7 Years Before (2)

Mulan Bramantya, istri Ariel Bramantya, pemilik maskapai Eagle Airways. Saat sendirian, dia tak pernah lepas dari ponsel. Jemari lentik bercat kuku yang mendapatkan perawatan rutin di salon kecantikan, tak berhenti menari-nari di atas layar ponselnya. Di ruangan dengan hiasan sketsa hitam putih tergantung memenuhi dinding, dia tampak lebih hidup dari sekelilingnya.

Rumor di antara pegawai maskapai, Mulan tidak akan pernah menduduki kursi Presdir meski dia berambisi memilikinya. Eagle Air adalah bisnis keluarga yang hanya diwariskan pada darah daging Bramantya. Hanya sebuah perusahaan sepatu yang bisa digenggamnya, dengan omzet yang kurang menggairahkan.

“Nyonya Mulan?”

Mulan mendongak sekilas, lalu kembali asyik dengan ponselnya. Lelaki berjas dan berdasi yang baru menyapanya, duduk di sampingnya perlahan, dengan punggung menegak. Mulan hanya melirik sekilas dan sudah memahami apa yang membuat gestur lelaki di sampingnya menegang. Perhatiannya masih belum beralih dari ponselnya. Dia harus selalu update dengan informasi seputar Maskapai. Para istri pegawai yang selalu menyanjung dan memuji kecantikannya, dia harus membagi resepnya gratis di grup-grup whatsapp. Juga rekomendasi salon dan beberapa kosmetik yang tidak murah.  Belum lagi para pegawai perempuan yang selalu menilai bahwa  pernikahannya dengan Ariel Bramantya adalah pernikahan paling bahagia layaknya putri di negeri dongeng. Dia harus bermurah hati membagikan tips tips pernikahan yang dicarinya di mesin pencari. Sharing sana sini. Semua demi sebuah pengakuan.

“Ada apa di maskapai?” tanyanya setelah beberapa menit kemudian dia memasukkan ponsel ke tas Prada yang senada dengan warna gaunnya.

“Dewan direksi gerah, Nyonya. Ada dua kubu sekarang di sana, dan saya kesulitan menyatukannya.”

Mulan mendecih, padahal ada beberapa direksi perempuan yang beberapa waktu lalu mengundangnya makan malam atau pesta, dengan senyum mengembang penuh kepalsuan. Mulan memang tidak berharap banyak jajaran atas maskapai—terutama yang perempuan—akan memberikan dukungan penuh padanya. Dia tahu, di atas sana mereka juga saling sikut dan saling sikat. Jadi, dia harus merayap di bawah, membangun simpati dari para pegawai.

“Hmm, berapa persen untukku, Ibrahim?”

“Tidak sampai sepuluh persen, Nyonya.”

Mulan meremas gantungan tasnya. Ibrahim bukannya tidak menangkap gerakan tubuh wanita jelita di sampingnya. Dadanya berdegup, nampak jelas di wajahnya yang mulai agak panik, dengan keringat mulai bermunculan di dahinya. Namun dia berusaha menenangkan diri.

“Kau tidak pernah membawa berita buruk padaku, Ib. Ya kan?”

“Benar, Nyonya,” ucap Ibrahim sedikit gugup.

“Lalu, kenapa kau berani datang ke sini....”

Ibrahim mengeluarkan ponsel dari sakunya, dan memberikannya pada Mulan, setelah sebelumnya memutar sebuah video. Mulan menarik ponsel itu dari tangan Ibrahim dengan kasar. Ibrahim hanya menunduk saja.

“Kenapa video ini bisa ada padamu? Apa semua dewan direksi...

“Video itu membuat prosentase nyonya naik. Sekarang menjadi 35 %.”

Mulan memutar badannya, menatap Ibrahim tak percaya.

“Kenapa? Why? Jangan katakan kalau ini semua karena...” Mulan mendelik tak percaya, dadanya nyaris meledak mendengar prosentase yang disebut Ibrahim.

“Pesawat kita bukan benda mainan, Nyonya. Ada banyak nyawa di dalamnya di setiap penerbangan. Kami tidak mau dipimpin...”

“Aku mengerti. Kau boleh pergi, Ibrahim.”

Ibrahim bangkit dari bangkunya, merapikan jas, sedikit membungkuk pada Mulan lalu detak sepatunya menjauh. Meninggalkan Mulan tersenyum, lebih tepatnya tertawa tertahan.

“Besok pagi jam 9, Ib. Kau tahu aku selalu memberi harga pantas untuk sebuah informasi.”

Ibrahim membalikkan badan dan menyungging senyum. Dipindainya ujung rambut Mulan sampai ujung kaki. Wanita itu menggoyangkan kakinya yang sedang bertumpu, dan Ibrahim sudah mengerti apa maksudnya.

Mulan tertawa kecil ketika Ibrahim membuka pintu kaca dan melangkah keluar. Dia tidak menyangka, jalan itu terbuka begitu mudah baginya. Selama ini, dia mengira semua yang dia lakukan untuk Reynand adalah untuk tidak memberinya tempat. Tapi dampaknya ternyata lebih hebat lagi. Seolah menjentikkan jari dan semua impiannya terwujud seketika. Meski memerlukan 13 tahun, Mulan tidak merasa sia-sia.

“Mama....”

Mulan terkejut mendapati Reynand sudah berdiri di sampingnya. Diliriknya pintu kaca di depan, dan dia merasa lega mendapati Ibrahim sudah keluar dari ruangan. Lelaki itu sudah terlatih untuk datang dan pergi tanpa seorang pun tahu. Reynand tidak boleh tahu apa yang dia rencanakan bersama Ibrahim. Telinga anak kecil itu lebih panjang. Hal remeh bisa menjadi serius bila keluar dari lidah mungilnya. Apalagi bila yang menafsirkan adalah Papanya. Bagi Ariel, Reynand adalah harta paling berharga daripada Maskapainya.

Di tangannya ada selembar kertas dengan sebuah sketsa wajah. “Halo sayang, hari ini kau melukis apa?” tanya Mulan sembari menatap Reynand lembut.

Seorang lelaki jangkung dengan rambut panjang dikuncir, berdiri di belakang Reynand. Dia meletakkan kedua telapaknya di bahu Reynand, lalu menepuknya perlahan. Gerakan khas bagi pelatih lukis seperti dia, untuk membesarkan hati anak didiknya. Sementara dia menggeleng putus asa ke arah Mulan.

Mulan menautkan alis, segera memahami maksud lelaki itu. Namun, seperti biasa dia tersenyum, dan mengambil kertas milik Reynand. Sebulan ini, Reynand memaksa untuk belajar melukis, dan meminta les piano dan balet sementara dihentikan. Semula Mulan begitu marah, tapi Bramantya memenangkan argument, seperti biasa. Maka jadilah, sebulan ini dia mengubah jadwal pertemuan dengan komunitas sosialitanya, dan terpuruk setiap hari di Galery lukis. Tapi, kali ini, dia merasa pengorbanannya sangat layak, untuk sebuah prosentase baru. 35 %.

“Jadi kau menggambar ....”

“Aku... aku... “ sahut Reynand terbata, sembari menelan ludah.

“Ini? Kau menggambar dirimu sendiri? Ini keren sekali,” ucap Mulan, nyaris histeris, “Mama akan memajangnya di kamarmu, dengan pigura berukir. Akan mama pesankan sebentar lagi.”

“Apa lukisanku bagus, Ma?”

“Kamu memang luar biasa. Ayo kita pulang. Sebelumnya kita ke salon dulu ya? Sudah seminggu kau sibuk berlatih melukis. Saatnya perawatan. Lihat, bintik-bintik hitam mulai muncul di hidungmu. Kau pasti lupa lagi, selesai melukis, jangan mengusap wajah dengan tangan sebelum cuci tangan.”

Reynand hanya diam ketika Mamanya memindai wajahnya. Menyentuh kedua pipinya dan menolehkan wajahnya ke sana kemari, demi memindai semua lekuk wajahnya. Jangan sampai ada noda di sana.

Di dalam mobil yang dikendarai Darmaji, Mama kelihatan begitu senang dengan hasil lukisan Reynand. Dia berkali-kali menatap lukisan itu, membentangkannya dan tersenyum berkali-kali.

“Mama akan memajangnya di kamarmu, supaya kamu bisa melihatnya setiap saat. Kamu memang hebat, Rey. Akan mama datangkan pelukis dari Milan, untuk khusus melatihmu. Bagaimana?”

Rey menatap Mamanya. Mama kelihatan berbeda hari ini. Dia memang selalu senang dengan semua pencapaian hasil les Rey. Les piano, les balet, les bahasa Inggris, les akting, les vokal. Tapi kali ini berbeda. Dia tidak hanya senang. Dia luar biasa senang, seolah-olah kembang api meledak-ledak di dadanya.

Rey ingat bagaimana Mama menolak keras keinginannya les melukis, hingga kedua orang tuanya bertengkar. Rey tidak bisa membayangkan bila besok dia menyampaikan kalau sudah tidak ingin melukis lagi. Karena dia berhasil melukis wajah itu. Wajah yang tidak bisa dilupakannya.

 

 

Terpopuler

Comments

Rose Yura🌹

Rose Yura🌹

like maratonnnnnn

2020-11-23

1

SYILA

SYILA

come and get me

2020-06-20

0

¥¥ Devdan ¥¥

¥¥ Devdan ¥¥

Suka. Oke lanjut

2020-06-03

0

lihat semua
Episodes
1 7 Years Before
2 7 Years Before (2)
3 Hud
4 Rumah Coklat
5 Surat Wasiat
6 Seraut Wajah
7 Dia
8 Sydney : Aku
9 Sydney : Rahasia Nenek
10 Bapak Kost
11 Akte Kelahiran
12 Rey, Ini Sydney...
13 Bodyguard
14 Copet
15 Sydney : Pikun
16 Pelatih Taekwondo
17 Saskia
18 Tentang Sydney
19 Terciduk
20 Sydney : Merindu
21 Sydney : Pencarian
22 Darmaji
23 Tersangka Baru
24 Ibrahim
25 Pembunuhan
26 Laporan Pengacara
27 Psikiater
28 Sydney : Ta'aruf
29 Bodyguard Atau Sekretaris
30 Dewan Direksi
31 Mulan Mengamuk
32 Istri Merlin
33 MIla
34 Rencana Ulang Tahun
35 Sydney : Ulang Tahun Rey
36 Keributan
37 Pengorbanan Hud
38 Pulang
39 Penjual Rujak
40 Yang Harus Diilindungi
41 Ditangkap Polisi
42 Hasil Penyelidikan
43 Putus Harapan
44 SYDNEY : Perkelahian
45 Regina
46 Kehilangan
47 Porak Poranda
48 Nenek VS Mila
49 Akhir dan Awal
50 Puing-Puing
51 Tempat Paling Aman
52 Sarang Musuh
53 Kesepakatan 1 Menit
54 Mimpi Buruk
55 Sketsa
56 Pencuri Kesempatan
57 Tabrakan
58 PELIPUR RINDU
59 2 Ticket
60 Musuh Di Depan Mata
61 Sebuah Petunjuk
62 Rapat
63 Tuan Osaka
64 Ayah
65 Di Ujung Tanduk
66 Test Masuk
67 Hasil Test
68 Mulan VS Lusie
69 Rumah Baru
70 Akhirnya
71 Asisten Pribadi
72 Sydney`s Light
73 Tersangka : Kageyama
74 SYDNEY : Seraut Wajah Yang Kuingat
75 Pilihan Hidup
76 Rindu
77 Pembuktian
Episodes

Updated 77 Episodes

1
7 Years Before
2
7 Years Before (2)
3
Hud
4
Rumah Coklat
5
Surat Wasiat
6
Seraut Wajah
7
Dia
8
Sydney : Aku
9
Sydney : Rahasia Nenek
10
Bapak Kost
11
Akte Kelahiran
12
Rey, Ini Sydney...
13
Bodyguard
14
Copet
15
Sydney : Pikun
16
Pelatih Taekwondo
17
Saskia
18
Tentang Sydney
19
Terciduk
20
Sydney : Merindu
21
Sydney : Pencarian
22
Darmaji
23
Tersangka Baru
24
Ibrahim
25
Pembunuhan
26
Laporan Pengacara
27
Psikiater
28
Sydney : Ta'aruf
29
Bodyguard Atau Sekretaris
30
Dewan Direksi
31
Mulan Mengamuk
32
Istri Merlin
33
MIla
34
Rencana Ulang Tahun
35
Sydney : Ulang Tahun Rey
36
Keributan
37
Pengorbanan Hud
38
Pulang
39
Penjual Rujak
40
Yang Harus Diilindungi
41
Ditangkap Polisi
42
Hasil Penyelidikan
43
Putus Harapan
44
SYDNEY : Perkelahian
45
Regina
46
Kehilangan
47
Porak Poranda
48
Nenek VS Mila
49
Akhir dan Awal
50
Puing-Puing
51
Tempat Paling Aman
52
Sarang Musuh
53
Kesepakatan 1 Menit
54
Mimpi Buruk
55
Sketsa
56
Pencuri Kesempatan
57
Tabrakan
58
PELIPUR RINDU
59
2 Ticket
60
Musuh Di Depan Mata
61
Sebuah Petunjuk
62
Rapat
63
Tuan Osaka
64
Ayah
65
Di Ujung Tanduk
66
Test Masuk
67
Hasil Test
68
Mulan VS Lusie
69
Rumah Baru
70
Akhirnya
71
Asisten Pribadi
72
Sydney`s Light
73
Tersangka : Kageyama
74
SYDNEY : Seraut Wajah Yang Kuingat
75
Pilihan Hidup
76
Rindu
77
Pembuktian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!