Pagi yang sangat cerah, Dara keluar kamar dengan menggunakan handuk piama berwarna hijau, rambutnya masih terlihat terlilit handuk berwarna putih, Dara masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian yang rapi, dia sedikit memoles wajah cantiknya dengan make up yang tidak terlalu tebal, tapi terlihat elegan. Dara masih berada di depan cermin, merapikan pakaian serta hijab yang ia kenakan. Setelah semua terlihat rapi Dara membawa tas selempang yang sebelumnya ia siapkan dan mengenakan sepatu pantofel berwana hitam.
Dara membuka pintu rumah, dan hendak keluar,tapi betapa terkejutnya Dara mendapati Rei tidur di kursi yang berada di teras rumah Dara. Dara masuk kembali dengan jantung yang masih berdebar lebih cepat dari sebelumnya.
Mau apalagi Rei ke sini.
Setelah menata hati, Dara kembali keluar dan membangunkan Rei.
"Bangun Rei " Dara menggoyang pundak Rei, lelaki itu mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya.
"Dara, kau... "
"Pulanglah, kenapa kau ada disini" tanya Dara dengan nada kesal.
"Aku lapar Dara, apa kau punya sesuatu untuk di makan? " Rei membuka mata lebar menatap Dara.
"Ada, itu kerikil, kau boleh membawa pulang juga"
Rei tersenyum menanggapi kata-kata Dara
"Kau sungguh tega Dara"
"Rei tolonglah, aku mau berangkat bekerja, jangan ganggu aku! " Dara mengunci pintu dari luar.
Rei menatap Dara dengan begitu kesal, dia merasa mendekati Dara harus dengan cara yang kasar,Rei berdiri mendekati Dara, Rei memegang tangan Dara dengan kasar, Dara mencoba melepaskan tapi laki-laki itu terlalu kuat.
"Aku sudah lebih bersabar padamu Dara, tapi kau masih menolakku" teriak Rei dengan mata melotot. Dara begitu takut, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkan ketakutannya.
"Apa lagi yang kau mau, aku sudah tidak ingin bersamamu " teriak Dara.
PLAK
Tamparan keras mendarat di pipi kiri Dara, membuatnya tersungkur jatuh ke lantai.
" Jangan melawanku !"teriak Rei kembali.
" Dengar aku baik-baik, aku hanya butuh status Dara, aku suamimu dan kau istriku, kalau kau punya selingkuhan silahkan, aku tidak peduli" Rei berdiri dengan kedua tangan berada di pinggang.
" Kau sudah gila Rei " tangis Dara pecah seketika. Seketika Rei berjongkok menatap Dara yang masih tersungkur di lantai.
" Dengar Dara, kalau kau bersamaku lagi, kau tidak perlu kerja banting tulang seperti ini, kau hanya perlu di rumah menurutiku, ayo berdirilah! "
Rei hendak menarik tangan Dara agar Dara segera berdiri, tapi tangannya tertahan oleh tangan seseorang. Seketika Rei menoleh.
"Siapa kau, berani ikut campur urusanku? "
Dara yang melihat Kin memegang tangan Rei seketika berdiri dan berlari kebelakang bahu Kin. Kin menatap tajam Rei dengan penuh amarah.
"Berani sekali kau memukul wanita "
Rei berdiri dengan muka memerah penuh amarah, " lepaskan tanganku "
Kin melepaskan tangannya dan Rei tiba-tiba hendak memukul Kin, tapi Kenzo menahannya.
Kenzo memang bersama Kin saat itu, Kin akan mengantar Kenzo ke kampus, tapi karena pikiran Kin terus terarah kepada Dara, akhirnya Kin sengaja untuk pergi kerumah Dara. Saat sampai di rumah Dara, Kin melihat Rei menampar Dara, karena itu iya segera memarkir mobil dan menghampiri mereka.
" Kenzo, lepaskan tanganku, aku akan memukul pria ini " Kenzo hanya menatap Rei dan tidak melepas tangannya.
" Dia kakakku, dan aku melihat sendiri kau memukul wanita ini " raut wajah Rei terlihat terkejut mendengar pernyataan Kenzo kalau pria itu adalah kakaknya.
"Ini urusan suami istri, kenapa kalian ikut campur? " teriak Rei kembali.
"Aku bukan istrinya "Dara menjawab dengan cepat. Kin yang mendengar teriakan Dara begitu murka saat menatap Rei, wajahnya memerah, dia mendekati Rei dan mencengkram kerah baju Rei dengan kedua tangannya.
" Pergi dari sini atau nyawamu akan hilang di sini !" teriak Kin sambil mendorong tubuh Rei sampai iya terjatuh dengan keras di lantai.
Rei segera berdiri kembali dan menjauh dari mereka bertiga, " Urusan kita belum selesai, ingat itu!" Rei mengancam sebelum pergi meninggalkan mereka.
Setelah tubuh Rei menghilang dari pandangan mereka, Kin menatap Dara yang masih menangis dan menyuruhnya Dara untuk duduk.
" Kenzo, ambilkan air minum di dalam mobil" Kenzo mengiyakan dan segera mengambil air mineral yang berada di dalam mobil mereka lalu menyerahkan kepada Kin. Kin membuka tutup botol dan menyerahkan kepada Dara, "minumlah !" Dara segera meneguk air itu dan sedikit membuatnya lebih tenang.
" Terima kasih, Tuan Kin " Dara menyerahkan kembali botol air kepada Kin.
" Kenzo, bawalah mobil kakak, nanti kau bisa terlambat kalau tidak segera berangkat " Kin menyerahkan kunci mobil kepada Kenzo.
" Kakak, bagaimana? "
" Aku akan naik taksi nanti, pergilah! "
Kenzo mengangguk dan segera meninggalkan mereka dengan mobil menuju ke kampus.
" Pergilah ke kantor Kin, aku tidak apa-apa! "
" Aku akan ke kantor nanti, apa kau tidak memiliki kerabat di sini? "Dara menggelengkan kepala.
" Aku akan mengantarmu ke hotel, setelah pulang kerja nanti aku akan menjemputmu, di sana akan lebih aman daripada di sini sendiri Dara, hari ini tidak usah masuk kerja dulu! "
Dara mengikuti saran yang diberikan Kin, dia sendiri juga tidak mau kalau sampai Rei kembali menemuinya lagi.
Kin memesan taksi online. Setelah taksi itu sampai, Dara dan Kin masuk kedalam taksi. Taksi melaju ke sebuah hotel sesuai titik tuju yang diberikan Kin. Kin segera memesan salah satu kamar hotel untuk Dara.
"Ini nomor kamarmu, ke sana dan istirahatlah, aku harus pergi ke kantor, jangan keluar, pelayan hotel yang akan mengirim makanan untukmu! "
" Aku berhutang banyak kepadamu Kin, tanpa pertolongan darimu.... " Kin memotong pembicaraan Dara.
" Sudahlah Dara, jangan pikirkan itu, istirahatlah! " Dara mengangguk lalu menuju kamar yang telah dipesan Kin. Kin berlalu meninggalkan hotel dan pergi menuju kantor.
Dara merebahkan tubuhnya diatas kasur,mencoba untuk tidak bersedih kembali. Dia memegang pipi kirinya yang masih membekas gambar telapak tangan Rei. Dia bangkit dan mengambil salep yang sempat ia bawa sebelum menuju hotel tadi. Dara mengoleskan tipis salep itu pada pipinya yang merah, sesekali iya terlihat meringis menahan sakit.
Aku ingin segera benar-benar lepas dari Rei. Aku takut sekali kalau sendiri dirumah.
Dara merebahkan tubuhnya kembali dan berusaha untuk sejenak beristirahat.
Kin yang masih berada di dalam taksi hanya terdiam setelah mendapati rahasia yang di simpan Dara.
Suami Dara hanya menginginkan status. mungkinkah laki-laki itu hanya mempermainkan perasaan Dara saja. Dasar ********.
" Berani sekali kau " Kin tiba-tiba berteriak membuat sopir taksi yang sebelumnya fokus ke depan menjadi melirik ke arah Kin dengan takut.
" Maaf Tuan, apa ada yang salah dengan saya? " sopir taksi bertanya dengan nada takut.
Kin menyadari kalau emosi yang di pendam dalam pikirannya telah keluar begitu saja dari mulutnya. Dia jadi gelagapan sekaligus malu pada sopir taksi, tapi dia tetap menjaga image nya. Kin terbatuk pelan " maaf, lanjutkan mengemudimu dan berhati-hatilah! " Kin memandang kearah samping dengan telapak tangan mengusap mulut sampai dagu berusaha menyembunyikan rasa malu.
Sopir taksi yang sebelumnya takut, menjadi lebih lega dari sebelumnya.
Mungkin Tuan ini sedang putus cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
awesome 🍓🍓🍓
ijin promo sekalian thor 🍓
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",
kisah cinta beda agama,
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍓🍓🍓
2020-10-15
1
🌻Bundanya Z@in@🌻
Ya ampuun.. kasihan Dara, kasar banget si Rei..
2020-07-11
0
🔵pacarku 😜Peak_Fam😜
akhirnya kin dtng
2020-07-07
0