Di dalam restoran, seorang pelayan langsung berjalan kearah Reinar dan Helena begitu mereka berdua berada di dalam restoran. Pelayan itu mengatakan jika lantai satu dan dua telah penuh, dan hanya menyisakan beberapa meja kosong di lantai tiga.
Lantai satu bisa di masuki tanpa membayar. Untuk lantai dua, siapapun yang ingin menempati lantai dua harus membayar harga satu meja sebesar 50 koin emas. Untuk lantai tiga, sama halnya dengan lantai dua, tapi pelanggan harus membayar 100 koin emas.
Dengan harga sewa semahal itu, hanya kaum bangsawan yang biasanya menyewa meja di lantai tiga. Hidangan di tiap lantai juga berbeda, dan tentunya makanan terenak hanya ada di lantai tertinggi.
“Antarkan kami ke lantai tiga.” kata langsung Reinar yang tak ingin membuang banyak waktu.
“Tuan, anda harus membayar 100 koin emas untuk bisa memasuki lantai 3.” kata si pelayan.
“Itu tidak masalah.” dengan sikat tak peduli Reinar memberi pelayan itu dua koin platinum yang setara dengan 200 koin emas.
“Tu tuan ini?.”
“Ambillah sisanya untukmu.” Reinar menatap kearah tangga.
Pelayan yang tau maksud Reinar, dengan buru-buru dia mengantar Reinar menuju lantai tiga. “Di Kekaisaran ini hanya keluarga Kaisar yang memiliki koin platinum, tapi aku yakin tuan muda ini bukan berasal dari Kekaisaran ini, atau mungkin pemuda ini merupakan bagian dari Kekaisaran lainnya.” kata si pelayan dalam hati.
“Silahkan tuan.” si pelayan mempersilahkan Reinar duduk di tempat terbaik yang ada di lantai tiga.
“Keluarkan makanan dan minuman terbaik kalian, dan masing-masing keluarkan tiga porsi makanan dan minuman.”
“Baik, pesanan tuan muda akan segera saya siapkan.”
Reinar memesan tiga porsi, tentu yang satu porsi akan dia berikan pada Zein yang ada di bayangannya. Zein tak perlu keluar untuk makan, karena dia bisa menyerap makanan dari kejauhan.
Melihat pelayan pergi, Reinar melirik Helena. “Tajamkan pendengaran mu, dan coba tangkap informasi yang bisa kamu dengar.” kata Reinar, dan perkataannya juga berlaku pada Zein.
Tak lama makanan dan minuman yang Reinar pesan datang. Pelayan yang sejak awal melayani mereka, meletakkan makanan dan minuman di atas meja. Setelah selesai si pelayan bergegas pergi.
Saat memulai makan, samar-samar Reinar mendengar percakapan orang-orang yang ada di sekitarnya.
“Satu minggu lagi tim ekspedisi akan di berangkatkan menuju kota kecil yang ada di barat kota ini. Setidaknya lebih dari 2000 orang yang tergabung dengan ekspedisi yang di pimpin langsung oleh Duke Arlan.” kata pria berjubah putih yang duduk berjarak satu meja dengan Reinar.
Selain pria berjubah putih, ada dua pria lainnya di tempat itu. Satu pria berpakaian abu-abu, dan satu lagi seorang wanita dengan jubah berwarna biru.
“Bukannya di bagian barat cuma ada hutan dan beberapa desa tak terawat. Sejak kapan di sana berdiri sebuah kota, biarpun hanya kota kecil?.” tanya si wanita berjubah biru.
“Sebulan yang lalu seorang petualang melihat kota itu. Biarpun luasnya hanya setara luas sebuah kota kecil, bangunan di kota itu begitu megah layaknya bangunan kota besar. Namun kota itu terlihat sangat hening dan sepi, seolah tanpa penghuni.” kata si pria berjubah putih, menjawab pertanyaan si wanita.
“Jangan-jangan itu kota kosong, dan menyimpan banyak harta.” si wanita terdengar antusias dengan apa yang baru dia dengar.
“Itu juga yang ada di pikiran Duke Arlan. Dia dan anggota ekspedisinya akan menguasai kota itu apapun yang terjadi. Duke Arlan yakin jika kota itu kosong, biarpun ada penghuninya, pastinya jumlahnya sangat sedikit.” kembali terdengar suara dari mulut pria berjubah putih.
“Duke Arlan benar-benar serakah. Bukannya tindakannya sama dengan merampok, dan lagi wilayah barat bukan bagian dari Kekaisaran Gloria. Biarpun wilayah tanpa penguasa, tak semestinya seorang Duke yang mulia merampok wilayah itu. Sungguh sikap yang memalukan.” si pria berpakaian abu-abu merasa jijik dengan Duke yang memimpin kota tempat tinggalnya.
“Selain memperbudak ras lain, dia juga sering melakukan tindakan yang semena-mena. Sungguh tak ada yang bisa di contoh dari sikapnya.” si pria berjubah putih mengakhiri obrolan mereka, dan mereka bertiga secara bersamaan meninggalkan lantai tiga.
Sebelum pergi, si wanita sempat melihat wajah Reinar. “Di dia?. Apa mungkin itu dia?.” wanita itu memalingkan wajah saat Reinar menoleh kearahnya.
“Seperti ada yang baru memperhatikan ke arahku.” gumam lirih Reinar sesaat setelah kepergian tiga orang yang telah memberinya begitu banyak informasi secara gratis.
“Sistem, apa kamu tau tempat penjualan budak di kota ini?.”
[Budak di perjual belikan secara bebas di pasar budak. Aku sarankan tuan membeli semua budak di kota ini. Dengan seluruh budak yang tuan beli, itu akan semakin meningkatkan kekuatan kota Babylon.]
“Itu ide yang bagus. Aku akan membeli mereka semua.” Reinar dengan cepat menyelesaikan makanannya.
Helena dan Zein sudah menyelesaikan makanan mereka lebih dulu. Karena sibuk dengan sistem, Reinar jadi lambat saat menghabiskan makanannya.
Setelah selesai makan, Reinar mengajak Helena pergi meninggalkan restoran, dan melanjutkan perjalanan mereka.
Reinar melihat pelayan yang tadi melayaninya saat dia berada di lantai satu.
“Nona pelayan, apa anda tahu letak pasar budak?." tanya Reinar.
“Tentu saya tahu tuan. Pasar budak ada di arah utara dari tempat ini. Tuan tinggal berjalan lurus, dan tuan akan menemukan pasar budak di sana.”
“Terimakasih.” kata Reinar sambil memberikan satu koin platinum pada si pelayan, yang segera di sambut sikap penuh hormat dari si pelayan.
Begitu mengetahui lokasi pasar budak, Reinar segera mengajak Helena pergi ke pasar itu.
Sampai di sebuah tempat dengan nama pasar budak. Reinar dan Helena di sambut seorang pria yang merupakan pemandu di pasar budak. Pria itupun segera menanyakan tujuan Reinar.
“Aku ingin membeli seluruh budak di tempat ini.” kata Reinar langsung ke inti tujuannya mendatangi pasar budak.
Sontak pria pemandu menatap Reinar dengan raut wajah tak percayanya. Bagaimanapun pasar budak memiliki ribuan budak dan ratusan budak terbaik yang jika di total, setidaknya butuh lebih dari satu juta koin emas untuk membeli seluruh budak di pasar budak.
“Tuan muda, apa anda bersungguh-sungguh ingin membeli seluruh budak di tempat ini?.”
“Sebutkan saja berapa yang harus aku bayar, makan aku akan membayarnya.”
“Tuan muda, saya akan menghitung biayanya. Selagi saya menghitung, tuan muda bisa menunggu di tempat ini.” si pria pemandu mempersilahkan Reinar menunggu di ruang tunggu.
“Kalau aku boleh tau, siapa pemilik tempat ini?.” tanya Reinar sebelum pria pemandu pergi untuk menjumlah seluruh biaya pembelian budak yang dia miliki.
“Duke Arlan adalah pemilik tempat ini. Jika tuan muda ingin bertemu tuan Duke, tuan muda bisa lebih dulu membuat janji, nanti akan saya sampaikan pada tuan Duke.”
“Itu tidak perlu. Aku hanya sekedar ingin tahu.”
Pria pemandu kemudian pergi meninggalkan Reinar dan Helena. Reinar yang di tinggal hanya dengan Helena di tempat yang begitu sepi, dia merasa sedikit canggung, apa lagi dia merasa jika Zein tengah tertidur.
Helena yang sesekali melihat Reinar menatapnya, dia hanya membalas perlakuan Reinar dengan senyuman tulus. Biar dikatakan bawahan, tapi dia tidak merasa sebagai bawahan. Helena juga merasakan sesuatu yang begitu akrab saat bersama Reinar.
Si pria pemandu kembali dengan membawa sebuah kertas berisi angka yang harus di bayar Reinar dengan koin emas. Total Reinar harus membayar satu juta tujuh ratus ribu koin emas untuk lima ribu budak biasa, dan 500 budak terbaik.
Reinar memberikan 17 batang platinum pada si pria pemandu. Dengan mata berbinar, pria itu menerima bemberian Reinar.
“Tuan, kemana anda ingin kami antar para budak yang tuan beli?.”
“Siapkan saja kereta, dan kusir. Kemana kami pergi, setidaknya tempat itu tak begitu jauh dari kota ini.”
“Setidaknya butuh satu harian untuk menyiapkan kereta kuda untuk mengangkut mereka semua.”
“Itu tidak masalah. Besok aku akan kembali dan membawa mereka. Jika ada biaya tambahan untuk biaya kereta kuda, katakan saja jangan sungkan.”
“Baik tuan muda. Besok sebelum matahari tenggelam semua sudah siap.”
Reinar mengangguk dan pergi meninggalkan pasar budak. “Mata itu begitu licik dan pandangannya tertuju pada Helena. Sepertinya dia tahu identitas Helena.” kata Reinar dalam hati.
“Tuan pasti suka jika aku mendapatkan seorang wanita dari ras peri. Malam ini aku akan membunuh tuan muda bodoh itu dan membawa wanitanya.” senyum sinis si pria pemandu saat melihat Reinar dan Helena menghilang dari pandangannya.
Diam-diam pria itu menyuruh seorang assasin membuntuti Reinar. Tapi tanpa di ketahui si assasin, keberadaannya telah di ketahui Zein. Tentu Reinar dan Helena juga mengetahui keberadaan seekor lalat yang mengikuti mereka.
“Mau menyelakai tuanku. Dalam mimpi pun kamu tak akan mampu.” kata Helena dalam hati.
----------
Malam harinya Reinar dan Helen tidak menginap di sebuah penginapan. Mereka justru memilih duduk santai di kursi taman yang jauh dari keramaian.
“Tempat yang sempurna untuk melepaskan otot, dan tak akan ada orang lain yang di rugikan.” kata Reinar yang di angguki Helena.
Dalam gelap malam, di langit ada Zein yang terbang mengamati sekitar. “Para tikus dan lalat sudah datang. Saatnya memberikan mereka kejutan istimewa.”
----------
*Tbc*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
SweetiePancake
Salut ama pelayannya, ga ada niat buat godain mc
2024-06-17
1
penikmat Gratisan
*sikap
2024-06-10
0
Nindahh
Semoga kalau soal jodoh nanti nanti aja.
2023-12-26
1