama gusar.

“Ada karnaval.” Darmaji menjawab sambil melirik kaca spion. Jalanan padat oleh manusia yang menuju satu arah. Tempat umbul-umbul aneka warna bergerak di kejauhan.

“Kenapa kau tidak cari jalan lain? Rey bisa terlambat!” sergah Mama Rey, dan dia dengan cekatan memperbaiki riasan wajahnya.

Rey menatap Mamanya dari samping. Cantik dan anggun. Meski sering berkata kasar pada para pelayan di rumah mereka, tapi hatinya baik. Meski banyak pelayan di rumah, tapi untuk kebutuhan anaknya, harus dia yang melakukannya sendiri. Bahkan Papa apabila libur, kerap tidak mendapatkan banyak waktu bersama Rey. Mama selalu memastikan Rey sudah les piano, sudah les balet, les bahasa inggris, dan rutin ke salon.

Mom prepare you to be famous, Rey.

Rey membalikkan badan. Setelah apa yang dilakukan Mamanya selama 11 tahun ini, dia tak pernah bisa menerimanya dengan lapang dada. Hatinya memberontak, tapi dia tak tahu harus bagaimana. Setiap dia hendak membantah, Mama selalu memberikan penjelasan logis tentang masa depannya.

Kerumunan anak sekolah di sekeliling mobil mereka. Mereka hanya bisa bergerak seperti keong, tidak bisa memutar atau mengambil jalan lain.

“Kita terjebak di sini, Darmaji?” tanya Mama, fokus pada cermin di kotak perhiasannya, memasang maskara dan brush di sana sini.

“Sebentar lagi ada jalan, Nyonya.”

Kerumunan anak berseragam SD di luar mobil menarik perhatian Rey. Ada seraut wajah yang berkali-kali menoleh ke kaca mobil Rey. Perlahan Rey membuka kaca mobil. Seorang gadis berambut sebahu, menjajari mobilnya dan menatap lekat-lekat ke arah Rey. Dia mengamati Rey, dan menjajarkan langkahnya dengan laju mobil Rey.

Rey menatapnya bergeming. Memindai dengan cepat detil wajahnya, bentuk hidungnya, tulang pipinya yang menonjol lembut dan tahi lalat di bawah bibir sebelah kanan. Wajah itu, seperti tidak asing bagi Rey. Dan gadis itu, seperti merasakan hal yang sama. Keningnya bertaut hingga alisnya nyaris beradu.

“Rey! Tutup jendelanya!” sergah Mama, “nanti riasanmu rusak!”

Rey menutup kaca mobil, tepat saat Darmaji sudah bisa melaju mobil. Rey menoleh ke belakang. Gadis itu masih menatap mobilnya, meski Rey yakin dia tidak bisa melihat Rey. Sesuatu menghentak-hentak dalam dadanya. Dilihatnya gadis itu berlari mengejar mobilnya, tapi Darmaji sudah melaju pesat dan berbelok di tikungan.

 

 

Terpopuler

Comments

Rose Yura🌹

Rose Yura🌹

ok ok

2020-11-23

0

Djohan

Djohan

Kak aku udah mampir nih , menyimpan like dan rate5. Semangat terus ya. Dan jangan lupa mampir blik😊

2020-09-16

0

Yhu Nitha

Yhu Nitha

dh tinggalin jejak ya say..🤗

2020-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 7 Years Before
2 7 Years Before (2)
3 Hud
4 Rumah Coklat
5 Surat Wasiat
6 Seraut Wajah
7 Dia
8 Sydney : Aku
9 Sydney : Rahasia Nenek
10 Bapak Kost
11 Akte Kelahiran
12 Rey, Ini Sydney...
13 Bodyguard
14 Copet
15 Sydney : Pikun
16 Pelatih Taekwondo
17 Saskia
18 Tentang Sydney
19 Terciduk
20 Sydney : Merindu
21 Sydney : Pencarian
22 Darmaji
23 Tersangka Baru
24 Ibrahim
25 Pembunuhan
26 Laporan Pengacara
27 Psikiater
28 Sydney : Ta'aruf
29 Bodyguard Atau Sekretaris
30 Dewan Direksi
31 Mulan Mengamuk
32 Istri Merlin
33 MIla
34 Rencana Ulang Tahun
35 Sydney : Ulang Tahun Rey
36 Keributan
37 Pengorbanan Hud
38 Pulang
39 Penjual Rujak
40 Yang Harus Diilindungi
41 Ditangkap Polisi
42 Hasil Penyelidikan
43 Putus Harapan
44 SYDNEY : Perkelahian
45 Regina
46 Kehilangan
47 Porak Poranda
48 Nenek VS Mila
49 Akhir dan Awal
50 Puing-Puing
51 Tempat Paling Aman
52 Sarang Musuh
53 Kesepakatan 1 Menit
54 Mimpi Buruk
55 Sketsa
56 Pencuri Kesempatan
57 Tabrakan
58 PELIPUR RINDU
59 2 Ticket
60 Musuh Di Depan Mata
61 Sebuah Petunjuk
62 Rapat
63 Tuan Osaka
64 Ayah
65 Di Ujung Tanduk
66 Test Masuk
67 Hasil Test
68 Mulan VS Lusie
69 Rumah Baru
70 Akhirnya
71 Asisten Pribadi
72 Sydney`s Light
73 Tersangka : Kageyama
74 SYDNEY : Seraut Wajah Yang Kuingat
75 Pilihan Hidup
76 Rindu
77 Pembuktian
Episodes

Updated 77 Episodes

1
7 Years Before
2
7 Years Before (2)
3
Hud
4
Rumah Coklat
5
Surat Wasiat
6
Seraut Wajah
7
Dia
8
Sydney : Aku
9
Sydney : Rahasia Nenek
10
Bapak Kost
11
Akte Kelahiran
12
Rey, Ini Sydney...
13
Bodyguard
14
Copet
15
Sydney : Pikun
16
Pelatih Taekwondo
17
Saskia
18
Tentang Sydney
19
Terciduk
20
Sydney : Merindu
21
Sydney : Pencarian
22
Darmaji
23
Tersangka Baru
24
Ibrahim
25
Pembunuhan
26
Laporan Pengacara
27
Psikiater
28
Sydney : Ta'aruf
29
Bodyguard Atau Sekretaris
30
Dewan Direksi
31
Mulan Mengamuk
32
Istri Merlin
33
MIla
34
Rencana Ulang Tahun
35
Sydney : Ulang Tahun Rey
36
Keributan
37
Pengorbanan Hud
38
Pulang
39
Penjual Rujak
40
Yang Harus Diilindungi
41
Ditangkap Polisi
42
Hasil Penyelidikan
43
Putus Harapan
44
SYDNEY : Perkelahian
45
Regina
46
Kehilangan
47
Porak Poranda
48
Nenek VS Mila
49
Akhir dan Awal
50
Puing-Puing
51
Tempat Paling Aman
52
Sarang Musuh
53
Kesepakatan 1 Menit
54
Mimpi Buruk
55
Sketsa
56
Pencuri Kesempatan
57
Tabrakan
58
PELIPUR RINDU
59
2 Ticket
60
Musuh Di Depan Mata
61
Sebuah Petunjuk
62
Rapat
63
Tuan Osaka
64
Ayah
65
Di Ujung Tanduk
66
Test Masuk
67
Hasil Test
68
Mulan VS Lusie
69
Rumah Baru
70
Akhirnya
71
Asisten Pribadi
72
Sydney`s Light
73
Tersangka : Kageyama
74
SYDNEY : Seraut Wajah Yang Kuingat
75
Pilihan Hidup
76
Rindu
77
Pembuktian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!