NovelToon NovelToon

DOSEN GRAY

BAB 1

Terik mentari memancar membakar kulit putih Meylin dan dua sahabatnya. Tiga gadis itu berlarian meninggalkan gedung kesenian usai pertunjukan seni tari diacara perpisahan sekolahnya.

Dengan berpakaian adat Bali Meylin terlihat sangat cantik. Mereka berfoto dengan berbagai gaya di taman sekolah sebagai kenang-kenangan.

Usai berfoto mereka menuju parkiran sekolah, ketiga bocah itu memasuki mobil warna merah. Dengan lihai gadis bermata belok itu memainkan setir mobilnya.

Sampai di caffe tiga dara cantik itu turun dari mobilnya, dengan masih mengenakan pakaian lengkap adat Bali. Mereka tak perduli dengan tatapan orang yang memandang penampilan mereka dengan aneh. Namun mereka tak perduli yang penting mereka happy.

Seperti biasa Meylin dan kedua sahabatnya menduduki kursi paling pojok sebelah kanan. Di sana mereka ngobrol dan melepas canda mereka masing-masing. Sesekali tangan Meylin bergerak-gerak lincah mempragakan topik yang mereka obrolkan.

tertawa lepas tanpa beban ala bocah SMA, tanpa mereka sadari sepasang mata elang tengah mengintai pergerakan bocah gadis berparas ayu itu, bibirnya melengkung membentuk senyuman. Pria itu tampak asyik memperhatikan gadis bermata belo yang tengah bercerita.

"Heey, tau gak. Gue seneng banget, bisa lolos masuk di kampus impian. Gila ya, ternyata yang kuliah di sana anak-anak pejabat."

ucap salah satu sahabat Meylin heboh.

"Terus. Apa hubungannya ama anak pejabat huum?"

Sahut My merasa aneh pada ucapan Sasa.

"Ya kali My, mana tau salah satu dari mereka ada yang nyantol gitu, yakan Kl?"

Ucap Sasa minta dukungan pada Klara.

"Mungkin bisa jadi."

Timpal Klara gak open. My menyipitkan matanya, tanda ia tak sependapat.

"Gila kalian pada. Niat lo itu dilurusin coba. Mau kuliah aja, niatnya udah salah, gimana mau nyantol tu ilmu."

Timpal My mengingatkan kedua sahabatnya yang rada gesrek.

"Ya ela My. Itu mata kalo udah belo lo sipitin juga tetap belo." Sahut Klara mengejek Meylin.

"Apaan sih Kl. Jangan bawa mata gue napa" protes My pada klara. Mendengar jawaban My kedua sahabatnya itu tertawa senag, karna My udah mulai sensi.

Sementara pria berjambang itu terus tersenyum mendengar perdebatan tiga dara yang beda karakter. Dengan tangan kirinya pria itu memainkan gawainya untuk membidik salah satu dari ketiga gadis itu. Puas membidik sasaran pria itu bangkit dari kursinya, yang bersamaan dengan ketiga gadis berpakaian Bali, yang terlihat unik di mata pria berjambang.

Usai membayar, My berjalan agak kesusahan, karna jarik yang melilit di badannya. Rambut panjang dengan hiasan bunga kamboja menambah kecantikan My. Tengah asyik berjalan entah bagai mana My bisa ditabrak pria bertubuh tinggi, hingga My terjungkal, tanpa My sadari kain yang melilit sebatas dada meulai merosot,untung saja gadis itu memakai kaus manset yang berwarna serupa kulit.

My mendongak menatap tangan kekar yang terulur. namun dengan gengsi gadis itu menepis tangan kekar yang terulur ke arahnya.

"Ayo saya bantu. Maaf saya tidak melihat ada orang." ucap pria itu lembut.

"Bagaimana mas bisa lihat saya, jika mas saja fokus mas tertuju pada layar datar itu."

Tunjuk My jutek. Pria itu terkesima melihat gadis yang memasang wajah jutek, namun terkesan ayu.

My bergegas hendak pergi, namun naas kain yang melilit di tubuhnya mulai terlepas dan perlahan merosot. Pria tinggi itu yang melihat pergerakan kain yang mulai turun dengan gesit melepas jasnya untuk menutupi tubuh gadis jutek itu.My yang melihat itu mundur satu langkah.

"Mas, mau ngapain" pria itu tak menjawab, ia hanya menunjuk ke arah dada My.

"Pakailah ini"

Pria itu menawarkan jasnya lembut.

My melirik kebagian dadanya, tangannya dengan sigap menarik kain panjang yang mulai terlepas dari lilitanya.

"Haaaa. Sial. Jangan lihat."

Pinta My ketus pada pria di hadapannya, dengan gesit tangan My menyambar jas milik pria tinggi itu. Setelah ia kenakan My kembali berucap.

"Terima kasih mas. Saya pinjam dulu jasnya" My berucap sembari berlalu meninggalkan pria itu. Ia segera memasuki mobilnya.

Sementara pria itu masih terkesima, geleng kepala sembari menatap kepergian gadis ayu itu.

"Dasar boch lucu."

Ucap Pria itu sembari tersenyum.

Sampai di mobil, Sasa dan Klara mendumel pada My.

"Gila lo My, kemana aja sih lama amat. Ni lagi. Apaan coba, pake jas segala."

Omel Sasa kesal.

"Apaan kalian, bukannya nolongin gue, lo pada malah ngacir duluan. Gue jatuh *****. Ni lihat kemben gue lepas, untung ya itu mas-mas yang nabrak gue itu baik hati. Ini dis yang pinjemin jasnya buat nutupin aset berharga gue."

"Seriusan My"

Ucap Sasa dan klara serempak.

"Kalian pikir gue tukang bohong gitu. Heem. Dasar sahabat durhaka kalian pada. Udah ah ayo jalan."

pinta My kesal.

Sasa Mulai menjalankan mobil My. Mobil melaju membelah jalan, Setelah mengantar kedua sahabatnya My kembali menyetir mobilnya. Sampai di rumah Azam tercengang melihat penampilan adik semata wayangnya itu.Sepontan Pria berusia tiga puluh tahun itu terbengong.

"Kamu habis kena badai di mana, dek" tanya Azam sambil terpingkal.

"Apaan sih mas Azam. Gak usah ketawain My. Mas, gak ada yang lucu tau"

"Gimana mas gak ketawa dek. penampilanmu itu lucu, sayang."

"Hiiih. Mas Azam nyebelin."

Triak My sembari berlari menuju tangga kamarnya. Sementara Azam masih tertawa sambil menggelengkan kepala. Melihat laku adik bontotnya itu.

Setelah seharian beraktivitas keluarga Harisman duduk bersama di meja makan. di sana mereka melahap santapan makan malam mereka. Sembari disuguhkan obrolan hangat dari seorang kepala keluarga.

"Jadi benar itu dek. Kamu udah di terima di kampus pilihanmu itu? yakin ambil jurusan bisnis?"

Tanya Pak Haris meyakinkan.

"Iya dong pa. Jadi pengusaha itu lebih menjanjikan. Ketimbang jadi PNS. Kalau ambil bisniskan nanti adek bisa buka usaha sendiri, meski kecil-kecilankan udah pasti adek jadi bosnya. Yakan mas Azam?"

Tanya My minta dukungan pada masnya.

"Iya aja deh untuk adek mas yang cantik ini. tar mewek lagi kalau gak diiyain"

jawab Azam sembari mengacak rambut hitam My. Sementara gadis cantik itu cengegesan menatap Azam. Kemudian My bertanya pada mama Melisa soal penampilannya di panggung pas acara.

"O ya ma. Bagaimana tadi penampilan adek keren kan?"

Tanya My bangga

"Ya dong, pokoknya anak mama keren bangat, tariannya cocok sama mata kamu yang belo itu."

Ucap bu Melisa bangga.

"Iiih apaan sih ma. Jangan bawa-bawa mata adek napa ma."

Rajuk My tak suka.

"Heey adek tau gak. Mata kamu itu loh dek, yang jadi pemikatnya."

Ucap buk Melisa sungguhan. My merajuk, sembari ngunyah makanannya manyun-manyun cantik.

"Sudah-sudah lanjutkan makanya. Takutnya nanti si adek nangis kalau diejekin terus." Ledek pak Haris ikut menimpali.

"Papaaaa." Seru My makin kesal. Mereka sontak tertawa serempak. Azam yang paling bahagia melihat my dibuli berjamaah.

Usai makan mereka menghabiskan waktu bersama. My dengan manja duduk di sebelah papanya, kepalanya ia sandarkan di bahu kekar pak Haris. Pria paruh baya itu dengan sayang mengelus suray halus putrinya. Hingga gadis itu tertidur pulas di dada bidang sag ayah.

"Mas angkat adikmu ke kamar." pinta Haris pada putranya. Tanpa membantah Azam membopong My menuju kamarnya dengan menaiki tangga. Sampai di kamar Azam dengan lembut membaringkan tubuh adiknya dengan hati-hati.

Setelah dibaringkan Azam kembali menarik selimut putih untuk menutupi tubuh tinggi adiknya, dengan sayang Sang kakak mengecup kenik adik kecilnya itu.

"Ggak kerasa adeknya mas Azam udah gede." Gumam Azam sembari tersenyum menatap wajah damai Meylin.

BAB 2

Nyanyian angin berhembus merdu dipagi hari, Mentari tak mau kalah menerobos masuk dari celah tirai putih, ikut andil membangunkan tidurnyenyak putri cantik yang tengah terlelap. Dengan malas My meregangkan tubuhnya menarik tangannya ke depan wajahnya, mulutnya sambil menguap lebar.

Setelah nyawanya kumpul, My bangkit dari atas ranjang dengan jalan sedikit terhuyug gadis itu membuka pintu kamar mandi. Selesai bersih-bersih My mengenakan baju kemeja dipadu dengan celana jins, rambut dicepol ke atas bahu kirinya menyandang tas ransel, penampilan yang asal namun terlihat oke untuk gadis secantik My.

My dan kedua sahabatnya berjalan beriringan di kampus barunya. Ini hari pertama aktif kuliah, setelah resmi menjadi salah satu mahasiswa di unversitas ternama.Mereka duduk saling berdekatan.

Dosen wanita masuk sebagai pembuka matakuliah pagi ini. Dosen yang sangan cantik ramah dan keibuan. Namanya buk Nora.

"Assalamualaikum anak ibu semua. Untuk dua jam kedepan kalian akan bersama saya di mata kuliah akutansi. Apa ada yang keberatan?"

Tanya Dosen wanita itu.

"Gak buk. Kalau dosennya cantik kayak ibu." jawab salah satu maha siswa dari sebelah kanan pojok. Buk nora tersenyum menanggapi slorohan maha siswanya baru.

"Baiklah, ibu perkenalkan nama ibu Nora Merisa, kalian bisa panggil ibu dengan bu Nora. Ini nomor whatsapp ibu, untuk tugas dan info ibu akan kirim lewat whatsapp. Apa di kelas ini sudah ditunjuk komtingnya?"

"Belum buk."

Jawab mereka kompak.

"Baiklah pilih salah satu temanmu yang sekiranya bisa mewakili lokal kalian."

Ucap buk Nora lembut.

Tiba-tiba entah suara siapa yang menyebut nama Meylin.

"Meylin aja yang jadi komting di lokal ini." Ucap suara mahasiswa dan seluruh kelas ikut menyetujiinya.

"Ih apaan, kok gue sih."

Protes My tanda ia menolak.

"Bagaimana My?"

"Gak buk, yang lain aja." Tolak My lagi.

"gak buk My aja."

Ucap mereka kompak.

"Nah My temanmu sudah percaya kemampuanmu. Terima saja, menjadi komting gak susah kok nak."

Ucap buk Nora meyakinkan.

"Tapi buk."

"Sepertinya Sam lebih cocok deh"

"Gak buk My aja." Jawab Sam menolak.

"Iya buk My aja." Usul mereka serentak. dan pada akhirnya My menyerah. Dengan penolakkannya.

"Oke sepertinya semua setuju kamu jadi komtingnya My."

"Baiklah buk. Terima kasih atas kepercayaannya teman semua."

Jawab My lemes.

"Oke terimakasih, selamat untuk komting kita Meylin."

Ucap mereka semangat.

"Baiklah. Kalau begitu komting kalian mulai hari ini Meylin Harisman. Nah tugas kamu My, sebagai penyambung informasi dari setiap dosen mata kuliah yang lain juga. Untuk kamu sampaikan ke teman-temanmu. Semua info kuliah dan tugas ibu kirim melalui My."

Jelas buk Nora serius. Mendengar penjelasan buk Nora My menghela nafas panjang.

Setelah jam buk Nora berakhir, semua mahasiswa kelas bisnis A pulang, My dan ketiga sahabatnya berjalan menuju perpustakaan.

Disana mereka mencari buku untuk referensi tugas kuliah mereka. Setelah dapat buku yang mereka inginkan, mereka cabut menuju sebuah caffe tak jauh dari kampusnya.

Mereka ngobrol dengan asyiknya. Sembari membahas mata kuliah yang barusan mereka pelajari tadi. Tak lama pesanan mereka datang, dengan lahap My dan kedua sahabatnya menggasak soto babat yang terkenal di caffe ini.

"Eh My. Lo ada lihat gak tadi. Kakak tingkat kita ada yang cakepnya kebangetan loh." Ucap Sasa antusias.

"Ya terus, gue suruh ngapain Sa?"

"Ya ela My. Deketin dong. Kan lo cantik My"

Bujuk Sasa heboh.

"Ogah gue gak demen anak kuliahan.. gue suka yang seumuran kayak mas Azam. Lagian, mana ada yang baiknya kayak mas Bam dan mas Azam. Bagi gue, hanya ada tiga pria yang baik yang gue kenal, papa, mas Azam, mas Bam. Selebihnya no, gue gak jamin"

"ya ela My, dari zaman SMP yang lo sebut mas Bam, mas Bam. Kita gak kenal sama mas-mas yang lo bilang. Laguan itu mas-masmu udah ketuaan kali."

timpal Klara asal mangap.

"Gak tu. lihat tu mas Azam masih tetap oke kan." Jawab My gak mau kalah.

"Iya sih.. tapi emang ada gitu cowok kayak modelan mas Azam di kampus kita."

Tanya Sasa polos nan *****.

"Ya mana gue tau, kalau jodoh mah gak bakal kemana Sa. Gak ada di kampus, di luar juga gue bisa dapetin model begitu, gampangnya gue tinggal minta cariin mas Azam, bereskan. Tapi untuk sekarang gue belum kepikiran pacaran tu, soal jodoh masih jauhlah dari bayangan. " Sasa dan Klara terbengong mendengar jawaban sahabatnya yang gampangin sesuatu.

"Terserah lo aja deh My. Gak bakal menang debat ama lo." Ucap Sasa kesal.

"Udah ah yuk cabut."

Ajak My sembari berdiri dari kursinya.

"My. Lo, antar kita balik dulukan?"

Tanya Klara berharap.

"Menurut lo. Gue tega gitu biarin lo pada kepanasan nunggu gojek heem."

Tanya balik My kesal. Klara hanya nyengir kebo kearah My.

"Hem. Lo memang sahabat kita paling baik dah My"

"Ada maunya aja lo bilang gitu."

Ejek My kepada dua sahabatnya. Seketika mereka tertawa kompak.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Sampai di rumah My menuju kamarnya, tidur terlentang di atas kasur dengan tas yang masih terkait di lengannya.

Jam dua siang Melisa mengetuk pintu kamar putrinya, tapi tidak ada jawaban. Pelan pelan Melisa menekan kenop pintu, di sana di atas ranjan putrinya tidur terlentang seperti kebo mati.

"Ya Allah My. Udah besar masih aja gak ada berubah-berubahnya, bukannya makan dulu, solat juhur dulu, ini ngebo aja kerjamu dek. Bangun!. Shalat juhur dulu sana"

Omel Melisa garang.

"Bentar lagi ma. Masih ngantuk." Ucap My manja.

"Mau nunggu jam berapa dek? mau nunggu matahari, terbit dari barat atau manunggu dughan datang? ini udah jam dua. Apa mau kamu di datangin sujaul aqra di akhirat. heem?." Melisa mulai ngomel ria, akibat kesal pada putrinya.

"Iya ma, Ini shalat"

Dengan Malas My berjalan menuruni tangga, dengan mata merem melek, rambut aut-autan gadis itu berjalan dengan setengah nyawanya.

Ia masuk ke tempat wudhu dan kembali melangkah keruang shalat. Gadis itu berjalan sembari mendumel.Namun setiap gerak geriknya tak luput dari pandangan dua pasang mata yang tengah duduk di ruang keluarga.

"Hey, lo ngapa lihatin adek gue kayak gitu?" ucap Azam tak suka.

"Itu Meylin kan Zam?" ucap sahabatnya tak percaya.

"Ya iya lah. Terus sapa kalau bukan My. Adek gue cuma dia bro."

Jawab Azam Males. Sahabatnya itu mangut-mangut tanda paham.

"Gila tinggi banget Zam."

"Iya dong, sapa dulu abangnya"

"Bangga lo cuma jadi abangnya?"

"Heey. Tentu aja gue bangga. Dia adik gue yang paling cantik bro." Sahabat Azam hanya tersenyum misterius.

"Nah lo, ngapa senyum-senyum sendiri?"

"Gak ada lagi pengen senyum aja."

Ucap sahabat Azam sekenanya.

Usai shalat, My berjalan tak merhatikan ruang keluarga, gadis itu jalan sembari menyepol rambutnya asal.Sampai memperlihatkan leher jenjang gadis itu.

"Dek sini, kenalan dulu sama temen mas Azam." panggil Azam pada My.

"Lain kali aja mas, adek ngantuk." jawab My santai sembari terus berjalan menaiki anak tangga. Melihat tingkah My, sahabat Azam itu tersenyum,sembari berucap.

"Edan itu bocah cuek banget Zam." ucap Sahabatnya heran.

"Kaget lo? bukannya dari dulu juga itu bocah gak ada berubah-berubahnya, urakan nomor wahid" Ejek Azam asal.

"Tapi gue suka gayanya."

Timpal sahabatnya Azam.

"Dari dulu juga lo suka ma tu bocah kan? kalau lo serius ama tu bocah, lo harus usaha dapetin dia dan jangan lupa lo jagain tu adek gue satu-satunya."

"Serius lo Zam.?"

"Memang gue pernah bohong? lagian bokap nyokap juga setuju punya mantu kayak lo"

"makasih bro." Ucap sahabatnya bahagia.

Setelah puas ngobrol, akhirnya mereka berdua cabut entah kemana. Sementara My masih asyik dengan dunia mimpinya. Sehingga ia tak bertemu dengan sahabat Azam.

BAB 3

Jika hari diawali dengan senyuman, maka kebahagiaan akan hadir menemani segala kesibukan. Namun beda yang dirasakan oleh My.

Pagi senin yang diawali dengan rasa bahagia. Bocah gadis itu menuruni anak tangga sembari menenteng ranselnya di tangan sebelah kiri.

"pagi ma,pa."

Sapa My sembari mencium pipi kedua orang tuanya.

"pagi sayang. Tumben gak susah bangun, anak bontot papa."

Ejek Haris pada putrinya, bocah yang diejek tersenyum manis sembari menjawab.

"Iya dong pa, kan adek sekarang jadi komting, malu dong kalau adek telat apa lagi pagi ini adek ada kuis di jam kuliah bisnis. Dosennya baik banget lo pah namanya buk Ambar."

"Oh ya. Bagus dong dek, kalalau dosennya baik-baik. Tapi tumben ya dosen perempuan baik. Dulu zamannya papa, mama kuliah, setiap mata kuliah dosen perempuan pasti kiler-kiler, apa lagi kalau dosennya lagi hamil atau pms uh. ngenes dek, tuh mamamu yang sering jadi sasaran empuk karna telat datang." Cerita Haris pada putrinya.

Sontak seluruh mata tertuju pada Melisa.

"Beneran pa, mama suka dihukum?."

Tanya My tak percaya.

"Gak dek. Mana ada, papamu itu bohong."

"Lupa ma. Sapa ya yang disuruh keluar dari kelas gara-gara gak ngerjain tugas?" jelas Haris sembari tersenyum menatap istrinya.

"Iiih. Papa, jangan buka ceki mama napa. Itukan dulu, dosennya aja yang kebangetan."

Melisa mencoba membela diri.

"Masak. Bukan mama yang kebangetan malesnya? untung aja mama cantik, kalau gak mungkin dulu papa ilfil deh punya pacar doyan kena hukum dosen."

Ejek Haris sambil tertawa.

"Papaaa. Awas ya! siap-siap nanti malam." Rengek Melisa manja, namun penuh ancaman. My tertawa melihat perdebatan kedua orang tuanya itu. Tak lama Azam turun ikut gabung, ia duduk di sebelah My. Azam menatap My heran.

"Ya Allah dek....kamu mau kuliah apa mau nongkrong, penampilanmu urakan banget sih dek, kemeja dilinting rambut cuma di gerai kayak nenek lampir, dek, dandan yang rapi napa dek!. Kamu gak takut para pria ilfil lihat gayamu." Protes Azam pada adiknya.

"Apaan sih mas. Gak usah mikirin orang, yang penting aku nyaman. Ya kan ma?"

"Iya dek, mama juga dulu kayak kamu. Buktinya papa aja sampe kecantol sama mama, bela-belain berantem sama komting gara-gara cemburu." ucap Melisa meledek suaminya.

"masak sih ma? papa kayak gitu. Beneran pa?"

tanya Azam gak percaya.

"Ah. Itu cuma ekting aja mas, biar mamamu makin terpesona sama papa." Jawab Haris ngeles.

My dan Azam tak tahan menahan tawanya, akhirnya mereka tertawa masal.

"Ya allah, ternyata zaman papa sama mama kuliah lebih kacau dari zamannya Azam."

Ceplos Azam terpingkal.

"Apaan sih mas, jangan ngetawain mama kamu.!" Melisa sebel pada putranya. My menatap jam di tangannya, seketika My melotot. Jarum jam telah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh empat menit, Mata kuliah bisnis sebentar lagi dimulai.

"Mas ayo anter My,! ini udah telat mas. Aduh mati deh adek mas. Tar kena amuk buk ambar, soalnya absen kelas sama adek."

Ucap My mulai hawatir.

"Tapi dek, sarapan mas belum habis." Protes Azam ke adiknya.

"Udah nanti mas lanjutin sarapan di kantor mas aja. Ayuk maaas. Buruan."

Pinta My sembari menarik narik tangan Azam. Tak tega melihat wajah adiknya yang hawatir, akhirnya Azam menuruti kemauan adek manjanya itu.

Sampai di kampus, jam sudah menunjukkan pukul tujuh empat puluh. My telat sepuluh menit. Gadis utu berlari ngiprit, Sampai di koridor ia tak sengaja menyenggol tangan seseorang dengan tas ranselnya. Alhasil Henpon di tangan pria itu terpelanting, yang menyisakan layar yang retak.

My dengan tak enak hati memungut henpon si korban.

"Maf mas. Saya tidak sengaja, saya sedang buru-buru, tapi saya akan tanggung jawab kok dengan kerusakan henpon mas."

Ucap My buru-buru. Namun tak ada tanggapan dari sang korban. Tapi, My tak perduli dengan cepat tangan mai menyobek selembar kertas dan menuliskan nomor henponnya di atas kertas itu.

"Ini mas, nomor henpon saya, mas hubungi aja nomor itu, kalau sudah selesai perbaikan henponnya mas." ucap My sembari menyerahkan kertas putih ketangan pria yang masih terdiam menatap gadis di hadapannya. Setelah itu baru lah pria itu tersadar.

"Hey tunggu." panggil pria itu.

"Maaf mas saya buru-buru." Ucap My sembari berlari. Menuju kelasnya, sampai di kelas ia ngos-ngosan. Tangannya ia letakan ke atas lututnya, sembari menarik napas. Semua mata menatap My aneh.

"Sa. Buk Ambar belum datang?"

Tanya My sembari membuka pintu, sambil mengatur nafasnya yang cengap-cengap.

"Buk Ambar gak datang My." Jawab Sasa.

"Alhamdulillah akhirnya gue gak telat yeees." Ucap My bahagia.

"Gak telat dari mana, dosennya dari tadi nungguin kamu, minta absen yang kamu bawa." Ucap Sam menjelaskan.

"Terus sekarang dosennya mana?"

Tanya balik My

"Ladi nyari file absen ke kantor."

Jawab Sasa menimpali.

"Beneran kalian?"

Tanya My hawatir, namun tak mendapat jawaban dari teman-temannya. My semakin bingung saat Seluruh teman sekelasnya menatap cemas ke arah My.

My yang ditatap balik nenatap aneh kepada semua temannya.

"Ada apa. Kok lihatin gue kayak gitu?"

Tanya My heran. Sementara Sasa terus memberi kode, jika ada dosen di belakangnya.

"Apaan sih Sa, pake kode-kode segala, gak ngerti gue."

Ucap My kesal.

"Di belakang lo My ada pak dosen." Ucap Klara takut-takut. Sepontan leher My memutar delapan puluh drajat. Seketika muka My pucat pasih. menatap sosok di hadapannya.

"Ya Allah mati gue." Batin My menjerit. Dengan muka aneh My memaksa bibirnya tersenyum, yang makin terlihat aneh di mata dosen pria itu.

"Heee. Pagi pak. " ucap My terpaksa.Namun tak dijawab.

"Minggir. Kamu menghalangi jalan saya." ucapnya dingin. Sosok dosen ganteng berpenampilan licin itu menatap My sekilas. My akhirnya meringis takut menatap Dosenya, sembari bergeser kesamping untuk memberi jalan pak dosen. Tangan My dengan gelisah meremas-remas tali ranselnya.

"Mau sampaikapan kamu berdiri di situ?. Duduk!.

Masih pagi kamu sudah merusak mood saya." Ucap suara bariton itu, membuat My merinding.

"Baik pak. Maaf." Ucap My sopan, sembari merundukkan kepalanya. Karna gadis itu memang merasa bersalah. Ia tak membantah, apa lagi mendebat dosen yang baru pertama kali ia lihat, namun ia sudah membuat kekacauan sepagi ini.

Dengan lesu My melangkah menuju kursinya. Gadis itu duduk dengan kepala tertunduk.

"Napa lo bisa telat My? biasanya lo paling on time."

"Tar deh gue cerita ma lo. Jangan berisik, tar gue makin kenak masalah."

Bisik My takut-takut.

"Kamu." Tunjuk dosen itu garang menatap tajam, ke arah My.

"Saya pak."

Jawab My pelan, sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Ya kamu. Kalau mau bergosip silahkan keluar." ucap dosen itu dingin.

"Maaf pak." Jawab My lagi.

"Oke, abaikan dia!. Baiklah, saya Ata Herlambang, saya yang mengajar mata kuliah perencanaan dan perkembangan bisnis. Ada yang keberatan?"

"Gak pak asal jangan galak-galak ya pak."

Ceplos salah satu maha siswi. Ata tersenyum menanggapi ucapan mahasiswinya.

"Tenang saja. Saya gak galak, hanya saja saya lebih disiplin. Dalam segi waktu. saya tidak mau ada mahasiswa saya yang terlambat lagi. Hari ini kamu saya maafkan. Tapi kamu masih berurusan dengan saya." Ucap Ata mengingatkan. My hanya memasang wajah tak enak hati menatap dosen ganteng itu.

"Satu lagi, tugas yang saya berikan harus kalian kerjakan tepat waktu. Ini nomor whatsapp saya. Semua info saya kirim lewat email dan whatsapp melalui komting. Sapa komting di kelas ini?"

Tanya Ata sembari mengedarkan pandangannya mencari komting. Dengan takut-takut My mengangkat tangannya.

"Saya pak."

Ucap My ngeri-ngeri sedap. Ata menatap gadis itu tak percaya. Namun dalam hatinya Ata tersenyum, bersorak soray menahan bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!