Masa Itu Akan Datang

Masa Itu Akan Datang

01.

📢📢TES!!!

BAGI KALIAN YANG MAU BACA CERITA INI, MOHON BACA SEASON 1 NYA YAH

SEASON 1: SINGLE PARENT

BIAR PAHAM ALUR NYA 😊🤭.

Brum ... Brum ... Brum ....

"Syifa! Bekal kamu ketinggalan sayang!!" teriak sang bunda yang mengejar putrinya itu sampai kedepan pintu.

"Eh! iya Syifa lupa Bun, ya sudah aku berangkat dulu ya Bun, assalamualaikum," pamitnya setelah mengambil bekal makan siangnya itu dari tangan Annisa.

Annisa menggelengkan kepala melihat putrinya itu menaiki motor besar milik sang ayah, Zidan.

"Yah ... putrimu sudah jadi gadis sekarang, dan sifatnya bertambah dingin saja," monolog Annisa sembari menatap punggung Syifa yang semakin tidak terlihat.

Dari dalam Amier berlari menghampiri sang bunda sembari menggerutu.

"Kakak sudah berangkat ya Bun?!" tanyanya kesal.

Annisa hanya mengangguk polos dan mengernyit bingung.

"Kenapa?" tanya balik Annisa.

"Masa aku di kunciin di kamar mandi sih Bun! Kan aku nggak bisa keluar. Untung tadi nenek masuk ke kamar aku, kalau nggak aku jadi nambah telat kan!" gerutunya.

Annisa memicingkan matanya menatap tajam sang putra.

"Ngaku! Apa yang kamu lakukan?" tanya Annisa.

"Eh! Nnggak lakuin apapun!" jawab nya cepat dan berlalu ke dalam ingin mengambil tas ranselnya.

"Amier!" cegah Annisa sembari menarik lengannya.

"Hehehe ... itu Bun, tadi aku nggak sengaja lihat ponsel kak Syifa terus ada pesan masuk dari cowok, terus aku balesin satu-satu, habisnya kasian cowoknya Bun, di cuekin mulu sama kakak!" jawabnya polos lengkap dengan cengirannya.

Annisa menghela nafas panjang, selalu saja, yang satu iseng yang satu cuek jadi begini kan. Dia terkadang heran dengan sifat kedua anak nya itu meniru siapa?

"Ya sudah, kamu berangkat sana nanti tambah telat, ingat yah kamu harus pulang tepat waktu nggak ada ya nongkrong di rumah Reno buat main game!" petuah Annisa.

"Siap Bos!!" jawabnya sigap dengan tangan di atas memberi hormat.

Amier pun masuk dan mengambil tasnya di atas meja makan dan mengambil tangan bunda dan juga neneknya untuk dia cium.

Dia berangkat dengan di antar oleh supir yang di tugaskan mengantar kedua anaknya atau pun ibunya.

💢💢💢💢

"Si cantik datang."

"Wah nambah cantik saja idola aku itu."

"Neng geulis pujaan hati Aa."

"Itu punya gue nggak boleh ada yang ngambil!"

"Berasa kucing idola aku, di bilang begitu sama kamu!"

Dan masih banyak lagi bisik-bisik para mahasiswa yang melihat Asyifa dengan motornya memasuki gerbang kampus.

Namun, tetap saja tidak semua orang menyukainya, ada saja yang merasa iri dengan kehadirannya terutama mahasiswi.

"Dasar caper! bilang saja mau di bilang keren. Sok-sok'an pake motor gede!" sahut seorang gadis yang bernama Amel yang selalu tidak senang dengan hadirnya Asyifa. Tentunya tidak di depan Asyifa.

"Bukannya dia memang dari dulu pake motor gede yah? Bahkan dari dia masuk SMA!" celetuk temannya polos yang berjalan beriringan dengan Amel dan mendapat tonyoran darinya.

"Diam kamu! Jangan ikut-ikutan! Berisik tau nggak!" kesal Amel membuat Fia mengerucutkan bibirnya.

Ya! Benar sekali, sekarang ASYIFA PUTRI ANNISA sudah memasuki dunia universitas. Namun sifat dinginnya tidak berubah bahkan jauh lebih dingin setelah meninggalnya sang ayah.

"Syifa di panggil dosen di ruangan nya," panggil teman satu jurusan.

Asyifa menoleh, "ada apa?" tanyanya namun gadis itu hanya mengedikan bahu dan menggeleng tidak tahu.

Asyifa membuang nafas sembarang. Dia tahu mungkin masalah 'itu' lagi.

Dia mendatangi ruangan dosen yang memanggilnya tadi.

tok ,,, tok ,,, tok!

Asyifa masuk setelah suara di dalam menyuruhnya untuk masuk.

"Bapak panggil saya?" tanya Asyifa sopan.

Dosen itu mendongak dan tersenyum melihat Syifa. Asyifa jadi curiga dugaannya benar.

"Silahkan duduk Syifa," ucapnya ramah.

"Ada perlu apa Bapak panggil saya?" tanya Syifa.

"Begini Syifa, nilai akademik kamu begitu bagus dari yang lainnya, apa kamu tidak mau ikut kelas akselerasi?" tanyanya.

"Maaf Pak, apakah saya boleh menolak. Karena saya lebih nyaman seperti ini dari pada harus menonjol di antara yang lainnya." Syifa menolak halus.

"Tapi Syifa, apa kamu tidak sayang dengan prestasi kamu? Kamu bisa saja lulus lebih cepat dari yang lainnya?" tanya dosen itu lagi.

"Tidak Pak, saya hanya mau menikmati

belajar di universitas ini seperti biasanya saja. Dan saya minta tolong pada Bapak untuk menyembunyikan prestasi saya!" jelas Syifa tegas.

Dosen itu membuang nafas lelah. Aneh betul anak ini, diberi kesempatan yang bagus malah tidak mau, pikirnya.

Asyifa pun keluar setelah membicarakan hal itu dengan sang dosen.

Asyifa tahu hal itu akan di bicarakannya. Karena sudah beberapa kali dosennya itu mengatakan hal itu, namun dia tidak ingin terburu-buru dalam menikmati momennya di universitas.

Syifa membuang nafas lelah. Saat dirinya berjalan beberapa langkah, ada seseorang yang memanggilnya lagi.

"Syifa!" panggilnya membuat Syifa menoleh.

Syifa menangkap benda yang di lemparkan olehnya yang ternyata sebuah kunci mobil.

"Mobilnya di parkiran. Nanti besok siang aku ambil yah," ujarnya.

"Oke!" ucapnya dengan nada datar.

Dia adalah salah satu langganan bengkel yang sekarang di kelola oleh Syifa. Iya, bengkel Zidan, sang ayah. Sekarang dirinya lah yang mengelola dan itu cukup sukses baginya karena pelanggan bukan hanya di kalangan luar saja tapi para mahasiswa universitasnya pun ikut menjadi langganannya.

Sekarang modifikasi sedang sangat ramai di bengkelnya dan hasil dari modifikasi Syifa sangat di sukai para pelanggan. Maka dari itu lah bengkel tidak pernah sepi.

"Kamu pulang naik apa, mau bareng nggak?" tawar pemuda itu yang berjalan beriringan dengan Syifa.

"Aku naik motor kayak biasanya, makasih tawarannya," ucapnya menolak dan berlalu.

Syifa berjalan mendahului pemuda itu yang diam saja melihat punggung Asyifa yang semakin menjauh.

'Gagal lagi. Ya ampun susah sekali mendekati nya!' gumamnya dalam hati.

💢💢💢💢

Jam mata kuliah berjalan lancar seperti biasanya. Sesaat dosen keluar ruangan, Syifa mengambil ponselnya saat benda pipih itu bergetar.

Dia tersenyum mendapati nomer yang dia sangat kenali dan juga dia rindukan. Dia menempelkan benda itu dan menyapa hangat membuat seisi ruangan menoleh padanya dan menjadi heran. Seorang Asyifa yang begitu dingin itu tersenyum begitu hangat, siapa kah dia yang berbicara dengannya di telepon. Satu pertanyaan yang sama muncul di sebagian besar teman-temannya.

Asyifa beranjak dari duduknya dan kemudian keluar. Sepanjang koridor para mahasiswa dan juga dosen yang melihat itu menjadi penasaran siapa yang bisa membuatnya tersenyum yang selalu disembunyikan itu terbit. Senyumannya memabukkan bagi siapa pun yang melihat hingga membuatnya tak bosan untuk memandang.

NAH MAN-TEMAN MOHON DUKUNGANNYA YAH UNTUK NOVEL BARU AKU INI.

SEMOGA KEDEPANNYA TAK MENGECEWAKAN KALIAN DAN SELALU HAPPY.

TERIMA KASIH 😊

Terpopuler

Comments

Dalban ID Food

Dalban ID Food

terus kembangkan kreasimu... 🤗

2022-01-08

0

Adelio Pratama

Adelio Pratama

aku yg seorang laki² entah kenapa air mata ini jatuh.ketika mendengarkan atas nama alam.Zidan😭

2021-12-14

1

Lena Andriaty

Lena Andriaty

sekali ini aku baca cerita mu thor sampe mewek.. lgsg lanjut k sini..

2021-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!