Teman Rasa Suami

Teman Rasa Suami

Chapter 1

Sukabumi Juni 2008 ....

Pandangan Nisa mengabur tehalang oleh air mata yang tertahan. Ia bersumpah apa yang ia lihat adalah Viko. Kekasihnya.

Perasaan sesak luar biasa membuat ia kesulitan bernapas. Apa yang ia lihat seperti meruntuhkan menara yang sudah ia bangun selama tiga tahun. Nisa bersumpah ia tidak akan pernah melupakan hari itu. Disaat semua orang tengah merayakan kelulusan SMA, Nisa malah melihat kejadian yang sangat menyakitkan.

Sepertinya Viko mulai merasakan kehadiran Nisa di sana. Viko menoleh dan mendapati Nisa sedang berdiri di depan pintu kelasnya. Viko langsung berdiri kaget, disusul oleh Gita.

"Nisa ...!" seru Viko dan Gita bersamaan. Demi Tuhan! saat itu Nisa merasa ingin mati. Viko kekasihnya dan Gita sahabatnya sedang berciuman di kelas yang sepi, disaat semua orang sedang mencorat-coret baju putih abu-abu di lapangan.

Saat itu Nisa tidak ada tenaga untuk menampar mereka atau sekadar marah-marah, rasa sakit ini seperti telah menyedot seluruh tenaganya.

Perlahan air mata Nisa mengalir ke pipi, lalu kakinya perlahan bergerak mundur meninggalkan kelas. Gadis berrambut panjang itu berusaha mengembalikan tenaganya sedikit demi sedikit agar setidaknya ia bisa berlari. Nisa melihat Viko mulai bergerak ke arahnya dengan wajah penuh sesal. Nisa merasakan tenaganya sedikit demi sedikit muncul hingga akhirnya ia bisa berlari.

Nisa berlari secepat yang ia bisa, agar Viko tidak bisa mendapatkannya. Nisa berlari tanpa arah, yang penting ia bisa menghindari Viko.

Kaki Nisa membawanya keluar gerbang sekolah, ke jalan raya, ia berlari sambil menangis membuat ia tidak bisa melihat sekitar dengan jelas. Sampai akhirnya dari arah yang berlawanan ada sebuah angkot yang melaju kencang menghantam tubuh Nisa hingga terpental beberapa meter.

Saat itu Nisa tidak tahu apa yang terjadi. Sebelum ia tidak sadarkan diri, ia sempat melihat Viko menangis meraung-raung sambil minta pertolongan.

Nisa berharap saat itu juga ia mati agar ia tidak terlalu lama merasakan rasa sakit yang sudah ditorehkan oleh kekasihnya dan sahabatnya.

Tapi sepertinya Tuhan mempunyai rencanaNya sendiri.

🌸🌸🌸

Jakarta 2019

Satu masalah besar yang sulit sekali dibenahi di Jakarta adalah kemacetan. Masalah ini membuat semua orang frustasi, ketika kita sedang dikejar waktu tapi waktu kita harus terbuang sia-sia di jalanan.

Nisa memandang keluar jendela mobil, melihat berbagai aktivitas yang terjadi di jalan. Ada polisi yang sibuk mengatur lalu lintas yang semrawut, ada pengamen, pedagang asongan dan pengemis yang mencoba mengais sedikit rejeki dari pengguna jalan. Ada pula orang-orang dengan wajah lelah yang tersembunyi di balik kaca mobil. Jakarta belum menunjukan perubahan yang berarti walaupun sudah beberapa kali berganti gubernur.

Sore ini sebelum pulang Nisa akan pergi ke salah satu pusat perbelanjaan untuk mengecek stok sepatu yang tersisa. Sebagai ketua tim marketing dari sebuah merk sepatu ternama, tentulah sangat merepotkan dan harus dituntut selalu kreatif agar penjualan terus meningkat setiap bulannya. Nisa adalah salah satu dari ribuan wanita karir di Jakarta yang sukses.

Setiap hari Nisa hanya tahu bekerja dan bekerja, sampai akhirnya ia dipercaya oleh perusahaan sepatu tersebut untuk menjadi ketua tim marketing Indonesia. Tidak main-main pendapatan Nisa dari pekerjaannya itu. Jika mencapai target penjualan ia akan mendapat gaji plus bonus-bonusnya yang akan membuatnya happy sepanjang tahun.

Setelah lulus kuliah Nisa memang langsung melamar kerja di perusahaan itu, sekarang ia sudah bekerja hampir delapan tahun dan dari hasil kerjanya itu ia telah memiliki apartemen dan kendaraan sendiri.

Sekarang gadis berkulit putih itu berusia dua puluh delapan jalan dua puluh sembilan, dan ia masih sendiri alias masih jomblo. Tidak terpikir sedikit pun untuk mempunyai pasangan apalagi menikah. Untung Nisa tinggal di kota besar seperti Jakarta ini, jadi status seseorang tidak terlalu diperhatikan. Yang mengejarnya sih banyak, tapi entah mengapa Nisa selalu dingin terhadap mereka. Di kantornya pun ia mempunyai julukannya sendiri yaitu The Queen ice.

Semua itu bukan tanpa sebab. Nisa berubah menjadi wanita sedingin es dikarenakan trauma masa SMA-nya yang dihianati oleh pacar sekaligus sahabatnya sendiri. Kejadian itu membuat dampak besar dalam hidupnya. Kalau boleh meminjam istilah dari novelnya Paulo Coelho kejadian itu adalah zahir dalam hidup Nisa. Zahir adalah kehilangan yang menimbulkan lubang besar dalam jiwa seseorang. Lalu mendorongnya untuk menjadi lebih baik. Ya, setelah kejadian itu Nisa mendorong dirinya sendiri untuk lebih baik untuk bisa ia tunjukan pada orang-orang yang sudah menyakitinya.

Setelah Nisa tertabrak mobil, Nisa sempat mengalami amnesia disosiatif beberapa bulan karena cedera di kepala, tapi setelah ia mengingat kembali semuanya, Nisa hidup seperti orang gila. Setiap hari ia selalu menangis dan berteriak-teriak. Akhirnya orang tuanya memutuskan mengirim Nisa ke Singapura untuk kuliah di sana. Dan keputusan itu ternyata adalah keputusan yang benar. Nisa tidak terlalu terpuruk lagi oleh kejadian itu.

Setelah bertahun-tahun berlalu, Nisa berhasil menata hatinya kembali walaupun itu sangat tidak mudah. Beruntung ia mempunyai sahabat bernama Seno yang selalu mendukung dan menghiburnya.

Seno sendiri adalah teman saat Nisa kuliah di Singapura, Seno saksi satu-satunya yang mengetahui bagaimana Nisa berjuang dari keterpurukannya.

🌸🌸🌸

Nisa memarkirkan Honda Brio merahnya di pelataran parkir mall besar di daerah Senayan. Dengan langkah besar-besar Nisa masuk ke bagian sepatu dan fashion lalu langsung bertemu dengan manager fashion dan sepatu mall itu.

"Halo Mas Riki," sapa Nisa dengan ramah.

"Eh, Nisa, mau ngecek, nih?" sahut Riki dengan akrab. Nisa memang sering berkunjung ke mall itu jadi ia sudah akrab dengan Riki dan beberapa SPG. Dan saat tahu Nisa masih single, Riki ternyata berusaha mendekati Nisa tapi ditanggapi dingin oleh gadis berparas cantik itu.

Sangat wajar banyak laki-laki yang menginginkan Nisa atau sekadar penasaran. Nisa mempunyai wajah manis khas perempuan sunda ditambah ia mandiri dan mapan.

"Mas, sekarang saya ingin ngecek yang di gudang," ujar Nisa sambil tersenyum manis dan mengeluarkan kertas laporan yang ia bawa dari kantor. Riki langsung membalas senyuman Nisa sambil mengangguk.

"Boleh-boleh, ayo ikut saya."

Setelah di gudang Nisa sibuk mencatat dan menceklis pada kertas yang ia bawa dari kantor. Nisa memberengut, mengangguk-ngangguk, memainkan pulpen, menggigit-gigit pulpen, jongkok, jinjit sampai ia harus memakai tangga untuk mencatat stok yang tidak terjangkau olehnya. Nisa sibuk sendiri tidak peduli dengan Riki yang tengah memerhatikannya dengan kagum di kejauhan. Nisa benar-benar type-nya.

Setelah setengah jam, Nisa selesai mengecek semua stok, lantas ia terkejut mendapati Riki masih berdiri di dekat pintu gudang.

"Mas Riki? Dari tadi masih di situ aja? Kirain udah pergi." Riki terhenyak gugup dan meluncurkan senyum kaku pada Nisa.

"Hehehe ... Nis, minggu ini ada acara?" tanya Riki sedikit kikuk. Nisa menghela napas panjang. Rasanya ia bosan ditanya seperti itu oleh Riki setiap Nisa berkunjung.

"Ada. Aku harus ke Medan. Ada urusan kerjaan," jawab Nisa enteng, tapi yang ia ucapkan itu bohong.

"Oh ... kamu sibuk banget ya, ternyata." Riki memberengut sedikit kecewa.

"Iya, aku selalu sibuk, Mas," kata Nisa lalu berusaha meluncurkan senyum.

"Ya udah aku pergi dulu ya." Nisa berjalan meninggalkan Riki yang berdiri di situ masih dengan wajah memberengut, tapi tak lama Nisa kembali menoleh.

"Oh, Mas, besok akan dikirim model baru yang diluncurkan bulan lalu dengan ukuran 38, sepertinya di sini model itu yang laku terjual. Dan sepertinya wanita Jakarta kebanyakan mempunyai ukuran kaki 38, ya?" sahut Nisa sambil tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya, tidak peduli dengan datarnya ekspresi manager fashion dan sepatu itu.

Pria itu lantas menatap sendu punggung Nisa yang semakin menjauh. 'Susah banget dapetin cewek satu itu,' batin Riki.

🌸🌸🌸

Nisa berjalan keluar dari lift apartemennya dengan kelelahan. Hari ini ia luar biasa sibuk. Walaupun setiap hari ia selalu sibuk tapi hari ini berbeda. Ia harus merekap laporan penjualan dari tiga kota sekaligus. Ia tidak mengerti kenapa staff marketing dari tiga kota itu cuti melahirkan secara bersamaan. Ini membuatnya benar-benar frustasi.

Mereka semua akan punya anak. Sedangkan Nisa sedikit pun tidak ada keinginan untuk menikah. Entahlah. Mungkin Tuhan belum membuka hatinya untuk melangkah ke arah sana. Tapi jika kelak ada seseorang yang bisa menyembuhkan luka yang sudah mengakar di hatinya, mungkin ia akan mempertimbangkan.

"Heh, kebiasaan, berjalan sambil nunduk," seru seseorang di depan Nisa.

Nisa mengangkat wajahnya dan melihat Seno berdiri sambil bersandar di depan pintu apartemennya. Seno adalah sahabat sekaligus tetangganya.

"Pizza?" Seno menawari Nisa sambil menunjuk pintu apartemen dengan ibu jarinya menyuruh Nisa masuk ke apartemennya.

"Thanks deh, gue capek banget nih, pengen langsung tidur."

"Ya ... gak asik dong kalau gue makannya sendirian aja. Gue udah beli dua karton tauk! Lo gak mau makan malam? kalo maag lo kambuh nanti siapa yang repot, gue kan?"

Nisa tergelak. Dan satu lagi, Seno adalah ibunya versi laki-laki. Seno cerewet abis, tapi cerewet juga demi kebaikan Nisa, sih. Seno berjalan mendekati Nisa lalu menggamit tangan Nisa ke apartemennya.

"Oke, gue makan!" kata Nisa dengan wajah memberengut.

"lu emang mother fierce gue. Gila lu!" seloroh Nisa yang dibalas dengan tawa renyah Seno sambil mengacak rambut panjang sahabatnya itu.

"Hei, nyokap lo kan jauh di Sukabumi. Di Jakarta sebagai gantinya kan gue. Hehehe." Seno membuka pintu apartemennya.

Hanya dengan Seno Nisa bisa menjadi dirinya sendiri. Bisa mengeluarkan unek-unek dengan nyaman plus melampiaskan kekesalannya pada seseorang ke Seno, dengan pasrah Seno cuma bisa diam ketika Nisa memarahinya gak jelas. Seno sudah tahu tabiat sahabatnya itu. Sedangkan Seno nyaman dengan Nisa karena gadis itu tempat curhat yang pas soal cewek-cewek. Nisa sendiri menganggap Seno selain mother fierce adalah playboy cap paus yang terdampar. Tubuhnya yang sedikit tambun tapi punya wajah yang cute berhasil membuat cewek-cewek jatuh hati padanya. Dan kebanyakan dari klan daun muda alias ABG-ABG. Nisa tahu Seno hanya dimanfaatkan saja oleh mereka.

Seno berasal dari keluarga berada, setelah lulus kuliah, dengan bantuan financial dari orang tuanya, Seno mendirikan perusahaan yang bergerak dibidang advertising. Isi kepala pria itu memang penuh dengan ide-ide kreatif. Jadi, perusahaan yang didirikannya sejauh ini sudah berkembang dan sudah banyak yang memakai jasanya untuk dibuatkan iklan. Sampai saat ini Seno sudah mempunyai kurang lebih enam puluh orang karyawan.

"Jadi apa yang bikin lo kayak zombie sekarang?" tanya Seno sambil mengunyah pizza. Nisa menghela napas panjang sambil meletakan pizza yang tinggal setengah ke karton.

"Kacau hidup gue sekarang, Sen. Masa bulan ini ada bawahan gue yang cuti melahirkan tiga orang sekaligus. Kebayang dong gimana kerjaan gue sekarang? Hadoh ... mana manager gue juga baru ganti. Yang ini maunya serba kilat aja. Apa gue resign aja kali ya?"

"Terus elo mau jadi gembel?" Nisa mendelik.

"Gila lo!"

"Lagian udah bagus bisa kerja malah mau keluar. Posisi lo itu adalah posisi yang direbutin oleh semua orang. Zaman sekarang susah cari kerja tau!"

"Kan gue punya sahabat seorang CEO. Boleh gak gue kerja di tempat lo?" Seno tersedak mendengar ucapan Nisa. "Kagak! Elo orangnya gak kreatif dan emosian. Yang ada nanti tambah ancur. Lagian kantor gue cuma nerima orang yang umurnya tidak lebih dari dua puluh lima tahun. Elo kan lebihnya banyak banget, Nis." Nisa langsung manyun.

"Ya Tuhan apes banget gue, punya sahabat satu-satunya tapi kejam banget omongannya."

"Hei gue ngomong gitu, itu dari hasil riset gue selama hampir sebelas tahun jadi temen lo," kata Seno lalu senyum-senyum.

"Gue tahu elo gak mau nerima karyawan yang umurnya lebih dari dua puluh lima tahun karena elo maniak ABG. Nanti kalau ada cewek cakep yang ngelamar di kantor lo pasti langsung lo pacarin, ya kan? Ngaku lo!"

"Ya gak mungkin lah. Gue kan bosnya, masa gue macarin anak buah sendiri. Gue harus berwibawa dong. Bener, gak?"

"Huh ... lagak lo udah kayak bos beneran aja. Udah ah, gue cabut dulu."

"Gue emang bos beneran monyong!" Nisa tertawa, paling enak kalau udah bikin Seno kesal. Nisa bangkit sambil membawa satu karton pizza yang masih utuh.

"Iya-iya deh lo bosnya."

"Hei mau dibawa kemana pizza gue?"

"Perut lo udah off side tuh. Yang ini buat gue sarapan besok. Diet dong lo. Katanya pengen sispek."

"Cerewet lo," ucap Seno sebal.

"Dah ... thanks, Sen," kata Nisa sambil mengangkat karton pizza lalu pergi dan menutup pintu apartemen Seno.

Setelah Nisa pergi, Seno tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Karena mahluk satu itu hidupnya tidak sepi.

🌸🌸🌸

Terpopuler

Comments

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

bru baca,siap2 marathon,,,,

2021-07-29

0

Jenong

Jenong

hai Thor, aku mulai baca dan like, kayak nasib aku Thor punya temen rasa suami, jadi pengen tau kayak aku apa gak😂😂😂

2021-01-12

0

Maz Lib Jokodiratmoyoweskadungloro Dadipapujaningporowanito

Maz Lib Jokodiratmoyoweskadungloro Dadipapujaningporowanito

nyimak dlu

2020-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!