Adore You

Adore You

Prolog

Gian keluar dari kamarnya lengkap dengan seragam sekolah yang sudah rapi. Ia berjalan menuruni tangga, lalu menuju ruang makan untuk sarapan bersama orang tuanya. Gian melihat Papanya sedang fokus membaca koran ditemani secangkir kopi. Sementara Mama masih sibuk menata meja makan.

“Pagi, Pa, Ma.”

“Gian, selamat pagi,” balas Mama seperti biasa. Selalu ceria.

“Pagi, Yan. Gimana sekolah kamu?” tanya Papa sambil melipat koran dan minum kopi.

“Baik-baik aja, Pa.” Gian tersenyum kecil lalu melirik hidangan di atas meja. Mama sudah menyiapkan sepiring omelet telur kesukaan Gian.

“Ada kesulitan nggak?” tanya Papa lagi.

“Enggak kok, Pa.” Gian meneguk air putih sebentar. “Sejauh ini lancar-lancar aja.”

“Mama bener-bener nggak nyangka sekarang kamu udah kelas 11,” selesai menata meja makan, Mama ikut bergabung dengan Papa dan Gian. Mama menarik kursi di samping Papa. “Tadinya Mama pikir kamu bakal ambil jurusan IPA, ternyata IPS.”

“Papa juga,” Papa tertawa pelan. “Kamu mampu di IPA, tapi ternyata malah ambil jurusan yang sama dengan Papa dulu.”

“Karena Gian pengen ambil jurusan Manajemen Bisnis waktu kuliah nanti. Biar bisa bantu dan nerusin perusahaan Papa,” ujar Gian dengan ekspresi dibuat setenang mungkin.

Papa dan Mama saling memandang satu sama lain. Gian memang belum memberitahu alasan memilih jurusan IPS. Begitu mereka mendengar pengakuan Gian ini, mereka merasa terkejut. Mereka tidak menyangka Gian sudah berpikir jauh tentang penerus perusahaan Papa.

“Papa nggak nyangka kamu udah mikir sampai ke sana,” Papa tersenyum lembut. “Dari awal, Papa membebaskan pilihan kamu. Kamu nggak harus ngelanjutin bisnis perusahaan Papa.”

“Gian tahu, tapi selama ini Papa dan Mama udah sering nurutin kemauan Gian. Gian pengen bikin Papa dan Mama bangga.” Gian menatap wajah Papa dan Mama dengan ekspresi serius. “Apa yang Gian lakuin sekarang itu menentukan masa depan Gian nanti. Karena itu Gian mantap ambil jurusan IPS supaya nanti bisa nerusin perusahaan Papa. Yang bisa nerusin perusahaan Papa cuma Gian, karena Gian anak semata wayang Papa dan Mama.”

Papa dan Mama kehabisan kata-kata karena ucapan Gian yang sangat menyentuh. Bahkan mata Mama terlihat berkaca-kaca. “Uuh, anak Mama ternyata udah dewasa. Mama terharu,” Mama memeluk Gian dan memberi kecupan sayang di pipi.

Pipi Gian merona karena perlakuan Mamanya yang tidak pernah berubah sejak dia masih kecil.

“Makasih, ya,” ujar Papa senang. “Papa doain semoga semuanya lancar dan keinginan kamu bisa terwujud.”

“Mama juga!”

“Iya, Pa, Ma.” Gian tersenyum. “Makasih buat doanya.”

Mereka kembali menikmati sarapan dengan obrolan hangat.

Selesai sarapan, Gian berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Sebelumnya, Gian harus diantar sama Pak Yos, supir pribadi keluarga Gian. Namun, sekarang Gian sudah diperbolehkan membawa kendaraan sendiri karena sudah berumur 17 tahun dan memiliki SIM.

Papa memberikan motor sport Kawasaki Ninja 250 dengan perpaduan warna hitam dan oranye, warna kesukaan Gian. Motor itu sebagai hadiah ulang tahun Gian yang ke-17, hanya selang beberapa hari setelah tahun ajaran baru dimulai. Papa dan Mama memang sudah sepakat memperbolehkan Gian membawa kendaraan sendiri kalau sudah berumur 17 tahun dan memiliki SIM.

Jarak lokasi sekolah Gian dari rumah sekitar 7 km. Gian sendiri terbiasa berangkat pagi supaya tidak terlambat masuk sekolah.

Sesampainya di sekolah, Gian memarkirkan motornya di area parkir khusus siswa. Membaur bersama siswa lain yang baru berdatangan, Gian berjalan memasuki gedung sekolah. Sesekali Gian memasang senyum ramah ketika mendengar sapaan dari beberapa cewek di sekitarnya.

Gian termasuk siswa populer di sekolahnya. Secara fisik, Gian memiliki paras wajah tampan, proporsi tubuhnya pun tinggi layaknya seorang model. Apalagi didukung dengan kulitnya seperti salju. Faktor keturunan, mengingat Papa dan Mama Gian juga sama-sama berkulit putih.

Selain itu, Gian memiliki selera fashion yang bagus. Jika di sekolah, mungkin lantaran memakai seragam seperti siswa lain, penampilan Gian akan terlihat sama. Meski aura yang dia pancarkan tetap berbeda dari siswa lainnya.

Akan tetapi, bagi mereka yang pernah bertemu Gian di luar sekolah, mereka merasa seperti bertemu dengan member boyband Korea dengan cita rasa lokal.

“Kak Gian, selamat pagiii~”

Gian menoleh ke kiri dan melihat gerombolan cewek yang menyapa dengan penuh semangat. Gian ingat, mereka adalah adik kelasnya yang pernah dia pandu sewaktu MOS 1 bulan yang lalu.

“Pagi,” Gian balas menyapa dengan ramah.

“Kyaaaaa~”

Gerombolan adik kelasnya itu langsung histeris.

“Ya ampun, Kak Gian ganteng banget!”

“Sumpah, senyumnya nggak nahan.”

“Gue pengen ngelamar jadi istrinya!”

“Heh!? Gue duluan yang ngelamar jadi istri Kak Gian!”

“Nggak bisa! Gue dulu!”

“Gue!”

Gian hanya geleng-geleng kepala melihat perdebatan konyol itu. Ia buru-buru pergi meninggalkan gerombolan cewek itu dan segera masuk ke gedung sekolah. Gian berjalan menuju area loker siswa untuk menaruh jaketnya.

Sesaat, Gian menghela napas panjang. Awalnya, dia senang menjadi siswa populer di sekolah. Tetapi, lama-kelamaan Gian merasa risih jika setiap hari harus dikerubungi cewek-cewek. Apalagi kebanyakan tipe cewek yang mendekatinya itu garang dan ganas. Mereka sampai rela menyikut satu sama lain hanya demi berebut perhatian Gian.

“Hhhh ... lama-lama mereka nyeremin,” gumam Gian sambil menutup pintu lokernya. Gian hendak berjalan menuju ke kelasnya. Namun, tanpa sengaja dia menabrak seorang cewek yang ada di sampingnya.

“Aduh!”

Baru saja Gian hendak meminta maaf, cewek itu terlanjur marah padanya.

“Kak, jangan mentang-mentang tinggi kayak tiang listrik, Kakak nggak lihat ada orang di sini sampai ditubruk.” Bibir cewek itu mengerucut kesal. “Sakit tahu! Untung aja aku nggak sampe mental.”

Mata Gian mengerjap bingung.

 “Ih, Kakak malah bengong. Masih pagi jangan ngelamun, Kak. Nanti kesambet loh.”

Gian sedikit menunduk agar bisa melihat wajah cewek itu. Ternyata memang benar soal perbandingan tinggi badan mereka yang cukup jauh. Gian memiliki tinggi badan 185 cm, sementara tinggi cewek itu hanya sebatas

lengannya saja. Kemungkinan tinggi cewek itu sekitar 160 cm.

Sebenarnya, bukan hanya masalah tinggi badan mereka yang membuat Gian kaget. Wajah cewek itu justru membuat mata Gian nyaris tak berkedip.

“Kak?” Cewek itu kembali memanggil Gian. “Kakak kok ngelihatin aku kayak gitu, sih?”

“Nama lo siapa?” tanya Gian justru melenceng dari pertanyaan cewek itu.

Cewek itu menatap horor. “Kakak ngapain nanya namaku? Mau modus, ya?”

Parasnya cantik, tapi omongannya absurd. Ugh, waktu matanya kedip-kedip, dia kelihatan imut. Apalagi waktu masang wajah galak kayak gini. Sumpah, imut banget!

“Siapa juga yang mau modus?” Gian sedikit jengkel, lalu sadar akan sesuatu. “Adinda Maharani Putri.”

Wajah cewek itu kelihatan panik. “Kakak kok tahu namaku?! Kakak intel, ya?!”

“Gue baca nametag lo, ****!”

Mata cewek itu berkedip-kedip polos. Dia melirik nametag­­ yang tersemat di seragamnya, lalu mendelik ke arah Gian. “Kakak sama aja dong. Udah tahu bisa baca nametag-ku masih nanya nama. ****.”

Gian terdiam. Bener juga, ya?

“Udah, ah! Aku mau masuk!” Cewek itu buru-buru pergi meninggalkan Gian. Sebelum pergi, dia sempat melirik Gian sebentar. “Kakak jangan ngikutin aku, ya! Nanti aku laporin ke polisi loh.”

What the—Gian tidak tahu harus bekata apa melihat kelakuan cewek ini.  Seumur hidupnya, baru kali ini Gian bertemu dengan model cewek seperti itu.

Cantik, imut, tapi kok ... rada absurd, ya?

Entah mengapa, rasanya ada dorongan besar dalam diri Gian untuk mengenal cewek itu lebih jauh.

“Adinda Maharani Putri ...” Gian tersenyum menyeringai. “Selamat, lo cewek pertama yang berhasil menarik perhatian gue.”

TO BE CONTINUED

Terpopuler

Comments

Bembi Arkana

Bembi Arkana

lancut achhh... kesan awal bagus nich.... menarik...

2022-10-20

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

selamat....lanjutttt

2021-05-03

0

Ervina 123

Ervina 123

absurt

2021-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!