Dua hari berlalu dengan cepat. Bak dalam satu kedipan mata, tiba-tiba saja sekarang Mutia sudah kembali duduk berhadapan dengan Haikal dan Sonya. Seolah melakukan reka ulang kejadian dua hari lalu, mereka pun kembali berada di posisi dan situasi yang sama. Mutia duduk di sofa panjang menatap nanar sembari tersenyum getir pada dua orang manusia yang duduk di seberangnya. Mereka saling menempel dan menautkan tangan, tak memedulikan perasaan Mutia yang luluh lantak bagai diterjang badai tornado.
"Ini sudah dua hari, Mutia." Haikal membuka perbincangan. Akhirnya mengarahkan tatapan ke arah Mutia, setelah sekian menit berlalu hanya memaku atensi pada wanita disampingnya.
Orang bodoh pun pasti tahu, bahwa Haikal sedang di mabuk cinta. Jadi sudah jelas, Mutia lebih daripada bodoh, karena selama satu tahun mereka berhubungan, ia tidak mencurigai interaksi janggal diantara mereka.
Mutia tersenyum lebar, tampak baik-baik saja, begitu kontras dengan penampilannya yang seperti mayat hidup. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya dingin dan lingkaran hitam menghiasi bagian bawah matanya.
"Aku setuju kalian menikah."
Haikal menoleh pada Sonya. Bibirnya menyungging senyum lebar, pun dengan wanita disampingnya. Lalu tanpa sungkan Sonya menyandarkan kepala di pundak Haikal, tatkala pria yang masih berstatus suami Mutia itu serta merta mendaratkan kecupan sayang di puncak kepala Sonya.
Sama sekali keduanya tidak memedulikan Mutia yang wajahnya kini sudah merah padam, dengan mata berkaca-kaca dan perasaan yang remuk redam. Ingin sekali rasanya Mutia meminta pada Tuhan untuk membuatnya buta saja, agar ia tak perlu melihat suaminya mengumbar kemesraan —dosa— bersama adik sepupunya.
"Tapi sebelum itu..." kalimat Mutia yang menggantung, sukses menarik perhatian dua manusia yang sedang kasmaran di depannya saat ini. "Ceraikan aku."
Haikal membelalak, tatkala Sonya menggeleng panik.
"Aku tidak akan menceraikanmu." ada penekanan di setiap kata yang Haikal ucapkan.
"Sedangkan aku tidak sudi di madu." serang Mutia.
"Mutia, aku yakin ini tidak akan sulit. Aku sepupumu dan hubungan kita cukup dekat. Berbagi suami tentu..."
"Sekalipun itu dengan sepupuku sendiri!" sela Mutia sembari melemparkan tatapan sinis pada Sonya. "Aku bahkan ragu, apakah benar selama ini kamu menganggapku keluarga."
"Mutia, kenapa kamu bicara seperti itu? Tentu saja aku menganggapmu keluargaku dan aku sangat menyayangimu." sahut Sonya.
"Lalu kenapa kamu menikamku?!" manik hitam Mutia menatap Sonya dengan nyalang, tatkala tangannya yang terkepal memukul pegangan kursi berulang kali. Mengalihkan kemarahannya yang ingin sekali memukul wajah lugu Sonya.
"Mutia! Jangan tinggikan suaramu." tegur Haikal, namun sama sekali tidak Mutia pedulikan. Wanita dua puluh tiga tahun itu masih mengarahkan tatapan penuh kemarahan, kekecewaan dan kebencian pada Sonya yang mengaku begitu menyayanginya.
"Jika apa yang kamu katakan itu memang benar, kamu tidak akan mungkin tega menghancurkan rumah tanggaku, Sonya."
Mata Mutia sudah memerah dan mulai berkaca-kaca, namun sekian menit berlalu, tak kunjung ada cairan bening mengalir keluar. Sekuat tenaga Mutia menahan tangisnya, tak ingin tampak lemah.
"Aku tidak bisa menahan perasaanku, Mutia. Jika bisa memilih, aku juga tidak ingin jatuh cinta pada suamimu. Aku..."
Mutia mengarahkan telapak tangannya pada Sonya, meminta wanita itu berhenti bicara. "Jangan menjadikan cinta sebagai alasan untuk membenarkan perbuatan kalian. Aku tidak akan melarang kalian menikah, tapi sebelum itu Haikal harus memenuhi syarat yang kuberikan. Ceraikan aku."
"Tidak! Sekali aku bilang tidak, ya tidak, Mutia!" Haikal tetap keras kepala, membuat Mutia geram.
"Aku bukan Khadijah, yang memiliki hati mulia dan sebaik-baiknya wanita penghuni syurga. Aku juga bukan Fatimah Az-Zahra, yang memiliki cinta suci dalam diamnya. Hanya Tuhan yang tahu seberapa besar cinta Fatimah untuk Ali. Dan aku tidak memiliki cinta yang mampu mengguncang Arsy Allah. Aku hanyalah Mutia, seorang manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Hatiku kotor, masih menyimpan perasaan iri dan dengki. Jadi... untuk menghindari niat jahat muncul di hatiku, seperti memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman kalian, maka sebaiknya lepaskan aku."
Haikal terbelalak. Tak menyangka bahwa Mutia yang selama ini ia kenal lemah lembut dan begitu penurut, bisa memiliki pikiran untuk memberikan racun padanya.
Lalu apa yang harus ia lakukan? Tetap menahan Mutia, resikonya ia dan Sonya beserta bayi mereka akan selalu dibayangi oleh ketakutan kalau sewaktu-waktu Mutia benar-benar merealisasikan niatnya. Tapi jika ia melepaskan Mutia, maka ia akan kehilangan segalanya.
Sang Ayah akan mencoretnya dari kartu keluarga, mengambil semua fasilitas yang ia miliki, mengeluarkannya dari kantor dan bahkan mungkin sampai membacklistnya hingga ia tidak bisa bekerja di perusahaan manapun. Kalau sudah seperti itu, bagaimana caranya ia menghidupi Sonya dan bayi mereka nanti.
Aku berada dalam masalah besar, batinnya. "Aku benar-benar tidak bisa melepaskanmu, Mutia."
"Kenapa?"
Haikal bungkam. Genggaman tangannya pada Sonya kian mengerat. Membuat Mutia tiba-tiba saja mengeluarkan tawa mencemooh.
"Ah... aku tahu apa alasannya." matanya menatap Haikal dengan sorot mengejek. "Ayah. Right?"
Haikal masih setia dalam bungkamnya. Menggelitik Mutia untuk semakin tertawa saat melihat mata Haikal yang berkata iya. Begitu menyenangkan melihat ketidakberdayaanmu, Haikal. Mutia bersorak dalam hati.
"Aku ingat Ayahmu pernah bilang, jika kamu menyakitiku sekali saja, maka kamu akan kehilangan semua yang kamu miliki." Mutia tersenyum pongah. "Seharusnya kamu memang tidak macam-macam, Haikal. Lalu sekarang... bagaimana? Kamu ingin tetap memiliki apa yang sudah kamu miliki atau... ingin memiliki apa yang baru akan menjadi milikmu? Semua kemudahan yang Ayahmu berikan atau... Sonya? Tik... tok... tik... tok."
Kemudian Mutia meledakan tawanya. Saat ini Mutia tampak seperti kehilangan kewarasannya. Tapi apa pedulinya... membuat Haikal berada dalam posisi terponjok, memberi kesenangan tersendiri untuk Mutia. Kamu pikir menyenangkan berada diatara pilihan yang sulit, sekarang... rasakan sendiri.
"Kau mengancamku, Mutia?!" desis Haikal.
"Apa kamu berpikir aku akan memintamu untuk tidak menikah dengan Sonya dan melapor pada Ayah, sehingga kamu kehilangan segalanya?" Mutia tersenyum mengejek sembari menggeleng dramatis. "Jangan terlalu menilai tinggi dirimu, Haikal."
Ucapan Mutia sukses memukul ego Haikal. Tangan pria itu mengepal, siap menghantam wajah Mutia kapan saja. Beruntung Sonya memegangi tangannya, sehingga ia tidak lepas kendali detik itu juga.
"Dibanding memintamu untuk tidak menikah dengan Sonya, aku lebih memilih untuk bercerai darimu. Karena aku tidak sudi lagi hidup bersama pria yang bahkan tidak bisa menjaga ucapan dan nafsunya." bibir Mutia menyungging seringai. Dalam hati ia memuji dirinya yang bisa menyerang Haikal dengan telak. "You know? You're like an animal!"
"Mutia!" Haikal beranjak bangkit dengan penuh kemarahan, tatkala Sonya menutup mulutnya yang menganga lebar. Sepupunya yang tak pernah mengupat, kini bicara kasar.
"Tidak seharusnya kamu bicara begitu, Mutia." tegur Sonya setelah berhasil menghilangkan rasa kagetnya. "Haikal masih sua..."
"Akan segera menjadi mantan suami!" Mutia mendelik tajam, lalu mengalihkan atensi pada Haikal yang kini berdiri menjulang dihadapannya. "Kamu tidak perlu khawatir, aku yang akan bicara pada Ayah. Jadi... tidak ada lagi alasan untukmu menahanku, kan?"
Haikal menarik nafas dalam. Ia mendengus sebelum mengeluarkan suaranya. "Oke. Sesuai keinginanmu. Aku... menalakmu Mutia Haruka. Sampai bertemu dipengadilan."
Dan seperti dua hari yang lalu, Haikal meraih tangan Sonya, menarik wanita itu pergi meninggalkan Mutia yang kini menyandarkan punggung, wajahnya menengadah, menatap langit-langit. Tapi berbeda dengan sebelumnya, dimana ia merasa begitu terluka, kali ini ada sedikit kelegaan dalam hatinya. Seulas senyum pun menghiasi wajah Mutia.
"Terima kasih sudah memberiku kekuatan, Tuhan."
...****************...
......TO BE CONTINUE......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Siti Mujimah
yes aq suka keputusan mu ..enak az yg jd Haikal kalau masih di kasih hati
2023-04-22
0
Aku Mira
kerennn wanita terhebat
2022-11-13
0
Renjana
Keren Mutia👍🏻
2022-05-03
0