Kenan Dan Kania
Suasana dipagi hari memang sangat menyegarkan. Udaranya yang sejuk, embun yang masih melekat di dedaunan, serta bunyi burung dan ayam yang menyambut sang mentari terbit. Menambahkan kenyamanan yang begitu nikmat untuk dirasakan. Semua orang pun bangun dari peristirahatan mereka yang panjang
dimalam hari. Untuk segera bergegas melakukan aktifitas rutin mereka yang telah menjadi kebiasaan.
‘Kring kring kring’ bunyi bel sepeda berwarna putih berdering. Seorang gadis mengendarainya dengan sangat kencang. Hingga membuat orang disekitarnya bergerak cepat untuk menghindar.
“mingir mingir” gadis itu membuat aba-aba agar tidak menghalangi jalannya.
“hati- hati.” Salah seorang pria yang mengangkat sebuah rumput segar dibahunya
“iya pak.” Dengan suara yang keras gadis itu menjawab pria itu.
Sepeda itu tetap melaju dengan kencang. walaupun area medannya Naik, turun, berkelok-kelok, gadis itu tidak perduli. Bebas hambatan, itu yang sedang di inginkan gadis itu. hingga ia sampai ke sebuah gerbang rumah berwarna putih yang memiliki halaman yang luas di hiasi dengan penataan kebun yang sangat indah dibagian tengah dan tepi halaman rumah itu. Rumah berwarna putih, bercorak coklat berlantai dua, dengan karakter yang mencolok pada tampilan pilar yang tidak biasa, serta bentuk atap yang unik. Ia masuk dengan tergesa-gesa meninggalkan sepedanya begitu saja.
Tampak beberapa orang telah hadir di sebuah ruang tamu rumah yang sangat besar berbagai perabotan seperti lemari, seperangkat meja, kursi, guci, dan beberapa koleksi poto yang menghiasi dinding. Elegan,
asri dan nyaman begitulah kesan suasana ruangan tersebut.
Seorang pria berumur sedang terbaring dikursi sofa panjang dan berniat untuk duduk ketika gadis itu datang. Gadis itu seketika mengeluarkan air mata dan memeluk pria itu. mendengar suara tangisan dari gadis
itu, pria tersebut menenangkannya dengan penuh kasih sayang.
Kania Amonade nama gadis itu dan pria yang sedang dipeluknya adalah kakek kesayangannya Sekar Koba Amonade. Beberapa orang yang hadir adalah paman Ray, bibi Cia, dan dua orang karyawan rumahnya.
Flash Back On
Kania sedang berada di perkebunan teh milik keluarganya Amonade. Setiap hari menjelang pagi ia bertugas untuk mengawasi para pegawai yang bekerja untuk memetik teh. Pada saat sinar matahari telah bersinar terang tiba-tiba salah satu karyawannya memanggil Kania dan mengatakan jika kakek pingsan dan terjatuh di halaman depan rumahnya saat akan berjalan pagi.
Dengan perasaan yang sangat khawatir dan cemas. Ia berlari dengan kencang mengambil sepedanya dan mengayuhnya dengan cepat.
Flash Back Off
“Ba- bagaimana ke- adaan kakek sekarang?” cemas Kania sambil mencoba untuk menenangkan dirinya.
“Kakek baik baik saja kok sayang.” Kakek mengelus rambut Kania
“Ba-gaimana bisa ka-kek mengatakan baik-baik saja? Ayo, kita periksa ke dokter.” Kania sangat marah besar terhadap kakeknya
“Sudah, Kania. Dokter sudah memeriksa kakek tersayangmu ini. Katanya kakek terlalu kelelahan ia hanya perlu banyak istirahat.” Sahut paman
“Baiklah, kalau seperti itu. Ayo, Kania akan mengantar kakek ke kamar untuk beristirahat.” Suruh Kania
“Ya, itu ide yang sangat bagus. Ayo ayah sekarang ayah beristirahat saja ya.” Jawab bibi sembari
membantu kakek untuk berdiri yang disambut oleh paman dan Kania.
SESERAHAN LAMARAN
Keesokan harinya Kania pulang dari perkebunan. Sesampainya digerbang rumah, Kania heran ada 2 mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Ia pun bertanya kepada penjaga kebun rumahnya. Sayangnya pertanyaannya tidak terjawab dengan baik karna, penjaga kebun itu juga tidak mengenal tamu yang datang. Ia hanya menerka jika tamunya itu sepertinya berasal dari Kota.
Tanpa berlama-lama Kania masuk kedalam rumah dan betul saja apa yang dikatakan penjaga kebun tersebut. Dari penampilan mereka sepertinya datang dari kota. Kania pun memberi salam kepada semua orang yang berada di sana. Bibi yang melihat Kania langsung menghampirinya.
“Kania, kamu sudah pulang nak.” bibi bertanya.
Kania tersenyum kepada bibi lalu bertanya karna penasaran dengan sedikit berbisik.
“Mereka semua siapa bibi?” bisik Kania
“Ehm….(binggung)” bibi tampak kebingungan menjelaskannya matanya melirik ke arah tamu tersebut.
Kakek yang melihat perbincangan Kania dan menantunya itu langsung memanggil Kania.
"Kania kemari sayang duduk disini bersama kakek.”
Kakek memberi ruang untuk Kania agar dapat duduk disebelahnya. Ia pun menepuk kursi yang telah diberinya ruang itu. Kania dengan patuhnya berjalan dan duduk di sebelah kakeknya.
Kakek memperkenalkan semua tamu yang datang dari kota itu. mulai dari kakek Sofyan Ganendra sahabat sejatinya dari kecil. Nenek Nasya, Paman Candra Ganendra anak pertama mereka. Bibi Sri menantunya, Jack
Ganendra cucu laki-lakinya, Kamila istri menantu cucunya, Cantika Ganendra anak cucu perempuan mereka, dan si kecil boy Aska Ganendra cicit mereka.
Walaupun sudah mendengarkan penjelasan perkenalan kakek, tetapi Kania tetap merasa aneh karna tamu tersebut datang dengan begitu banyak membawa barang seperti seserahan lamaran.
Cukup lama tamu itu berada disana. Hingga sore harinya mereka meminta izin untuk pamit, karna selain berkunjung ke kediaman Kakek Koba, Mereka juga mempunyai agenda lainnya. Sebenarnya kakek
Koba menawarkan mereka untuk menginap saja. Tetapi, memang agenda itu tidak bisa di tunda.
Malam harinya paman dan kakek memanggil Kania. Mereka sudah berada di ruang tamu dan Kania datang
menghampiri.
“Ada apa paman dan kakek memanggil Kania? Apakah ada hal yang penting?” Kania merasa ada yang aneh. Sambil menurunkan bokongnya ke atas kursi Sofa
"Ehm, Kania. (binggung) ayah saja.” berdalih kepada kakek koba
“Ihc, kan kita sudah sepakat kamu saja.” Kakek melemparkannya kepada paman
“Ayah saja.”
“Kamu.”
“Ayah.”
Mereka pun berdebat untuk memberitahukan sesuatu kepada Kania. Hingga Kania yang melihatnya menjadi
kesal.
“Paman dan kakek ada masalah apa sih? Jangan buat Kania merasa penasaran begini dong. Oh, iya Kania ingin
bertanya, kenapa orang kota itu datang membawa barang yang banyak sekali seperti seserahan lamaran saja. Kalau ingin menjenguk kakek kok, pakai banyak sekali membawa barang?" tanya kania
Kakek dan paman merasa lucu karna mendengar pernyataan Kania yang bergelagat curiga. Karna merasa jalan pembicaraan mereka telah terbuka. Paman dan kakek pun menimpali pembicaraan Kania
“Ok, baiklah begini Kania sayang. Mereka datang memang telah melamar kamu nak.” Jelas paman dengan hati-hati.
“Apa?” kania terkejut mendengar apa yang dikatakan pamannya.
Kakek dan paman saling menatap, kakek pun mencoba untuk memberi masukan padanya.
“Kania, sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu mereka menghubungi kakek untuk menjodohkanmu dengan anak kedua cucu laki-laki kakek Sofyan. Kakek sedang mencari waktu untuk membicarakannya
padamu. Tetapi, kakek masih belum menemukan waktu yang tepat. “ jelas kakek
Kania terdiam dengan mengalihkan pandangannya ke sudut ruangan.
“Anak kedua mereka itu sebenarnya sudah akan menikah 2 tahun yang lalu. Tetapi, batal karena sang wanita ketahuan selingkuh didepan matanya sendiri. Sehari ketika mereka akan melangsungkan pernikahan. Semenjak hari itu ia tidak pernah ingin mendekati seorang wanita. Karna, baginya wanita itu sama saja . Akan, membuat dirinya menjadi sakit kembali. Oleh sebab itu keluarganya ingin mencarikan nya pasangan.” Jelas paman
“Lalu, kenapa harus Kania? banyak wanita lain yang begitu sempurna paman dibanding Kania.” kania merasa keberatan
“Kamu, lebih sempurna Kania dari apapun.” Bujuk paman
"Jadi maksudnya paman dan kakek ingin mengorbankan Kania untuk dia?” tolak Kania
“Maksudmu Kania?” tegas paman
“Ia, Paman sendiri kan yang bilang kalau dia merasa wanita itu sama saja membawa rasa sakit kepadanya. Berarti ….” Kania kekeh
“Dengarkan dahulu Kania Paman mu berbicara.” Tegas kakek. Kania pun berdiam diri.
“Kami, tidak memaksa kamu menikahinya. Kami hanya memberikan saran kepada kamu nak, kami berpikir kenapa tidak tentang perjodohan ini? toh, kamu juga sudah saatnya kan untuk membina sebuah keluarga.” pungkas paman
“Benar, cucuku mana tau kamu bisa membuat hatinya yang dingin kepada wanita menjadi hangat kembali cucu kakek ini kan seperti malaikat tak bersayap" kakek menggoda
Kania masih berdiam dengan menatap paman dan kakek dengan senyum malu-malu sehabis digoda.
“Sayang kakek tau betul kamu seperti apa orangnya. Lagi pula dia pria yang sopan kok. Baik, ramah dan ya dia juga sangat tampan.” Bujuk kakek
“Kenapa kakek berbicara seperti itu? Emangnya kakek sudah pernah bertemu dengannya?” tanya Kania
“Kemarin dia sebenarnya ikut bersama keluarganya kemari. Karna, sesuatu hal yang mendesak dari agenda mereka jadi dia pergi duluan untuk mengurusnya.”paman menjawab
Melihat pembicaraan ini akan berlangung lama. Kania pun mengakhirinya dan berlalu ke kamar.
“Ngak tau deh kakek, paman. Tetapi, Kania akan memikirkannya dengan baik.” Kania bangkit berdiri
“Baiklah, itu baru Kania kami. Paman tunggu jawabanmu secepatnya ya nak.” Jawab paman
“Iya, paman. Kania naik ke atas dulu ya mau tidur. Malam kakek, malam paman.” Kania berlalu pergi meninggalkan mereka
“Malam sayang.” Jawab kakek dan paman serentak.
Hei, hei hei para readers ku jangan lupa rate, like, komen, dan tetap selalu pantau ceritaku ini ya!. Mohon dukungannya dari kalian. Dari penulis amatir "KRISMAN"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ilma Kikyo
aku mampir ya thor... .
2021-05-23
1
Eva Novianti
nyimak
2021-05-19
1
Lina Marlina
mampir...semangat
2021-01-14
1