Nyanyian angin berhembus merdu dipagi hari, Mentari tak mau kalah menerobos masuk dari celah tirai putih, ikut andil membangunkan tidurnyenyak putri cantik yang tengah terlelap. Dengan malas My meregangkan tubuhnya menarik tangannya ke depan wajahnya, mulutnya sambil menguap lebar.
Setelah nyawanya kumpul, My bangkit dari atas ranjang dengan jalan sedikit terhuyug gadis itu membuka pintu kamar mandi. Selesai bersih-bersih My mengenakan baju kemeja dipadu dengan celana jins, rambut dicepol ke atas bahu kirinya menyandang tas ransel, penampilan yang asal namun terlihat oke untuk gadis secantik My.
My dan kedua sahabatnya berjalan beriringan di kampus barunya. Ini hari pertama aktif kuliah, setelah resmi menjadi salah satu mahasiswa di unversitas ternama.Mereka duduk saling berdekatan.
Dosen wanita masuk sebagai pembuka matakuliah pagi ini. Dosen yang sangan cantik ramah dan keibuan. Namanya buk Nora.
"Assalamualaikum anak ibu semua. Untuk dua jam kedepan kalian akan bersama saya di mata kuliah akutansi. Apa ada yang keberatan?"
Tanya Dosen wanita itu.
"Gak buk. Kalau dosennya cantik kayak ibu." jawab salah satu maha siswa dari sebelah kanan pojok. Buk nora tersenyum menanggapi slorohan maha siswanya baru.
"Baiklah, ibu perkenalkan nama ibu Nora Merisa, kalian bisa panggil ibu dengan bu Nora. Ini nomor whatsapp ibu, untuk tugas dan info ibu akan kirim lewat whatsapp. Apa di kelas ini sudah ditunjuk komtingnya?"
"Belum buk."
Jawab mereka kompak.
"Baiklah pilih salah satu temanmu yang sekiranya bisa mewakili lokal kalian."
Ucap buk Nora lembut.
Tiba-tiba entah suara siapa yang menyebut nama Meylin.
"Meylin aja yang jadi komting di lokal ini." Ucap suara mahasiswa dan seluruh kelas ikut menyetujiinya.
"Ih apaan, kok gue sih."
Protes My tanda ia menolak.
"Bagaimana My?"
"Gak buk, yang lain aja." Tolak My lagi.
"gak buk My aja."
Ucap mereka kompak.
"Nah My temanmu sudah percaya kemampuanmu. Terima saja, menjadi komting gak susah kok nak."
Ucap buk Nora meyakinkan.
"Tapi buk."
"Sepertinya Sam lebih cocok deh"
"Gak buk My aja." Jawab Sam menolak.
"Iya buk My aja." Usul mereka serentak. dan pada akhirnya My menyerah. Dengan penolakkannya.
"Oke sepertinya semua setuju kamu jadi komtingnya My."
"Baiklah buk. Terima kasih atas kepercayaannya teman semua."
Jawab My lemes.
"Oke terimakasih, selamat untuk komting kita Meylin."
Ucap mereka semangat.
"Baiklah. Kalau begitu komting kalian mulai hari ini Meylin Harisman. Nah tugas kamu My, sebagai penyambung informasi dari setiap dosen mata kuliah yang lain juga. Untuk kamu sampaikan ke teman-temanmu. Semua info kuliah dan tugas ibu kirim melalui My."
Jelas buk Nora serius. Mendengar penjelasan buk Nora My menghela nafas panjang.
Setelah jam buk Nora berakhir, semua mahasiswa kelas bisnis A pulang, My dan ketiga sahabatnya berjalan menuju perpustakaan.
Disana mereka mencari buku untuk referensi tugas kuliah mereka. Setelah dapat buku yang mereka inginkan, mereka cabut menuju sebuah caffe tak jauh dari kampusnya.
Mereka ngobrol dengan asyiknya. Sembari membahas mata kuliah yang barusan mereka pelajari tadi. Tak lama pesanan mereka datang, dengan lahap My dan kedua sahabatnya menggasak soto babat yang terkenal di caffe ini.
"Eh My. Lo ada lihat gak tadi. Kakak tingkat kita ada yang cakepnya kebangetan loh." Ucap Sasa antusias.
"Ya terus, gue suruh ngapain Sa?"
"Ya ela My. Deketin dong. Kan lo cantik My"
Bujuk Sasa heboh.
"Ogah gue gak demen anak kuliahan.. gue suka yang seumuran kayak mas Azam. Lagian, mana ada yang baiknya kayak mas Bam dan mas Azam. Bagi gue, hanya ada tiga pria yang baik yang gue kenal, papa, mas Azam, mas Bam. Selebihnya no, gue gak jamin"
"ya ela My, dari zaman SMP yang lo sebut mas Bam, mas Bam. Kita gak kenal sama mas-mas yang lo bilang. Laguan itu mas-masmu udah ketuaan kali."
timpal Klara asal mangap.
"Gak tu. lihat tu mas Azam masih tetap oke kan." Jawab My gak mau kalah.
"Iya sih.. tapi emang ada gitu cowok kayak modelan mas Azam di kampus kita."
Tanya Sasa polos nan *****.
"Ya mana gue tau, kalau jodoh mah gak bakal kemana Sa. Gak ada di kampus, di luar juga gue bisa dapetin model begitu, gampangnya gue tinggal minta cariin mas Azam, bereskan. Tapi untuk sekarang gue belum kepikiran pacaran tu, soal jodoh masih jauhlah dari bayangan. " Sasa dan Klara terbengong mendengar jawaban sahabatnya yang gampangin sesuatu.
"Terserah lo aja deh My. Gak bakal menang debat ama lo." Ucap Sasa kesal.
"Udah ah yuk cabut."
Ajak My sembari berdiri dari kursinya.
"My. Lo, antar kita balik dulukan?"
Tanya Klara berharap.
"Menurut lo. Gue tega gitu biarin lo pada kepanasan nunggu gojek heem."
Tanya balik My kesal. Klara hanya nyengir kebo kearah My.
"Hem. Lo memang sahabat kita paling baik dah My"
"Ada maunya aja lo bilang gitu."
Ejek My kepada dua sahabatnya. Seketika mereka tertawa kompak.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Sampai di rumah My menuju kamarnya, tidur terlentang di atas kasur dengan tas yang masih terkait di lengannya.
Jam dua siang Melisa mengetuk pintu kamar putrinya, tapi tidak ada jawaban. Pelan pelan Melisa menekan kenop pintu, di sana di atas ranjan putrinya tidur terlentang seperti kebo mati.
"Ya Allah My. Udah besar masih aja gak ada berubah-berubahnya, bukannya makan dulu, solat juhur dulu, ini ngebo aja kerjamu dek. Bangun!. Shalat juhur dulu sana"
Omel Melisa garang.
"Bentar lagi ma. Masih ngantuk." Ucap My manja.
"Mau nunggu jam berapa dek? mau nunggu matahari, terbit dari barat atau manunggu dughan datang? ini udah jam dua. Apa mau kamu di datangin sujaul aqra di akhirat. heem?." Melisa mulai ngomel ria, akibat kesal pada putrinya.
"Iya ma, Ini shalat"
Dengan Malas My berjalan menuruni tangga, dengan mata merem melek, rambut aut-autan gadis itu berjalan dengan setengah nyawanya.
Ia masuk ke tempat wudhu dan kembali melangkah keruang shalat. Gadis itu berjalan sembari mendumel.Namun setiap gerak geriknya tak luput dari pandangan dua pasang mata yang tengah duduk di ruang keluarga.
"Hey, lo ngapa lihatin adek gue kayak gitu?" ucap Azam tak suka.
"Itu Meylin kan Zam?" ucap sahabatnya tak percaya.
"Ya iya lah. Terus sapa kalau bukan My. Adek gue cuma dia bro."
Jawab Azam Males. Sahabatnya itu mangut-mangut tanda paham.
"Gila tinggi banget Zam."
"Iya dong, sapa dulu abangnya"
"Bangga lo cuma jadi abangnya?"
"Heey. Tentu aja gue bangga. Dia adik gue yang paling cantik bro." Sahabat Azam hanya tersenyum misterius.
"Nah lo, ngapa senyum-senyum sendiri?"
"Gak ada lagi pengen senyum aja."
Ucap sahabat Azam sekenanya.
Usai shalat, My berjalan tak merhatikan ruang keluarga, gadis itu jalan sembari menyepol rambutnya asal.Sampai memperlihatkan leher jenjang gadis itu.
"Dek sini, kenalan dulu sama temen mas Azam." panggil Azam pada My.
"Lain kali aja mas, adek ngantuk." jawab My santai sembari terus berjalan menaiki anak tangga. Melihat tingkah My, sahabat Azam itu tersenyum,sembari berucap.
"Edan itu bocah cuek banget Zam." ucap Sahabatnya heran.
"Kaget lo? bukannya dari dulu juga itu bocah gak ada berubah-berubahnya, urakan nomor wahid" Ejek Azam asal.
"Tapi gue suka gayanya."
Timpal sahabatnya Azam.
"Dari dulu juga lo suka ma tu bocah kan? kalau lo serius ama tu bocah, lo harus usaha dapetin dia dan jangan lupa lo jagain tu adek gue satu-satunya."
"Serius lo Zam.?"
"Memang gue pernah bohong? lagian bokap nyokap juga setuju punya mantu kayak lo"
"makasih bro." Ucap sahabatnya bahagia.
Setelah puas ngobrol, akhirnya mereka berdua cabut entah kemana. Sementara My masih asyik dengan dunia mimpinya. Sehingga ia tak bertemu dengan sahabat Azam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mamah Kekey
mas Bam does...sekaligus teman Azam...😂
2023-12-07
0
Noorhied
apa itu Mas Bam
2021-06-27
0
Fitriani
visualnya TOP 👍
2021-05-10
0