DOSEN GRAY

DOSEN GRAY

BAB 1

Terik mentari memancar membakar kulit putih Meylin dan dua sahabatnya. Tiga gadis itu berlarian meninggalkan gedung kesenian usai pertunjukan seni tari diacara perpisahan sekolahnya.

Dengan berpakaian adat Bali Meylin terlihat sangat cantik. Mereka berfoto dengan berbagai gaya di taman sekolah sebagai kenang-kenangan.

Usai berfoto mereka menuju parkiran sekolah, ketiga bocah itu memasuki mobil warna merah. Dengan lihai gadis bermata belok itu memainkan setir mobilnya.

Sampai di caffe tiga dara cantik itu turun dari mobilnya, dengan masih mengenakan pakaian lengkap adat Bali. Mereka tak perduli dengan tatapan orang yang memandang penampilan mereka dengan aneh. Namun mereka tak perduli yang penting mereka happy.

Seperti biasa Meylin dan kedua sahabatnya menduduki kursi paling pojok sebelah kanan. Di sana mereka ngobrol dan melepas canda mereka masing-masing. Sesekali tangan Meylin bergerak-gerak lincah mempragakan topik yang mereka obrolkan.

tertawa lepas tanpa beban ala bocah SMA, tanpa mereka sadari sepasang mata elang tengah mengintai pergerakan bocah gadis berparas ayu itu, bibirnya melengkung membentuk senyuman. Pria itu tampak asyik memperhatikan gadis bermata belo yang tengah bercerita.

"Heey, tau gak. Gue seneng banget, bisa lolos masuk di kampus impian. Gila ya, ternyata yang kuliah di sana anak-anak pejabat."

ucap salah satu sahabat Meylin heboh.

"Terus. Apa hubungannya ama anak pejabat huum?"

Sahut My merasa aneh pada ucapan Sasa.

"Ya kali My, mana tau salah satu dari mereka ada yang nyantol gitu, yakan Kl?"

Ucap Sasa minta dukungan pada Klara.

"Mungkin bisa jadi."

Timpal Klara gak open. My menyipitkan matanya, tanda ia tak sependapat.

"Gila kalian pada. Niat lo itu dilurusin coba. Mau kuliah aja, niatnya udah salah, gimana mau nyantol tu ilmu."

Timpal My mengingatkan kedua sahabatnya yang rada gesrek.

"Ya ela My. Itu mata kalo udah belo lo sipitin juga tetap belo." Sahut Klara mengejek Meylin.

"Apaan sih Kl. Jangan bawa mata gue napa" protes My pada klara. Mendengar jawaban My kedua sahabatnya itu tertawa senag, karna My udah mulai sensi.

Sementara pria berjambang itu terus tersenyum mendengar perdebatan tiga dara yang beda karakter. Dengan tangan kirinya pria itu memainkan gawainya untuk membidik salah satu dari ketiga gadis itu. Puas membidik sasaran pria itu bangkit dari kursinya, yang bersamaan dengan ketiga gadis berpakaian Bali, yang terlihat unik di mata pria berjambang.

Usai membayar, My berjalan agak kesusahan, karna jarik yang melilit di badannya. Rambut panjang dengan hiasan bunga kamboja menambah kecantikan My. Tengah asyik berjalan entah bagai mana My bisa ditabrak pria bertubuh tinggi, hingga My terjungkal, tanpa My sadari kain yang melilit sebatas dada meulai merosot,untung saja gadis itu memakai kaus manset yang berwarna serupa kulit.

My mendongak menatap tangan kekar yang terulur. namun dengan gengsi gadis itu menepis tangan kekar yang terulur ke arahnya.

"Ayo saya bantu. Maaf saya tidak melihat ada orang." ucap pria itu lembut.

"Bagaimana mas bisa lihat saya, jika mas saja fokus mas tertuju pada layar datar itu."

Tunjuk My jutek. Pria itu terkesima melihat gadis yang memasang wajah jutek, namun terkesan ayu.

My bergegas hendak pergi, namun naas kain yang melilit di tubuhnya mulai terlepas dan perlahan merosot. Pria tinggi itu yang melihat pergerakan kain yang mulai turun dengan gesit melepas jasnya untuk menutupi tubuh gadis jutek itu.My yang melihat itu mundur satu langkah.

"Mas, mau ngapain" pria itu tak menjawab, ia hanya menunjuk ke arah dada My.

"Pakailah ini"

Pria itu menawarkan jasnya lembut.

My melirik kebagian dadanya, tangannya dengan sigap menarik kain panjang yang mulai terlepas dari lilitanya.

"Haaaa. Sial. Jangan lihat."

Pinta My ketus pada pria di hadapannya, dengan gesit tangan My menyambar jas milik pria tinggi itu. Setelah ia kenakan My kembali berucap.

"Terima kasih mas. Saya pinjam dulu jasnya" My berucap sembari berlalu meninggalkan pria itu. Ia segera memasuki mobilnya.

Sementara pria itu masih terkesima, geleng kepala sembari menatap kepergian gadis ayu itu.

"Dasar boch lucu."

Ucap Pria itu sembari tersenyum.

Sampai di mobil, Sasa dan Klara mendumel pada My.

"Gila lo My, kemana aja sih lama amat. Ni lagi. Apaan coba, pake jas segala."

Omel Sasa kesal.

"Apaan kalian, bukannya nolongin gue, lo pada malah ngacir duluan. Gue jatuh *****. Ni lihat kemben gue lepas, untung ya itu mas-mas yang nabrak gue itu baik hati. Ini dis yang pinjemin jasnya buat nutupin aset berharga gue."

"Seriusan My"

Ucap Sasa dan klara serempak.

"Kalian pikir gue tukang bohong gitu. Heem. Dasar sahabat durhaka kalian pada. Udah ah ayo jalan."

pinta My kesal.

Sasa Mulai menjalankan mobil My. Mobil melaju membelah jalan, Setelah mengantar kedua sahabatnya My kembali menyetir mobilnya. Sampai di rumah Azam tercengang melihat penampilan adik semata wayangnya itu.Sepontan Pria berusia tiga puluh tahun itu terbengong.

"Kamu habis kena badai di mana, dek" tanya Azam sambil terpingkal.

"Apaan sih mas Azam. Gak usah ketawain My. Mas, gak ada yang lucu tau"

"Gimana mas gak ketawa dek. penampilanmu itu lucu, sayang."

"Hiiih. Mas Azam nyebelin."

Triak My sembari berlari menuju tangga kamarnya. Sementara Azam masih tertawa sambil menggelengkan kepala. Melihat laku adik bontotnya itu.

Setelah seharian beraktivitas keluarga Harisman duduk bersama di meja makan. di sana mereka melahap santapan makan malam mereka. Sembari disuguhkan obrolan hangat dari seorang kepala keluarga.

"Jadi benar itu dek. Kamu udah di terima di kampus pilihanmu itu? yakin ambil jurusan bisnis?"

Tanya Pak Haris meyakinkan.

"Iya dong pa. Jadi pengusaha itu lebih menjanjikan. Ketimbang jadi PNS. Kalau ambil bisniskan nanti adek bisa buka usaha sendiri, meski kecil-kecilankan udah pasti adek jadi bosnya. Yakan mas Azam?"

Tanya My minta dukungan pada masnya.

"Iya aja deh untuk adek mas yang cantik ini. tar mewek lagi kalau gak diiyain"

jawab Azam sembari mengacak rambut hitam My. Sementara gadis cantik itu cengegesan menatap Azam. Kemudian My bertanya pada mama Melisa soal penampilannya di panggung pas acara.

"O ya ma. Bagaimana tadi penampilan adek keren kan?"

Tanya My bangga

"Ya dong, pokoknya anak mama keren bangat, tariannya cocok sama mata kamu yang belo itu."

Ucap bu Melisa bangga.

"Iiih apaan sih ma. Jangan bawa-bawa mata adek napa ma."

Rajuk My tak suka.

"Heey adek tau gak. Mata kamu itu loh dek, yang jadi pemikatnya."

Ucap buk Melisa sungguhan. My merajuk, sembari ngunyah makanannya manyun-manyun cantik.

"Sudah-sudah lanjutkan makanya. Takutnya nanti si adek nangis kalau diejekin terus." Ledek pak Haris ikut menimpali.

"Papaaaa." Seru My makin kesal. Mereka sontak tertawa serempak. Azam yang paling bahagia melihat my dibuli berjamaah.

Usai makan mereka menghabiskan waktu bersama. My dengan manja duduk di sebelah papanya, kepalanya ia sandarkan di bahu kekar pak Haris. Pria paruh baya itu dengan sayang mengelus suray halus putrinya. Hingga gadis itu tertidur pulas di dada bidang sag ayah.

"Mas angkat adikmu ke kamar." pinta Haris pada putranya. Tanpa membantah Azam membopong My menuju kamarnya dengan menaiki tangga. Sampai di kamar Azam dengan lembut membaringkan tubuh adiknya dengan hati-hati.

Setelah dibaringkan Azam kembali menarik selimut putih untuk menutupi tubuh tinggi adiknya, dengan sayang Sang kakak mengecup kenik adik kecilnya itu.

"Ggak kerasa adeknya mas Azam udah gede." Gumam Azam sembari tersenyum menatap wajah damai Meylin.

Terpopuler

Comments

Kak Eja🌜

Kak Eja🌜

keren tor..

mampir juga yuk ke novel aku
MENIKAHI WANITA MALAMKU

2024-07-28

0

Mamah Kekey

Mamah Kekey

seperti nya seruu

2023-12-07

0

Khik Mah

Khik Mah

mulai baca thor

2021-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!