Takdir Janda Muda
"Aku pikir, pernikahan itu adalah sebuah kisah yang begitu membahagiakan, setelah dua orang yang saling mencintai bisa bersatu menjalin sebuah ikatan resmi. Bisa saling berbagi di saat suka maupun duka. Apalagi untuk aku yang hanya hidup sendiri, tanpa seorang ibu yang belum pernah aku lihat secara langsung, dan tanpa seorang Ayah selama dua tahun ini.Apalagi pernikahanku yang seperti hanya mimpi," Dara menundukkan wajahnya, memejamkan mata yang mulai meneteskan air yang sempat iya bendung tadi. Isak tangisnya mulai terdengar, memecah keheningan senja sore itu.
Di bawah pohon rindang dengan sebuah kursi panjang menghadap ke arah senja yang hampir tenggelam, seorang wanita menepuk nepukkan tanganya ke pundak wanita yang satunya, berusaha menenangkan wanita yang menangis itu walaupun ia rasa hanya memberi sedikit saja keringanan akan beban yang dipikul wanita yang menangis itu.
"Bagaimana aku harus menghadapi perkataan orang-orang nanti.
"Tenanglah, semua pasti ada Hikmahnya," wanita bernama Laras itu mengelus punggung Dara berusaha menenangkannya. Dalam hati Laras mengutuk suami Dara yang telah menjadikan Dara seperti ini. Kadang Ia menyesal karena tidak bisa bertindak cepat menolong sahabatnya itu. Andai saja dia punya bukti, dia pasti sudah melaporkan kejahatan suami Dara kepada Polisi. Tapi setidaknya, Laras bisa tenang karena Dara sudah lepas dari pria bajingan itu.
Dara yang sudah mulai tenang, sudah bisa mengangkat wajahnya melihat ke qmdepan, walaupun terlihat mata Dara sudah mulai bengkak karena menangis.
"Kau tidak pantas menangisi pria jahanam itu Dara, biar Tuhan yang membalasnya kelak dengan balasan yang setimpal, Kau sudah mendapatkan surat cerainyakan, Rei juga sudah melepaskanmu, saatnya kau menata hidupmu kembali."
"Apa aku akan kuat mendengar perkataan orang-orang nanti, mereka hanya mengetahui aku sudah menikah dan tidak berpikir cerai, tapi bagaimana saat orang-orang tau nanti," Dara tertunduk kembali, tetapi dia menahan untuk tidak menangis.
"Jangan dengarkan mereka, tetaplah tegar menatap kedepan," Dara menatap Laras lalu memeluknya dengan begitu erat. Wajahnya sudah mulai menunjukkan senyum walaupun sangatlah tipis.
"Laras, kenapa kau harus pergi, lalu siapa nanti yang akan menemaniku, kau sahabatku yang selalu aku jadikan pelampiasan kesalku kan?" Dara mulai tersenyum lebar.
Laras melepaskan pelukan Dara," dasar menyebalkan, apa aku disampingmu hanya untuk pelampiasan saja, tubuhku sakit semua kalau sering berada di sampingmu," Laras memegang lengannya yang sering terkena pukul saat dekat dengan Dara.
"Ah kau ini," Dara melayangkan telapak tangannya dan memukul pelan lengan Laras.
"Baru saja aku bilang, kau sudah memukulku lagi,"
"Ah, itu cuma pelan, ada lagi yang lebih keras... "
Dara hendak melayangkan tangannya kembali, tapi Laras menjauhkan tubuhnya dari Dara.
Dara dan Laras tertawa bersama lalu menatap senja sore itu yang hampir terbenam.
"Tempat ini adalah tempat favorit kita, kalau kau kembali nanti, kuharap tempat ini masih ada, kita bisa bertemu kembali disini," ucap Dara tanpa melihat Laras.
"Ini adalah danau, dia tidak akan hilang Dara, kita saja yang selalu meninggalkan danau ini, danau ini sudah dibangun dengan sangat indah, ini tempat wisata favorit para muda mudi tahun ini"
"Iya kau benar."
"Laras ayo kita pulang, bukankah kau harus bersiap-siap untuk keberangkatanmu nanti malam."
"Ayo!"
Mereka berdua berdiri meninggalkan danau sambil bergandengan tangan. Hari itu adalah hari terakhir Dara dan Laras bersama, sebelum Laras pergi ke Paris mengikuti suaminya dan menetap disana. Laras adalah tetangga Dara sejak kecil. mereka sekolah bersama, besar bersama, kerja bersama sampai akhirnya Laras bertemu dengan pria Paris dan memutuskan menikah. Yang jelas pria Paris itu lebih baik daripada suami atau lebih tepatnya mantan suami Dara. Laras sudah menikah selama setahun, dan saat ini mereka akan tinggal di Paris karena suami Laras mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disana.
Saat malam tiba, tak henti-hentinya Dara dan Laras berpelukan sebelum melepas kepergian Laras. Ayah dan Ibu Laras juga ikut ke Paris, karena tidak mungkin Laras meninggalkan Ayah Ibunya karena tidak ada yang akan merawat mereka.
"Paman, Bibi, hati-hati di jalan, Dara akan selalu merindukan kalian, kalian sudah Dara anggap keluarga sendiri," Dara mengelus lengan Ibu Laras lalu memeluknya.
"Dara juga harus menjaga kesehatan, menjaga diri, kami disana nanti tidak akan pernah melupakanmu, jangan lupa selalu menghubungi Bibi ya," Dara mengangguk seraya melepaskan pelukannya, Dara mengucapkan salam juga kepada Ayah Laras lalu mencium tangannya.
" Jaga keluargaku dengan baik James, jangan lupa berkunjung kemari kalau ada waktu!"
James suami Laras mengiyakan permintaan Dara, lalu mereka menaiki mobil dan berlalu pergi menuju Bandara.
Dara hendak masuk ke dalam rumah, dia menoleh kembali ke kediaman keluarga Laras.
"Pasti akan sangat sepi sekali," Dara membuka pintu rumah, dan menutupnya kembali. Dia menuju ke dapur lalu mengambil dua helai roti yang ditengahnya dilapisi selai kacang kesukaannya. Dia mengunyah habis roti itu," Enak sekali ... seperti baru kali ini saja aku makan," Dara berdiri dan mengambil sebotol minum dari dalam kulkas, lalu meneguknya sampai habis. Dara hendak meletakkan botol kosong di tempat sampah, tetapi dia mengurungkan niatnya setelah dia seperti mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu. Setelah memastikan kembali pendengarannya tidak salah, Dara membuang botol kosong dalam sampah dan bergegas kedepan melihat siapa yang mengetuk pintu. Dara mengintip dari balik tirai jendela, dia takut kalau mantan suaminya yang datang.
"Tuan Kin," Dara tersentak, Dara segera membuka pintu.
"Tuan Kin, kenapa anda kemari, apa ada yang harus saya kerjakan?" Dara sangat terkejut akan kedatangan Bos nya yang bernama Kin Sanjaya.
Kin hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa.
"Tuan Kin, apa saya terlalu lama mengambil cuti?" Dara menunduk, tapi kemudian Dara tertawa kecil,bersamaan dengan tawanya, pria yang disapa Tuan Kin itu juga tersenyum.
"Duduklah Tuan Kin.. duduklah!" Kin duduk, Dara pun juga duduk di sebelahnya. Mereka duduk di teras rumah sambil menikmati udara malam.
"Aku ke sini karena ini.. " Kin memberikan sebuah kotak kecil terbungkus kertas kado.
"Aku minta maaf karena tidak datang ke pernikahanmu, ku harap kado ini bisa membuatmu memaafkanku,"
Dara menerima kado itu dengan menahan kesedihannya dengan senyum kecil di bibir mungilnya. Dia menatap Kin dengan mata yang berkaca-kaca.
Kin adalah teman Dara saat SMA dulu, tepatnya dia adalah kakak kelas Dara, mereka kenal dekat saat mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan sekolah . Walaupun Dara anak orang biasa, tapi Ayahnya bekerja keras hanya untuk menyekolahkan Dara kesekolah yang terbaik di kotanya, dan sampai ke perguruan tinggi yang sama dengan Kin. Selain itu juga, dengan nilai yang tinggi, Dara bisa dengan mudah masuk ke sekolah elit tersebut.
.
.
.
Jangan lupa like ya, ikuti terus ceritanya, seru lo, 🙏💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Fitri Gilang
baru nyimak
2021-06-16
0
𒈒⃟ʟʙᴄ ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ 𝐙⃝🦜
aku udah baca tapi karena agak lupa baca ulang lagi ahh sambil rehat 🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2021-02-12
1
Daffodil Koltim
aku mampir dng like,,,,
2020-12-26
0