Untuk Mutia
Kau orang terpelajar Mutia, jadi hadapi mereka dengan elegan. Jangan terbawa emosi dan bertindak anarkis. Ujar sisi malaikatnya memperingati.
Suamimu berselingkuh, Mutia. Dengan adik sepupumu pula. Bodoh jika kamu hanya diam. Setidaknya, mereka pantas mendapatkan sebuah tamparan. Ayolah, jangan tampak lemah atau kau akan semakin diinjak-injak bagai sampah tak berguna. Kali ini sisi iblisnya yang berpendapat.
"Aku... hamil, Mut."
"Lalu?" Mutia berlaga bodoh dan tak tahu apapun. "Kenapa kamu datang padaku? Seharusnya kamu temui pria yang menghamilimu dan meminta pertanggung jawaban darinya, Sonya."
Wanita berambut sebahu yang memiliki usia lebih muda tiga bulan darinya itu menoleh pada suaminya. Mereka saling berpandangan lekat, melupakan kehadirannya, membuat Mutia ingin sekali melemparkan vas cantik —yang berdiri angkuh diatas meja kopi— ke arah mereka berdua, meluapkan kemarahan yang menyelimuti hatinya.
"Karena itu..." Sonya kembali menatap Mutia. Diteguknya saliva dengan kasar, sebelum melanjutkan ucapannya. "Pria... pria yang..."
"Aku pria yang menghamili Sonya."
Seketika Mutia memejamkan mata. Meresapi denyutan nyeri yang menghujam jantung saat mendengar ucapan suaminya.
Sejak awal Mutia tahu bahwa tidak ada cinta diantara mereka, mengingat pernikahan mereka terjadi karena sebuah perjodohan yang di lakukan oleh para orang tua. Namun memerhatikan dari bagaimana Haikal menerimanya sebagai istri, Mutia optimis suatu hari nanti mereka bisa saling mencintai.
Katanya... hasil tidak akan pernah mengkhianati kerja keras, lalu apa yang terjadi pada Mutia? Selama dua tahun pernikahan Mutia menjadi istri yang baik, berusaha meluluhkan hati suaminya, tapi justru pengkhianatan yang ia dapatkan.
Bagai mendapat luka, disiram air garam pula. Itulah perumpamaan yang cocok untuk Mutia. Telah sakit merasakan cinta sepihak, ditambah pula suami yang dicintai berselingkuh.
"Sejak kapan, Haikal?" bak seorang masocist, Mutia mencari-cari hal yang bisa membuatnya merasa kian sakit dan tersiksa. "Apakah sebelum pernikahan kita?"
Haikal menggeleng. "Pertama kali kami bertemu yaitu saat kamu mengajakku untuk menjemput Sonya yang baru saja menyelsaikan kuliahnya di Bandung. Saat itu aku merasakan ketertarikan yang begitu kuat padanya, namun aku berusaha mengelak dengan mengingatkan diri bahwa aku sudah menikah denganmu. Tapi ternyata... Sonya merasakan hal yang sama. Tepat di hari pernikahan kita yang ke satu tahun, Sonya mengakui perasaannya dan kami sepakat untuk menjalin hubungan."
Ya Tuhan, sudah selama itu. Ck... menyedihkan.
Jujur saja, Mutia masih tak percaya hingga detik ini, bahwa adik sepupu yang paling dekat dengannya, tenyata menjadi duri dalam rumah tangganya.
"Satu tahun kalian berhubungan di belakangku, lalu kenapa baru sekarang Sonya hamil? Seharusnya kalian tetap diam."
"Karena aku tak ingin lagi menyakiti Sonya juga menyembunyikan hubungan kami."
Tak ingin lagi menyakiti Sonya, katanya. Lalu bagaimana dengan perasaan Mutia? Entah seberapa banyak lagi Haikal akan menyakitinya. Pria itu terus saja menggores luka dihatinya, membuat Mutia merasa kian hancur lebur. Mutia tersenyum getir.
"Kenapa kamu harus menghamilinya dulu, baru datang padaku untuk mengatakan bahwa kamu akan menikahinya? Bukankah hal itu justru akan membuat Sonya menjadi bahan pergunjingan. Hamil di luar nikah."
Hatinya memang remuk redam, namun Mutia tidak akan menunjukannya pada Haikal dan Sonya. Ia ingin kedua orang itu hanya melihat bagaimana kuat dan tegar dirinya, meski sudah dikhianati.
"Kehamilan Sonya akan membuatmu berpikir ulang untuk menolak keinginanku. Kamu tentu pasti akan memikirkan nasib bayi itu."
Licik. Dua tahun menikah, Mutia mengenal Haikal sebagai pribadi yang lembut dan penyayang. Tapi hari ini Mutia melihat sisi lain pria itu. Seorang ambisius, yang akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
"Jadi... kalian akan menikah? Lalu bagaimana dengaku? Kamu akan menceraikanku, Kal? Mengingat pernikahan kita terjadi hanya karena perjodohan dan kedua orang tuaku juga sudah meninggal, jadi kamu tidak memiliki alasan lagi untuk bersamaku dalam pernikahan ini."
"Tidak, Mutia. Aku tidak sejahat itu, menceraikanmu setelah aku bersama dengan wanita yang aku cintai. Kami sudah membicarakannya dan Sonya bersedia menjadi istri kedua."
Tidak sejahat itu, kamu bilang. Tahukah kamu, penyataan cintamu untuk Sonya membuat hatiku berdarah-darah, Kal. Kamu lebih dari jahat. Kamu kejam!
"Maafkan aku, Mutia."
Suara Sonya menarik perhatian Mutia. Sekian menit berlalu, wanita itu hanya diam usai mengatakan bahwa ia hamil, kini kembali mengeluarkan suara dan mengatakan kalimat bullshit, yang membuat Mutia memutar mata jengah.
"Maafmu tidak ada artinya."
"Mutia!" Haikal meninggikan suara. Nyaris saja amarahnya meledak, andai saja Sonya tidak segera mencengkram lengannya dan menggeleng pelan.
"Aku tahu yang kulakukan ini salah, namun aku tak bisa menahan diriku untuk jatuh cinta pada suamimu, Mutia. Jika bisa memilih, aku juga tidak ingin mencintai suami orang, apalagi pria itu adalah suami sepupuku sendiri. Karena cinta ini juga, aku rela berbagi denganmu."
Tapi aku yang nggak rela, sebab tahu Haikal mencintai kamu.
Memejamkan matanya sesaat, Mutia menarik nafas dalam. "Setidaknya berikan aku waktu untuk menenangkan diri, Haikal. Pengkhianatanmu membuatku terguncang. Itu juga jika kamu masih memiliki simpati padaku."
Haikal mengetatkan rahang. Ucapan Mutia seolah mengatakan; kamu jahat, Haikal. Padahal kenyataannya Ayah Mutia lah yang jahat. Andai saja Sugiono —Ayah Mutia— tidak meminta pada Ayahnya agar menikahkan mereka, sebab usia pria itu yang sudah tidak lama lagi karena penyakitnya dan andai saja Ayahnya tak memiliki hutang budi pada Sugiono, Haikal tidak mungkin menikahi wanita yang tidak ia cintai. Jadi... sudah menjadi konsekuensi Mutia, yang akan merasakan sakit saat ia menemukan wanita yang dicintainya.
"Baiklah."
Lantas Haikal beranjak dari duduknya, mengajak serta Sonya meninggalkan Mutia yang kini menutup wajahnya dengan tangan dan mulai menangis. Pertahannya runtuh, topeng tegarnya telah menghilang. Kini Mutia terisak pilu, menyayangkan nasib pernikahannya.
TO BE CONTINUE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Siti Mujimah
harusnya Mutia lgsg bilang putus hubungan sebagai suami istri kenapa mesti pake mikir..Wt ap..aplg yg di harapkan Dr hubungan yg kyk gt
2023-04-22
0
Sulati Cus
hrs bisa manusia di kasih akal buat mikir dan buat milih kyknya km emang g laku sm yg lajang
2022-04-08
0
Sulati Cus
lalu blg g sejahat itu, tp apa ini kau selingkuh satu kata kejammm
2022-04-08
0