Chapter 3

Pria itu memandang laptopnya dengan pandangan kosong, padahal ia harus segera menyelesaikan tulisannya yang harus dikirim ke editor besok pagi. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari, tapi dari tadi sore ia baru menyelesaikan setengah halaman saja. Kalau saja tadi waktu di resepsi pernikahan Brian tidak melihat wanita itu, mungkin sekarang dengan mudah ia sudah menyelesaikan tulisannya.

"Nisa, aku senang bisa melihatmu lagi. Ternyata kamu sekarang hidup dengan sangat baik. Aku lega sekali," ucapnya lirih. Setelah itu ia kembali berusaha menekuni pekerjaannya yang tanpa kenal waktu itu.

🌸🌸🌸

Pagi-pagi sekali Yuda mengendap-endap masuk ke ruangan Nisa sambil membawa secangkir kopi panas, ia berharap aksinya itu tidak ada yang melihat. Setelah berada di ruangan Nisa, Yuda meletakan cangkir kopi itu beserta secarik kertas dengan tulisan:

"Semangat dan tersenyumlah, karena kau sangat cantik kalau tersenyum."

Setelah meletakan itu, Yuda buru-buru keluar ruangan dan duduk di kursinya dengan tegang.

Selang beberapa menit Nisa pun datang, Yuda menarik napas dan membuangnya dari mulut dengan gugup. Ia berharap bosnya akan suka. Dari tempatnya duduk, ruangan Nisa jelas terlihat karena ruangan Nisa hanya sebuah ruangan dari kaca transparan.

Yuda melirik Nisa dengan tegang. Wanita cantik itu terlihat bingung tiba-tiba ada kopi dan tulisan di mejanya. Nisa mengangkat kertas itu lalu membacanya, lantas ia tersenyum. Pandangannya berkeliling ke luar ruangan.

"Siapa yang menaruh ini di sini?" Nisa bertanya-tanya sendiri.

"Siapa pun itu, thanks." Nisa duduk di kursinya lalu menyeruput sedikit demi sedikit kopi panas itu.

Yuda tersenyum senang melihat reaksi Nisa seperti itu. Pemuda itu memang sudah naksir Nisa dari pertama bertemu, ketika mereka kerja luar bersama kemarin, Yuda semakin mengagumi Nisa, dan rasanya Yuda mulai menyukai Nisa sebagai seorang perempuan bukan seorang bos. Ya walaupun umur mereka terpaut jauh, tapi di zaman sekarang hal itu sudah biasa bukan?

Satu saat nanti, ia akan memberanikan diri mengungkapkan perasaannya itu pada Nisa. Tidak peduli bagaimanapun hasilnya nanti yang penting ia bisa mengungkapkan perasaannya.

🌸🌸🌸

Sore hari waktunya kerja luar, Yuda menawarkan diri menemani Nisa kerja luar. Karyawan lain terlihat senang dan menghela napas lega ketika Yuda dengan cepat tunjuk tangan untuk menemani Nisa. Karyawan baru itu bisa diandalkan juga, pikir para karyawan lain. Padahal bagi Yuda kerja luar adalah saatnya untuk bisa lebih mengenali Nisa.

"Bolehkah aku yang nyetir mobil sekarang?" tanya Yuda saat di parkiran di samping mobil Nisa. Kening Nisa berkerut.

"Hm, maksudku, tidak pantas saja kalau Bos yang menyetir," ujar Yuda cepat sebelum Nisa berpikir yang tidak-tidak. Nisa mengangguk sambil tersenyum.

"Oke," ucap Nisa sambil melempar kunci mobil ke Yuda. Sekarang mereka sudah duduk di posisi masing-masing.

"Mau kemana sekarang?" tanya Yuda.

"Ke toko yang di mall Kelapa Gading," jawab Nisa. Yuda mengangguk semangat lalu tancap gas.

🌸🌸🌸

Seperti biasa sesudah bekerja keras mengecek seluruh barang di toko, Nisa dan Yuda makan di sebuah kafe. Melihat bagaimana Yuda bekerja, rasanya Nisa lebih nyaman bekerja dengan pemuda itu dibanding dengan yang lain. Yuda tidak pernah mengeluh, ia bekerja dengan tekun sehingga bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan tepat.

"Yuda, aku suka cara kamu kerja. Itu bagus. Aku yakin kalau kamu tetap seperti ini hingga masa percobaanmu selesai, perusahaan tidak akan mempertimbangkan lagi untuk menerimamu sebagai karyawan tetap," kata Nisa sambil menggulung-gulung spageti oleh garpu.

"Benarkah? Wah, aku senang kalau gitu, Bos," seru Yuda semringah.

"Iya asal kamu tetap mempertahankan kinerjamu seperti ini. Dan aku juga sebagai bosmu tidak akan tinggal diam, aku akan mempromosikanmu."

"Wah ... serius, Bos?" Yuda semakin lebar memperlihatkan deretan gigi-gigi putihnya. Nisa mengangguk sambil tersenyum. Otot-otot muka Yuda tidak bisa menyembunyikan lagi rasa senangnya sekarang.

"Serius," kata Nisa meyakinkan Yuda.

"Terima kasih, Bos. Aku bersyukur, disaat aku sedang menunggu wisuda aku sudah mempunyai titik terang buat masa depanku. Aku tahu di zaman sekarang susah banget dapet kerjaan bagus. Senior-seniorku malah sampe sekarang masih banyak yang nganggur, akhirnya mereka membuka usaha sendiri, atau ujung-ujungnya ngelamar jadi driver ojek online," tutur Yuda. Nisa ngangguk-ngangguk.

"Eh, ngomong-ngomong tidak masalah nih kalau kita keseringan makan berdua seperti ini? Tidak ada yang cemburu? Kamu punya pacar enggak?" tanya Nisa. Yuda yang baru saja memasukan makanannya ke mulut langsung tersedak mendengar pertanyaan Nisa barusan. Dengan cepat Yuda meraih minumannya dan meminumnya hingga hampir habis. Pertanyaan bosnya membuatnya sangat kaget.

"Maaf-maaf pertanyaanku bikin kamu kaget ya? Ya ampun ... kamu sampe tersedak begitu," sahut Nisa cemas sekaligus bersalah. Yuda mengelap mulutnya dengan tissue lalu tertawa kecil.

"Tidak apa-apa, Bos. Hm, aku jomblo kok, tenang aja, jadi enggak akan ada yang cemburu," kata Yuda.

"Yang disuka sih ada, tapi entahlah, rasanya malu aja buat ngakuinnya," sambungnya polos.

"Kenapa harus malu. Kamu kan cowok, jadi cowok harus berani dong. Atau sebenarnya kamu takut ditolak, ya?" kata Nisa sambil melahap spagetinya. Yuda tertawa sambil menunduk.

'Gak tahu apa gue suka sama lo,' batin Yuda.

"Nanti ada saatnya aku mengungkapkan perasaanku, jadi tunggu saja," ujar Yuda. Nisa berhenti mengunyah makanannya mendegar ucapan Yuda. Maksudnya apa tunggu saja? Apakah anak ini mau laporan kalau sudah nembak cewek yang dia suka? pikir Nisa.

Nisa cuma ngangguk-ngangguk tidak mengerti, lalu ia segera membuang pikiran-pikiran janggalnya itu. Dengan santai Nisa kembali melahap makanannya. Sedangkan Yuda malah membeku di kursinya. Tadinya ia ingin menanyakan hal yang sama pada Nisa, tapi ia pikir itu terkesan lancang kalau bawahan menanyakan masalah pribadi bosnya. Lagian Yuda baru kenal Nisa dua hari.

🌸🌸🌸

Tidak terasa Yuda sudah bekerja satu bulan di Vreeset Shoos, dan itu membuatnya semakin dekat dengan Nisa. Awalnya karyawan di kantornya tidak ada yang curiga dengan kedekatan Nisa dan Yuda, tapi lama-lama mereka mencium ada yang aneh antara bawahan dan atasan itu. Melihat bagaimana perhatiannya Yuda pada Nisa, melihat bagaimana Yuda selalu ingin menemani Nisa kerja luar, dan melihat bagaimana kesigapan Yuda kalau berurusan dengan bosnya itu. Padahal Nisa menganggap semua itu biasa saja. Tidak ada yang spesial. Perhatian Yuda yang lebih pada dirinya ia anggap sebagai apresiasi bawahan pada atasan yang berusaha mengambil hati seorang bos agar karirnya kedepan mulus.

Namun, kejadian sore itu sedikit membuat Nisa merasa apa yang orang-orang di kantor bilang benar. Perhatian Yuda padanya memang sudah sangat berlebihan.

Sore itu hujan masih saja mengguyur seluruh kota, Nisa dan Yuda baru saja selesai kerja luar ke salah satu toko. Karena Nisa lupa membawa payung akhirnya langkah mereka tertahan di lobi.

"Kayaknya bakal lama redanya Bos. Gimana nih? Kita harus cepat-cepat kembali ke kantor," sahut Yuda. Nisa melirik jam tangannya. Benar, mereka harus segera kembali, kalau tidak pekerjaannya akan tersendat. Lagi pula sudah hampir satu jam mereka menunggu hujan reda tapi tidak ada tanda-tanda untuk berhenti.

"Oke, kita lari ke mobil," kata Nisa. Saat Nisa mengambil ancang-ancang hendak berlari, Yuda menahannya, lalu ia membuka jaketnya dan memakaikannya pada Nisa. Ia menatap Yuda yang sedang memakaikan jaketnya. Selama mengenal Yuda, baru kali ini ia memandang wajah anak itu dari jarak yang sangat dekat. Benar apa yang Lena bilang, Yuda anak yang tampan. Nisa jadi gugup dan merasa aneh. Perlakuan Yuda padanya seperti memperlakukan seorang kekasih. Apalagi saat Nisa melihat beberapa orang di lobi mall itu menatapnya dengan iri. Pasti mereka mengira Ia dan Yuda pasangan kekasih. Astaga, ini sudah tidak benar!

"Sudah, ayo kita lari," sahut Yuda sambil menggenggam telapak tangan Nisa. Dan anehnya Nisa tidak punya kekuatan untuk menolak saat tangannya digenggam erat oleh pemuda itu. Yuda tidak membiarkan Nisa basah kuyup dengan memberikan jaketnya dan merelakan dirinya sendiri yang basah kuyup. Bukankah ini sudah sangat berlebihan?

Sepanjang perjalanan ke kantor di dalam mobil, Nisa diam seribu bahasa. Nisa mengingat-ingat lagi apa saja yang sudah Yuda lakukan untuknya sebulan ini.

Yuda membelikan minyak urut untuk Nisa saat Nisa mengeluh kakinya yang pegal karena harus selalu memakai sepatu hak tinggi sepanjang hari, setelah itu Yuda memberinya sandal jepit untuk dipakainya pulang.

Kemudian hampir setiap hari Yuda mengantarnya kerja luar dan membereskan pekerjaan hingga beban pekerjaan Nisa banyak berkurang. Memberi Nisa kopi atau makanan setiap pagi, dan selalu sigap memenuhi apa yang diperintahkan Nisa kepadanya.

Semua yang Yuda lakukan untuknya membuat orang-orang di kantor curiga pada mereka.

"Sekarang mainan lo sama berondong ternyata, gila ya, emangnya elo udah expired buat cowok-cowok yang seumuran apa? Kasihan."

Nisa tiba-tiba teringat bagaimana pedasnya omongan Nadya, musuh bebuyutannya di kantor. Nisa menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak. Ini harus segera dihentikan. Ia harus bisa menjaga jarak dengan Yuda. Tapi kalau ia menjaga jarak, anak ini kerjanya bagus dan sangat bisa diandalkan dibanding dengan karyawan yang lain. Nanti Nisa bisa repot lagi.

"Kenapa, Bos?" tanya Yuda yang sedang menyetir. Nisa tersenyum hambar.

"Tidak. Tidak apa-apa. Yuda, sepertinya saya mau langsung pulang aja, kamu selesaikan pekerjaannya, ya?"

"Kenapa, Bos? apa Bos gak enak badan gara-gara hujan-hujanan tadi?" tanya Yuda cemas. Nisa mengerjap, lalu dengan kaku ia mengangguk. Padahal ia bukan tidak enak badan tapi ia sedang tidak enak dengan perasaannya sendiri karena perlakuan Yuda itu.

"Baiklah bos, aku akan menyelesaikan pekerjaan ini, nanti Mbak Lena akan membantu. Sekarang ayo aku antar pulang, biar aku ke kantor naik taksi aja," sahut Yuda, ia langsung memutar balik kemudi ke apartemen Nisa. Yuda memang sudah beberapa kali mengantar Nisa pulang. Mata Nisa mendelik, anak ini memang selalu sigap dalam hal apapun. Nisa belum mengatakan apa-apa tapi Yuda sudah mengambil inisiatif sendiri.

Apakah benar dengan kecurigaannya ini?

Selang beberapa menit mereka sampai di depan apartemen Nisa. Yuda menatap bosnya lalu tersenyum. "Udah sampai bos," katanya. Nisa menatap Yuda dengan sedikit gugup. setelah menyadari semua ini, Nisa jadi agak kikuk sama Yuda. Tapi anehnya dalam hati kecil Nisa, ia senang ada yang memperlakukannya seperti itu. Yuda benar-benar anak yang manis.

"Oh iya. Kamu mau turun di sini?"

"Iya Bos, Bos bisa nyetir sendiri kan ke parkiran?" Nisa mengangguk.

"Baiklah, aku pergi dulu ya, jangan lupa mandi air hangat lalu makan malam biar enggak sakit," ucap Yuda lalu keluar dari mobil. Sebelum ia melangkah pergi, Yuda melemparkan senyumannya dan itu membuat hati Nisa menghangat.

Setelah Yuda benar-benar pergi, Nisa menjatuhkan kepalanya ke dasbor mobil.

"Astaga kenapa harus anak itu yang memperlakukan aku semanis ini? Kenapa harus oleh Yuda hatiku bergetar seperti ini? Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh menyukai anak itu, dia terlalu muda untukku. Bahkan umurnya seumuran sama Angga, adik bungsuku."

Nisa melihat dari kaca spion, Yuda mencegat taksi lalu pergi ke kantor.

🌸🌸🌸

"Heh jangan berpikir berlebihan hanya karena sebuah jaket! Kelamaan jomblo sih, begini jadinya," oceh Seno setelah Nisa curhat panjang lebar tentang Yuda. Nisa manyun sambil memikirkan ucapan Seno itu.

"Tapi, kenapa jantung gue jadi berdebar setelah menyadari ini, ya?"

"Ya ampun, lo jangan dulu berpikir lo sedang fall in love. Di saat detak jantung lo tidak beraturan, siapa tahu lo sedang terkena arrhythmia atau diabetes," tutur Seno asal. Mata Nisa langsung mendelik. "Seno, gue masih muda tidak mungkin gue terkena serangan jantung atau diabetes," semprot Nisa sewot. Dasar Seno, bukannya kasih masukan baik, malah menuduh Nisa arrhythmia dan diabetes

"Jadi lo berpikir lo jatuh cinta sama bocah itu?"

Nisa tidak bisa menjawab, ia menjatuhkan kepalanya ke sandaran sofa lalu mengurut keningnya pelan. Ia sendiri masih tidak yakin, karena ia sudah lupa rasanya jatuh cinta itu seperti apa, karena itu sudah sangat lama. Parasaannya pada Yuda apakah bisa dikategorikan perasaan cinta? Atau cuma kagum?

Seno memegang kening Nisa. "Otak lo panas dan otak lo error kalau lo beneran cinta sama anak itu." Nisa langsung menghempaskan tangan seno dari keningnya. "Apaan sih lo!"

"Nis, lo tahu kan umur si Angga aja dua puluh tiga tahun, terus si Yuda dua puluh dua tahun. Sama adik bungsu lo aja masih tuaan adik lo. Elo mau adik-adik lo ngeledekin lo abis-abisan? Gak mau, kan? Masa kakak gue jalan sama berondong. Gua aja yang jadi sahabat lo malu tau. Dan apa lo juga enggak malu sama orang-orang di kantor? Lo yang notabennya sebagai bos marketing jalan sama anak yang baru lulus kuliah, gue yakin nanti lo jadi sasaran empuk si Nadya, musuh lo itu."

Nisa menutupi mukanya dengan bantal, bener juga apa kata Seno. Baru deket aja, orang-orang kantor udah heboh abis, apalagi kalau Nisa dan Yuda pacaran.

"Tau ah gue pusing, nih. Lo pulang sono!" Nisa mengusir Seno sambil memukulnya dengan bantal.

"Astaga, lihatlah kelakuan lo itu! lo nyegat gue, narik-narik gue ke sini, terus lo ngusir gue sekarang. Ya Ampun! Hei asal lo tau cuma gue yang sabar ngadepin cewek kayak lo ini."

"Emang gue cewek kayak apa?" tanya Nisa dengan muka polos.

"Ngaca sono!" sahut Seno lalu pergi sambil senyum-senyum cuek.

"Seno ... kasih tau gue, gue cewek kayak apa?" teriak Nisa.

"Daaahhh ...," seru Seno sebelum menghilang di balik pintu.

"Dasar cowok gila!" seloroh Nisa, tapi bibirnya menyunggingkan senyum.

"Thank Sen, udah ngebantu gue memecahkan persoalan ini."

🌸🌸🌸

Terpopuler

Comments

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

bhahaha tar bucin lo berdua

2020-12-06

0

Bydayatul Hidayah

Bydayatul Hidayah

udah baca di FB sampai bab berapa lupa.... next disini baca dari awal 😊😊😊 please.... jangan pindah ke lapak sebelah donk mak

2020-11-13

0

Nayla Ramadhani

Nayla Ramadhani

makin kesini makin asyik

2020-10-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!