A Special Girl

A Special Girl

Chapter 01

• Party Invitations •

08:34 a.m.

Los Angeles, California - USA.

Seorang gadis perkiraan umur 20 tahun tengah berlari menyusuri koridor kampus. Rambutnya yang bergelombang meliuk-liuk mengikuti irama derap kakinya. Tak lama kemudian, langkahnya terhenti tepat di depan pintu bercat putih dengan palang di atasnya yang bertuliskan Lab. Sejenak mengatur napas, tangannya terulur memutar kenop pintu.

Begitu matanya menangkap sosok pria tua di kejauhan sana, ia menelan ludah susah payah. Sementara pria yang diketahui bernama Profesor Bara itu tampak asyik menarikan jemarinya di papan tulis.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, ia bergegas menuju bangkunya. Tetapi baru beberapa langkah, pergerakan harus kembali terhentikan manakala nama marga keluarganya disebutkan.

Shit!

Dengan berat hati, gadis itu memutar tubuhnya menghadap ke arah sang pria tua. "Pagi, Profesor!" sapanya, bersikap seramah mungkin.

"Tidak perlu basa basi. Cepat kemari!" perintah Prof. Bara dengan nada tegas.

Ia menggigit bibir bawahnya, gugup. Pasalnya, Prof. Bara itu orang yang sukar mempan rayuan. Jadi, dapat dipastikan setelah ini nilai skripsinya akan mendapat nilai rendah atau mungkin namanya terdapat dalam catatan absensi hari ini. Bagi mahasiswi rajin dan cerdas sepertinya, hal itu akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan.

"Ms. Johnson!"

"Eh! Iya, Prof." Allena bergegas mendekati Prof. Bara.

Prof. Bara mengatur letak kacamata minusnya yang berbentuk bulat. Sorot tajam beliau lemparkan, membuat gadis di depannya meremas ujung kaus, cemas. "Apa kau tahu, di mana letak kesalahanmu?"

"Iya, Prof."

"Apa kau juga tahu, apa hukuman untuk kesalahan yang telah kau perbuat itu?"

"Iya, Prof."

"KALAU BEGITU, TUNGGU APA LAGI?!" bentak Prof. Bara, menggebu-gebu.

Seisi ruangan tersentak memegangi dadanya masing-masing. Tanpa terkecuali Allena yang berdiri di dekat Prof. Bara. Suara tua yang hebatnya masih nyaring itu sudah pasti masuk semua ke gendang pendengarannya.

"Masih kurang jelas?"

Allena menggeleng cepat dengan mengulum bibir ketakutan. Begitu Prof. Bara membuka mulut hendak bersuara kembali, sesegera mungkin ia berlalu keluar ruangan sambil merutuk dalam hati atas segala kebodohannya karena datang terlambat.

•••

"Huweek ..."

Sudah keberkian kali Allena mual-mual. Isi perutnya serasa dikocok, minta dikeluarkan. Bahkan sedari tadi tangannya tak henti-henti berkibas di depan hidung, memandang jijik sekitar. Sebenarnya wajar saja, hukumannya juga harus membersihkan 12 toilet wanita. Bau pesing menyeruak di seantero ruangan. Begitu pula lantai maupun dinding yang kotor bagai sengaja dilumuri tanah, membuat matanya menyipit enggan melihat. Ia ingij menyumpah, jika seperti ini caranya lebih baik pembersih kampus dipecat saja, makan gaji buta!

Hushhff....

Bulu kuduknya seketika meremang. Batang pel terlepas begitu saja dari genggaman Allena, akibat perhatian yang telah teralihkan pada hembusan angin dingin yang baru saja menerpa kepala belakangnya.

Bayangan berkelebat di dalam benak Allena mengenai hantu penjaga toilet wanita yang sering menjadi bahan gosip para mahasiswi sekelas atau mungkin hampir seantero kampus. Seberusaha mungkin ia tidak percaya, namun entah mengapa aura di sini membuatnya harus mengakui kebenaran berita burung itu.

Bersamaan dengan senandungan kecil yang dialunkan, Allena melangkah perlahan menuju pintu keluar dengan kaki gemetaran. Sampai akhirnya pekikan menggema dan ia langsung melesat meninggalkan area toilet.

•••

Di setiap langkahnya, bibir Allena menolak berhenti mengoceh. Ia masih kesal dengan Prof. Bara. Dampak menerima hukuman itu, jiwa ketakutannya menjadi bangun. Bayangkan saja, Primadona kampus yang dikenal sebagai gadis pemberani dan tahan banting, sekarang mulai mempercayai hal-hal berbau mistis yang notabene bertolak belakang dengan logika?

"Oh Tuhanku! Alangkah baiknya jika Engkau mengistirahatkan Profesor Bara secepat mungkin. Ini demi ketenangan bersama. Beliau juga sepertinya sudah lelah menghadapi urusan dunia. Aku memohon pada-Mu ... jangan menyiksanya terus dengan memberi kepanjangan umur. Engkau pasti mengerti maksud muliaku ini," cerocosnya dengan pandangan lurus ke arah langit dan kedua tangan mengatup, memasang raut memelas. Berharap doanya segera dikabulkan.

"Allena!" Sebuah suara memanggil namanya.

Allena celingak-celinguk, mencari gerangan pemanggil. Lantas tertangkaplah sosok gadis berambut blonde di kejauhan sana tengah melambaikan tangan heboh ke arahnya.

Tentu saja Allena mengenal baik siapa sosok itu. Begitu gadis tersebut telah berada di hadapannya, ia pun menyapa. "Hai, Hetty!"

Hetty Scott, salah satu teman dekatnya. Meski satu Universitas, mereka berbeda fakultas. Allena, fakultas kedokteran--sementara gadis pirang itu, fakultas bisnis. Gambaran wajah mereka yang sama-sama manis dan selalu terlihat bersama dalam waktu-waktu tertentu membuat setiap orang yang melihat beranggapan keduanya bersaudari. Yeah, namun pada kenyataannya juga mereka sudah saling menganggap seperti saudari kandung sendiri.

"Eh, kau tidak ikut kelas lab?" tanya Hetty dengan kedua alis terangkat.

Hetty tahu pasti sekarang ini adalah waktu di mana kelas Allena berlangsung. Bukan sebuah kebiasaan melihat teman cerdasnya masih asyik berkeliaran di luar ruangan. Jadi, kalau bukan ada sesuatu yang terjadi, apalagi?

Allena mendengkus. "Diusir."

"Astaga! Bagaimana bisa?"

"Terlambat datang."

"Tidak biasanya."

"Semalam aku menonton drama action hingga larut."

Hetty memutar bola mata malas seraya berdecak mengerti. "Pantas."

"Ah sudahlah, abaikan saja. Ayo duduk dulu, tidak enak mengobrol sambil berdiri."

Allena dan Hetty menjatuhkan bokong di bangku besi yang ada di sekitarnya. Saking asyiknya mengobrol, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Dilihat dari arloji, sudah menunjukkan pukul 11:25 a.m.

"Oh ya! Hampir saja aku lupa." Hetty menepuk kening, kemudian merogoh sesuatu dari dalam tas selempangnya.

Allena mengernyit heran saat Hetty memberikannya sebuah benda pipih persegi panjang berwarna marun.

"Pesta ulang tahunku!" ujar Hetty, antusias menjawab kebingungan Allena.

"Eh, maaf... aku tidak ingat kalau hari ini ulang tahunmu." Allena merasa tidak enak hati.

Hetty terkekeh. "Tidak apa-apa. Sekarang kan kau sudah tahu. Nah, aku hanya berharap nanti malam kau ikut memeriahkan pestaku."

"Pasti." Allena menjawab mantap. Tetapi setelah membaca surat undangan itu, keraguan mulai merayapi hati. "Sungguh, acaranya di klub malam?"

"Yup. Sejak dulu ulang tahunku selalu dirayakan di mansion. Bosan kalau terus-menerus di sana, maka tahun ini aku mau mencobanya di sebuah klub malam terkenal. Sepertinya seru!"

Allena tersenyum kecut. Sejujurnya ia kurang suka dengan klub malam. Menurutnya tempat itu menakutkan. Bukan berarti horor, tapi karena risih dengan perkumpulan pria penggoda di sana, ditambah adanya minuman keras yang meracuni kejernihan otak manusia, membuatnya membenci tempat terlarang itu.

Tapi karena sudah terlanjur berkata pasti, mana tega dirinya menolak hadir? Bisa-bisa Hetty salah paham dan menganggap dirinya suka memberi harapan palsu.

"Oke. Selam–"

"Tunggu!" Hetty menyela cepat. "Jangan sekarang. Aku ingin kau mengatakannya nanti malam," lanjutnya dengan memamerkan puppy eyes.

"Ouh. Baiklah."

•••

"Pakai yang mana, ya?" Allena mengacak rambutnya, frustasi memilih pakaian mana yang cocok dipakai untuk ke pesta.

Maklum, pakaian rata-ratanya hanya kaus dan jins. Tiada satu pun gaun menawan yang ia miliki. Bukan tomboy, hanya saja Allena lebih suka berpenampilan sederhana. Selain nyaman dipandang, juga ringan pergerakan.

"Tuhan, tolong aku..." gumamnya sembari merebahkan diri ke atas tempat tidur. Pupil cokelatnya memandang kosong langit-langit kamar. Untuk sesaat beban pikiran melayang, sebelum suara besar seorang wanita membuyarkan lamunannya.

"Ya Tuhan, Allena... mengapa pakaianmu berantakan seperti ini?" Melly memunguti satu per satu pakaian putrinya yang berserakan di lantai.

Allena bangkit dari posisi berbaringnya sambil cengengesan garing. "Maaf, Bu. Ya habisnya kesal. Nanti malam aku mau ke pesta ulang tahun Hetty, tapi tidak ada pakaian yang cocok. Tidak apa-apa kali ya kalau aku pakai pakaian kasual?"

"Jangan!" Ibunya menghela napas, lalu mulai mengulum senyum. "Mengapa tidak bilang dari awal? Di sini kan ada Ibu, orang yang paling tepat membantumu!"

Allena terkekeh. "Ya, tapi-"

"Sudahlah, kalau ada apa-apa tidak usah sungkan bercerita. Serahkan semuanya pada Ibu, tahu-tahu semuanya sudah beres."

Allena tersenyum tipis.

"Tunggu sebentar," ucap Melly sebelum melenggang pergi.

Selang beberapa menit, wanita itu kembali dengan sebuah gaun melilit di tangan kirinya. "Pakailah!" Ia menyerahkan gaun bernuansa merah marun kepada Allena.

Allena menerima dengan senang hati. Dibuat takjub oleh pakaian tersebut, sangat cocok dengan dirinya yang tidak suka pakaian kurang bahan.

"Jujur, Ibu terpaksa memberimu gaun itu. Tapi karena kau suka yang sederhana, Ibu bisa apa? Percuma, kau akan menolak gaun seksi yang memperlihatkan lekukan tubuh seseorang," ujar Melly, mengerti akan prinsip yang dipegang putrinya.

Seulas senyum tercetak di bibir Allena, ia langsung menghambur memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih..."

Melly mengurai dekapan lebih dulu. "Ya sudah, ayo kemari!"

Sesuai dengan intruksi ibunya, Allena bergegas duduk di kursi yang menghadap cermin serta meja rias.

Sebenarnya bukan hanya gaun, Melly juga membawa beberapa perlengkapan make up, karena ia tahu di kamar putrinya benda-benda seperti itu tidak akan ada.

"Allena... bersiaplah untuk menunjukkan pesonamu," gumam Melly sembari mengembangkan senyum kepuasan. Sebab, malam ini adalah kesempatan emas untuknya bia merubah penampilan Allena menjadi lebih menakjubkan.

•••

Terpopuler

Comments

Dessy Tan

Dessy Tan

bakal seruuu neh , semngaaaaatt thooor

2020-12-20

0

Priska Anita

Priska Anita

Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜

2020-07-23

0

Sweetcatla

Sweetcatla

Semangat Kk, Lanjut terus ya, aku mampir nihh 👍 bawa bom like and vote juga, aku tunggu feedbacknya ya kak

salam hangat dari the husband of choice 👋

2020-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!