Reinar berdiri di atas dahan sebuah pohon, setelah beberapa waktu lalu memanjatnya. Dengan sorot mata tajam, mata Reinar menatap makhluk berwarna hijau setinggi satu setengah meter yang berada tak begitu jauh dari tempatnya. “Kalau tidak salah makhluk itu goblin, dan dia bukan binatang buas melainkan monster.” gumam Rein tanpa mengalihkan arah pandangannya.
Goblin yang di amati Reinar tidaklah sendiri, melainkan ada lima goblin. Goblin selalu berkelompok, jadi wajar melihat jumlah mereka yang lebih dari satu.
“Mereka berkelompok, tapi mereka tidak cerdas. Akan sangat mudah membunuh mereka satu persatu.”
Goblin di kenal sebagai monster terlemah dan terbod**. Mereka hanya unggul jumlah, tapi mengalahkan goblin seperti mereka sangatlah mudah. Di dalam game, seorang pemain level satu bisa membunuh lima goblin dengan mengandalkan kecerdasan.
“Mereka hanya goblin biasa, beda halnya dengan goblin soldier. Bertemu mereka dengan levelku saat ini, itu mimpi buruk.”
Reinar menarik keluar pedang yang sejak awal sudah terikat di pinggangnya. Selain pedang, ada juga belati kecil yang ada di pinggangnya. Melihat salah satu goblin menjauh dari kawanannya, Reinar turun dari pohon dan berjalan mengendap-endap kearah goblin yang dia incar. “Kena kau!.” dengan satu ayunan pedang kuat, Reinar berhasil memenggal kepala goblin tanpa membuat banyak suara.
Selesai membunuh goblin, muncul tabel notifikasi di depan Reinar. [exp +5 > level up + 1.000 coint] nex level [0 / 7] [+5 point]
“Satu goblin bisa membuatku naik satu level. Dengan sisa empat goblin seharusnya bisa menaikkan levelku sampai level 3.” Reinar tersenyum sesaat, dan kembali dia melanjutkan membunuh empat goblin yang tersisa.
10 menit berlalu akhirnya Rein berhasil membunuh kelima goblin, dan kini levelnya telah mencapai level 3 tapi itu masihlah terlalu lemah. Ingin mengetahui perkembangannya, Reinar kembali melihat tabel status miliknya.
[Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 3 ] nex level [4/11]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [Api] [Es] [Petir] [ ? ]
[Strength] : [ 3 ]
[Agility] : [ 5 ]
[Vitality] : [ 4 / 4 ]
[Stamina] : [ 5 / 5 ]
[Luck] : [ 10 ]
[Mana] : [ 50 / 50 ]
[Point] : [ 15 ]
[Skill] : [ Appraisal ]
[Coint] : [4.000]
“Aku memiliki 15 poin. Sepertinya poin-poin ini bisa di alokasikan untuk meningkatkan kekuatanku. Untuk mana, poin mana akan meningkat bersama dengan kenaikan level yang aku miliki.” gumam Rainer yang kemudian dia membagi rata seluruh poinnya ke lima kekuatan yang perlu dia tingkatkan. “Dengan begini aku sedikit lebih kuat.”
Baru ingin menutup tabel statusnya, Rainer melihat sesuatu yang membuatnya tersenyum lebar. “Siksaan yang aku alami telah menambah keberuntungan ku. Rasa panas, sengatan listrik, dan rasa dingin yang menusuk tulang, membuat aku memiliki tiga elemen lainnya. Apapun nama buah yang saat iku ku makan, buah itu benar-benar ajaib.”
Selesai melihat tabel status dan melihat tiga elemen barunya, Reinar kembali berburu. Tanpa skill, Reinar hanya mengandalkan pedang dan teknik beladiri yang dia kuasai. Sesekali dia mengkombinasikan semua kebolehannya, dan itu sangat berguna saat berburu.
Sehari semalam sudah berlalu, dan genap satu hari Reinar berburu tanpa henti. Kekuatan Reinar meningkat dengan pesat. Membunuh sepuluh goblin bahkan tidak lagi mampu menaikkan levelnya.
“Sring, Crash....” kepala goblin terpisah dari tubuhnya, dan setelah itu muncul tabel transparan di depan Reinar.
[exp +5 > level up +2.000 coint] nex level [0 / 58] [+5 poin]
“Semakin tinggi levelku, semakin banyak pula exp yang aku butuhkan utuk menaikkan level, tapi semua itu berbanding lurus dengan kekuatanku yang terus meningkat.” gumam Reinar. “Coint yang aku dapatkan juga semakin banyak, tapi aku belum tahu kegunaannya. Lebih baik sekarang aku menggunakan point yang aku dapat untuk meningkatkan kekuatanku. Setelah meningkatkan level dari level 3 ke level 20, aku sama sekali belum menggunakan poinku. Setidaknya aku punya 85 poin, dan akan aku bagi rata semuanya.”
Reinar kembali membuka tabel statusnya, dan setelah level 20, ada yang baru dalam tabel status Reinar.
Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 20 ] nex level [0/58]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [Api] [Es] [Petir] [ ? ]
[Strength] : [ 23 ]
[Agility] : [ 25 ]
[Vitality] : [ 24 / 24 ]
[Stamina] : [ 25 / 25 ]
[Luck] : [ 30 ]
[Mana] : [ 220 / 220 ]
[Point] : [ 0 ]
[Skill] : [ Appraisal ]
[Coint] : [31.000]
[Shop]
Ada panel shop di tabel statusnya, dan panel itu bisa di tekan. “Mungkin coint berguna untuk membeli barang-barang di shop. Semoga ada skill dan senjata yang bisa aku beli. Pedangku mulai retak, dan aku benar-benar butuh skill.”
Reinar menekan panel shop, dan seketika muncul panel lainnya yang menunjukkan apa saja yang di jual di shop. Senjata, armor, dan skill. Tiga kebutuhan Reinar ternyata tersedia di shop. Selain tiga hal itu ada juga panel makanan, minuman, dan obat.
Membuka satu persatu panel, Reinar akhirnya membeli tiga hal yang dia butuhkan. Sebuah pedang, black sword, sebuah light armor, dan dua buah buku skill di beli Reinar menggunakan setengah coint yang dia miliki.
Black sword, sebuah pedang tingkat normal level 3. Light armor, armor ringan level 3. Skill Fireballs dan skill Healing, dua buku skill tingkat rendah yang dibeli Reinar. Sebelum meninggalkan hutan, Rein ingin lebih dulu mempelajari dua buku skill yang dia beli.
“Hari masih siang. Daripada menghamburkan coint untuk membeli makanan, lebih baik aku berburu makanan di hutan.” Reinar kembali berjalan menyusuri hutan. Dengan perlengkapan yang dia kenakan, sekarang dia lebih percaya diri menghadapi lawan yang lebih kuat dari goblin.
Sambil berjalan, Reinar membuka buku skill Fireballs. Saat buku itu terbuka, semua tulisan di dalam buku seketika berubah menjadi bulir cahaya dan masuk ke kening Reinar. Proses itu berlangsung sangat cepat, dan setelah proses berakhir Reinar sudah mengetahui cara menggunakan skill Fireballs.
Skill Fireballs memerlukan 1 mana untuk membuat bola api sebesar genggaman tangan. Semakin banyak mana di gunakan, semakin besar juga bola api yang bisa di bentuk.
“Skill Fireballs memang skill tingkat rendah. Tapi dengan penggunaan mana yang banyak, skill ini akan sangat-sangat mengerikan.” gumam Reinar sebelum dia mempelajari skill Healing.
Skill Healing, mampu menyembuhkan luka ringan, baik luka luar atau luka dalam. Skill Healing akan semakin kuat saat di gunakan pemilik elemen cahaya.
“Dua skill yang sangat berguna. Setidaknya sekarang aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri.” kata Reinar begitu dia selesai mempelajari dua buku skill yang kini hanya menjadi lembaran kertas kosong.
----------
Langit mulai gelap saat Reinar selesai memanggang daging kelinci yang berhasil dia tangkap. Seekor kelinci seukuran kambing muda berhasil Reinar tangkap, dan di ubah menjadi daging kelinci bakar yang menggugah selera biarpun tanpa bumbu.
“Selesai makan lebih baik aku mencari tempat bermalam. Sejak kemarin aku belum istirahat, setidaknya malam ini aku akan istirahat, dan aku butuh tempat yang aman.” Reinar makan daging bakar sambil berjalan, dan akhirnya sampailah dia di sebuah gua.“Tempat ini cukup nyaman, dan terlihat aman. Gua ini berada di pinggiran hutan, setidaknya hanya binatang biasa yang ada di sekitar tempat ini.” Reinar membaringkan tubuhnya di atas sebuah batu, dan tak butuh waktu lama dia sudah tertidur dengan lelapnya.
----------
Pagi hari menyapa Reinar yang baru terbangun dari tidurnya. Semalam tidur Reinar sangat nyenyak, dan dia terbangun dari tidur saat mendengar suara langkah kaki di depan mulut gua yang sedang dia tinggali.
Sebagai seorang tentara, Reinar sangat bisa membedakan suara langkah kaki, dan saat ini dia begitu yakin jika langkah kaki di depan mulut gua adalah langkah kaki milik seorang manusia. “Akhirnya aku bisa bertemu manusia di dunia ini.” gumam Reinar yang mulai bangkit dari tidur dan mulai berdiri.
Di luar gua, tepatnya di depan mulut gua. Di sana ada tiga pemuda yang berasal dari Kota Avalon, Kota kecil yang letaknya hanya berjarak 20km dari gua yang Reinar tempati. Ketiga pemuda itu sedang duduk sambil mengobati tiap luka yang mereka derita.
Ketiga pemuda seketika memasang sikap waspada saat merasakan pergerakan dari arah dalam gua. Mereka bertiga bisa di katakan masuk jajaran 10 orang terkuat di Kota Avalon. Namun saat ini mereka sedang terluka setelah menghadang ribuan goblin yang mencoba menginvasi Kota.
Melihat seorang pemuda dengan pakaian lusuh keluar dari gua, mereka bertiga sedikit mengurangi kewaspadaan, tapi mereka tetap berhati-hati. Biarpun pemuda yang muncul hanya memiliki level 20 yang setara dengan petarung pemula, mereka tetap waspada dan tidak menganggap remeh pemuda yang mereka temui.
Reinar yang baru keluar, dia melihat tiga pemuda di depan mulut gua. Ketiga pemuda itu terluka, tapi luka mereka tidak terlalu parah. Hanya sekali melihat Reinar tahu jika tiga pemuda di depannya jauh lebih kuat dari dirinya. Dengan skill appraisal, Reinar tahu level masing-masing pemuda.
Dua orang pemuda memiliki level 375, dan yang terkuat dari mereka memiliki level 412. Mereka setara petarung ahli.
“Hei adik kecil, apa yang kamu lakukan di tempat ini?. Tempat ini berbahaya untuk pemula sepertimu.” kata salah satu pemuda dan mendekati Reinar.
“Maaf tuan-tuan sekalian, gua ini adalah tempat tinggal ku dan aku sudah tinggal lama di gua ini. Tempat yang bagi tuan bahaya, bagiku tempat ini sangat nyaman untuk di tinggali.” mendengar jawaban Reinar, mereka bertiga segera merasa aneh.
Di sekitar gua memang hanya ada binatang biasa, tapi tidak mustahil ada binatang buas ataupun monster yang mendatangi gua. Dengan usia 17 tahun, Reinar masih di anggap anak-anak. Barulah saat menginjak usia 25 tahun, dia akan dikatakan sebagai seorang pemuda.
Di usia 17 tahun dan masih di level 20. Ketiga pemuda menilai Reinar tak terlalu berbakat. Untuk anak berbakat, di usia yang sama, setidaknya dia akan memiliki level 60 keatas atau setara petarung junior.
Salah satu pemuda melihat-lihat sekeliling gua, tapi dia tidak menemukan siapapun. “Apa kau tinggal sendirian di gua ini?.”
“Lima tahun yang lalu orangtuaku pergi meninggalkan aku di hutan ini, dan sejak saat itu, di gua inilah aku tinggal.” Reinar terpaksa berbohong, karena dia tidak ingin pemuda-pemuda ini tahu identitas aslinya yang seorang Pangeran.
Ketiga pemuda saling menatap, dan setelahnya satu dari mereka menatap Reinar. “Pergilah kearah utara, di dana ada kota Avalon. Maaf, kami bertiga tidak bisa membawamu, karena kami masih dalam tugas.” tanpa menunggu jawaban, ketiga pemuda itu melesat pergi meninggalkan Reinar.
“Tidak ada gunanya membawa sampah, dia cuma akan menghambat.” kata salah satu pemuda setelah melesat pergi. Dua rekannya hanya mengangguk, mengiyakan apa yang dia katakan.
“Dengan sorot mata kalian merendahkan ku, tapi ingatlah, tak lama lagi giliran aku merendahkan kalian.” tanpa mereka sadari, Reinar bisa meihat jika mereka sedang merendahkannya. Bagi seorang tentara, menyadari perilaku orang dari sorot mata adalah hal yang biasa.
Setelah di tinggal pergi tiga pemuda yang merusak acara paginya, Reinar kembali bersiap untuk berburu. Hari ini dia tidak akan memburu goblin lagi, setidaknya dia akan memburu buruan yang lebih kuat, karena dia butuh exp yang semakin banyak.
--------
*Tbc*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Violetto Purple
masih agak bingung, padahal MC punya skill apraisal tapi pas makan buah kok gak di gunain ya?
2023-06-15
10
Djudjun Djuarma
semangat,,,, Thorrrr,,,, 👍👍👍
2023-06-08
0
S
next, coin.
2023-04-15
0