Qu LiWey
Perlahan iris amber kekuningan itu membuka. Dan lagi-lagi gadis cantik yang baru saja tersadar dari alam mimpinya itu menghela nafas lelah. Ini sudah seminggu dan dia masih terjebak di dunia antah berantah ini. Dan lebih parahnya dia dikurung di dalam kamar yang menurutnya kuno. Tidak boleh keluar barang sejengkal dari pintu.
Hey... lihatlah, dia seorang Qu Liwey, gadis enerjik yang bahkan tidak tahan walau satu jam mendekam di rumah, namun kini dia dikurung selama seminggu. Waw... rekor yang fantastis untukmu Liwey. Jikalau bibimu tau kau dapat dikurung selama ini, dia pasti akan sujud syukur menghadap Tuhan karena mengira sifat bar-bar dan sulit diaturmu hilang.
"Nona... Anda sudah bangun?" Seorang gadis berkepang datang dengan tergesa-gesa dengan wadah berisi air di kedua tangannya.
Ayolah... Liwey sudah bosan mendengar pertanyaan basa basi ini. Apakah gadis itu buta? dia sudah dapat melihat jikalau Liwey sudah duduk dari pembaringan, tapi kenapa masih bertanya 'nona apakah anda sudah bangun?'
Memutar bola mata. Liwey berjalan mendekat, membasuh wajahnya dengan air bertabur kelopak mawar. Sekali lagi dia menghela nafas lelah. Ditatap satu-satunya gadis diruangan itu intens. Ia akan bertanya lagi. Dan jika jawabannya sama, maka jangan salahkan Liwey kabur.
"Apa aku sudah bisa keluar dari kamar ini?"
"Ahh... Anda sudah bisa keluar nona..." Seketika senyum Liwey terbit. Akhirnya dia bisa bebas. "Pangeran ke-4 akan berkunjung ke kediaman Qu untuk membahas pernikahan, nona."
Hah... Liwey bengong. Siapa pangeran ke-4 dan siapa yang akan menikah? tidak mungkin Liwey 'kan?
"Amm... Jiali, siapa yang akan menikah?"
Gadis yang dipanggil Jiali itu tersenyum. "Ini pernikahan nona. Apakah nona lupa? Pernikahan ini sudah sebulan lalu di rencanakan oleh kaisar kerajaan."
Liwey tertegun, apa maksudnya ini? ouh Tuhan kesalahan apa yang dilakukan oleh gadis manis ini? kenapa dia harus menikah dengan orang yang bahkan tidak dia kenal. Dan kalian harus ingat ini, dia bahkan baru berlesempatan melihat dunia luar setelah seminggu terdampar di dunia antah berantah ini. Dan apa-apaan, kenapa dia malah harus menikah.
Huftt...
Lagi-lagi Liwey menghela nafas. Baiklah, sekarang mari pikirkan bagaimana cara agar terlepas dari pernikahan konyol ini. Liwey mengetuk-ngetuk dahinya pelan. Berharap ada secercah ide yang masuk ke otak mungilnya. Ahh... Liwey mengerang frustasi. Bagaimana dia bisa berfikir dengan keadaan kalut seperti ini. Hmm... Sepertinya tidak ada cara lain. Dia terpaksa menikahi pria yang tidak ia kenali itu dahulu. Setelah itu baru fikirkan bagaimana cara mendapatkan surat cerai. Baiklah... ide itu tidak terlalu buruk.
Iris amber itu kembali menoleh, mendapati Jiali yang masih berdiri setia dengan senyuman menawannya. Ahh... Liwey jadi berpikir. Apa pipinya tidak keram selalu tersenyum lebar seperti itu.
"Baiklah Jiali, kau dandani aku. Aku ingin bertemu dengan calon suamiku."
~♡~
Ruangan aula kediaman Qu tampak sibuk. Para dayang berlalu lalang membersihkan ruangan menyusun ulang tata letak barang dan menyediakan makanan serta minuman diatas meja jamuan. Ahh... jangan lupakan wanita dengan hanfu hijau tua berikat pingkang brokat awan di tengah ruangan yang tengah asik mengatur cara kerja dayang. Bagaimana pun jamuan kali ini harus berkesan. Karena pangeran ke-4, pangeran dengan julukan mata dewa yang memiliki kharisma akan berhadir.
"Ibu." Seorang gadis dengan hanfu merah muda berhadir ditengah kesibukan. Tersenyum anggun menghampiri wanita yang sedari tadi berdiri di sana. Wanita itu menoleh, balas tersenyum manis. Lalu berjalan anggun menghampiri putri kesayangannya.
"Yimin... betapa indahnya penampilan mu pagi ini. Apa sudah tertarik untuk mengambil hati pangeran?" Seriangaian licik tercipta dibibir mewar darah wanita itu.
"Ahh... aku sudah lama siap untuk mengambil hati pangeran." Yimin-gadis berhanfu merah muda itu berbalik menatap pintu masuk aula yang masih menampakkan kesibukan para dayang. "Walaupun dekrit kekaisaran mengatakan pangeran ke-4 akan menikahi si lemah Liwey... Tapi apa pangeran akan menerima gadis lemah dan jelek itu, ibu..."
"Sudah dipastikan, pangeran ke-4 akan merasa jijik dengan nya." Yimin tersenyum penuh arti, diotaknya sudah tersusun rencana cantik untuk menjatuhkan harga diri seorang Qu Liwey.
"Perdana Mentri Qu, memasuki aula..." suara teriakan dari arah pintu masuk mengalihkan atensi kedua perempuan itu. Tersenyum manis sembari menunduk hormat.
"Salam, suamiku."
"Salam, Ayahanda."
Pria dengan stelan hanfu hijau tua itu tersenyum, terlihat jelas kerutan di sisi matanya, menandakan usianya yang tak lagi muda. Kedua pupil Hazel miliknya mengitari seluruh ruangan, senyuman semakin mengembang di bibirnya.
"Aku tak salah pilih... kau memang yang terbaik dalam menghias ruangan," pujinya tulus pada wanita berhanfu hijau itu.
"Terima kasih pujiannya, tuanku. Hamba merasa rendah, banyak yang lebih hebat daripada hamba." Tukas wanita itu.
"Ahh... kau terlalu merendah selir Huangli... aku akan menjemput kereta kuda pangeran. Pastikan tempat ini sudah tertata rapi." Pria itu tersenyum, melangkah keluar. Namun langkahnya terhenti saat sudah beranjak di depan pintu. "ahh.. aku melupakan sesuatu, kalian pastikan putri Liwey untuk hadir di perjamuan ini. Karena itu khusus untuknya."
Senyum yang terbit dibibir kedua perempuan itu luntur seketika. Heh... perjamuan khusus untuk Liwey katanya? Lihat saja nanti, putri Liwey yang begitu kau sayangi itu akan mempermalukan perjamuannya sendiri. Huangli-wanita berhanfu hijau itu tersenyum miring.
"Ibu, kita harus membuat gadis bodoh itu malu. Aku tak ingin dia mendapat perhatian dari yang mulia pangeran." Yimin berseru menggebu.
"Tenanglah, Putriku. Semua yang kita inginkan pasti akan kita dapatkan. Lanjutkan saja rencananya." Huangli menyeringai. "Qu Liwey, hari ini akan menjadi hari paling bersejarah untukmu."
~♡~
hatcyuhh...
"Nona, anda tidak apa-apa?" Jiali berseru panik saat mendengar nonanya bersin. Sungguh dia khawatir nonanya kena flu. Ini sangat tidak baik untuk kondisi seperti ini.
Liwey menggosok hidungnya. Lalu menggeleng, menandakan dirinya tak apa-apa. Mungkin ada seseorang yang terlalu merindukannya hingga dia bersin sebagai pertanda kontak batin? ahh... lupakan pemikiran konyol itu. Ini pasti ulah debu.
"Baiklah nona, Anda telah selesai dihias." Jiali tersenyum senang, menatap pantulan wajah cantik nonanya dari cermin tembaga.
Liwey manatap dirinya dari pantulan cermin.
"Waw... wajahku bisa seimut ini," ujarnya tak percaya. Hanfu sederhana berwarna ungu muda terlapis sempurna di tubuh mungilnya. Rambutnya disanggul mawar dan menyisakan sebagian dari rambut lebatnya menjuntai menutupi punggung dan juga hiasan kepala yang menjuntai indah hingga dahinya. Jangan lupakan pita rambut sutra yang menjuntai di belakang kepalanya. Sungguh ia seperti dewi dari khayangan.
Sudah seminggu Liwey berada di tubuh ini dan di dunia ini. Tapi dia tidak pernah mau mematut diri dicermin hanya untuk sekedar melihat wajah. Selama seminggu ini dia malah disibukkan dengan bagaimana caranya agar keluar dari ruangan kuno ini. Tapi sepertinya dia harus sering-sering mematut cermin mulai dari sekarang. Kulitnya berubah total. Dari yang awalnya sewarna kuning langsat khas wanita Asia. Kini berubah sewarna mutiara murni seharga jutaan dollar dengan kilau yang memukau.
"It's so perfect." Liwey berputar sekali, sungguh dia tak percaya ini. Jiali yang melihat kebahagiaan terlukis diwajah nonanya hanya bisa tersenyum senang. Karena bagaimana pun ini adalah kali pertama nonanya tersenyum setelah kejadian seminggu yang lalu. Kejadian dimana nonanya hampir dibunuh oleh orang berpakaian serba hitam. Yang menyebabkan luka menganga di sekitar bahu dan juga tusukan dalam di perut kirinya. Ia ingat betul bagaimana nonanya terbaring bersimbah darah. Dan juga dia masih mengingat perkataan tabib istana yang mengatakan nonanya sudah tidak dapat lagi bertahan hidup karena terlalu banyak kehilangan darah. Tapi sepertinya Tuhan berbaik hati pada nonanya. Sehari setelah insiden, nonanya kembali sadar. Walaupan nonanya berubah, tapi Jiali masih tetap bersyukur karena nonanya dapat kembali hidup.
"Jiali, setelah ini kita akan melakukan apa?" pertanyaan dari Liwey menyentak Jiali dari lamunannya. Gadis berkepang itu kembali tersenyum.
"Nona akan diantar menuju aula pertemuan kediaman perdana mentri Qu, untuk menghadiri perjamuan pangeran ke-4, Nona." Jelas Jiali, Liwey hanya ber-oh- ria. Tak lama seorang kasim berkata bahwa kereta kuda yang akan menghantarkan Putri Liwey ke aula kediaman sudah siap. Dengan sigap Liwey berjalan menuju pintu membukanya lebar. Matanya menatap takjub kearah kereta kayu yang di gandeng dengan dua kuda coklat telah terparkir rapi didepan kediamannya. Wahh... akan sangat seru jika aku bisa menunggang kuda sendiri. Liwey tersenyum kecut akan pemikirannya. Dia yakin sekuat apapun dirinya memohon agar dapat menunggang kuda sendiri itu pasti tak akan pernah terjadi.
Andai saja mereka tahu, kalau seorang Liwey sangat mahir dalam berkuda. Bagaimana 'pun Liwey merupakan salah satu atlet penunggang kuda dari kotanya , ahh... tapi sudahlah.
Liwey berjalan santai menuju kereta kayu, seorang kasim membukakan pintu untuknya. Liwey tersenyum lalu masuk kedalam kereta.
Ini pertama kali baginya menaiki kereta kuda, pernah sih dia menaiki kendaraan dengan kuda sebagai penariknya-Delman, tapi itu sudah sangat lama, ia ingat ia menaiki itu saat kelulusan Sd. Sudah berapa lama mengingat umurnya sekarang.
Perlahan kereta mulai bergoyang pelan, pertanda kereta sudah mulai berjalan meninggalkan kediaman yang cukup indah namun terasa seperti penjara. Liwey tak tinggal diam. Disingkapnya tirai yang menutupi jendela kereta. Matanya berbinar mendapati tempat yang ia katakan dunia antah berantah itu ternyata sangat indah. Banyak orang berlalu lalang dengan hanfu berwarna warni. Pria dan wanita, tua dan muda, maupun anak-anak dapat ia lihat.
Ternyata dunia ini tidak buruk, hanya saja tidak ada handphone' pikirnya.
"Jiali, apakah ini pasar?" Tanyanya pada Jiali yang masih setia berjalan disamping keretanya.
Jiali menoleh ke arah Liwey dan kembali tersenyum. Membuat Liwey berpikir jika gadis yang mungkin berusia 2 tahun dibawahnya ini adalah orang yang ramah dan mudah akrab dengan siapa saja.
"Anda benar, nona. Ini adalah pasar." Liwey mengangguk. Menarik. Ternyata pasar tradisional jaman dahulu dengan pasar tradisional dunia modern sangat berbeda. Disini lebih tertata dan terjaga kebersihannya. Coba di dunia modern? ahh... kalian nilai sendiri.
"Bagus... lain kali kau harus membawaku untuk berjalan-jalan di pasar ini," ucap Liwey dengan mata yang masih tak teralihkan dari para pedagang-pedagang di pasar.
Jiali hanya bisa tersenyum. Ia tidak menjawab, kalo boleh jujur dia sendiri ragu apakah mereka akan bisa kembali ke pasar. Mengingat setelah acara lamaran, maka tiga hari kedepannya nonanya akan pindah kediaman mengikuti suaminya.
Setelah 30 menit perjalanan. Kereta kuda milik Liwey berhenti. Dengan bantuan Jiali, Liwey beranjak keluar dari kerta kudanya.
"Woahh..." Kembali gadis itu berdecak kagum, matanya berbinar imut menatap pagar besar kediaman yang kini terbuka lebar menampakkan isi kediaman yang bisa dibilang mewah dan besar itu.
"Apa ini tempat tinggal orang tuaku?" Tanya Liwey kepada Jiali. Jiali sedikit tertegun, walaupun Nonanya ini sudah terbilang lama tinggal di kediaman teratai biru yang merupakan tempat pengasingan yang disediakan Selir Huang untuknya. Tapi dia juga sudah pernah datang ke tempat kediaman resmi anggota keluarga Qu. Apa dia melupakannya? Ahh... kalau dipikir-pikir, nonanya memang sedikit berbeda setelah bangun dari kematian. Dia terlihat lebih... agresif dan berani. Tapi, apakah itu juga akan berpengaruh pada ingatan nonanya itu.
"Anda benar, Nona."
"Wahh... tega sekali mereka menempatkan anak gadis mereka berjauhan dari keluarga." Liwey berdecih kesal. Walaupun dia termasuk baru disini... emm, maksudnya baru menempati tubuh gadis cantik ini. Tapi tetap saja dia merasakan ketidakadilan. Bagaimana bisa mereka mengasingkan seorang anak dari keluarganya. Ini tidak benar.
"Ah... Jiali apa pemilik tubuh ini..." Liwey mengerjab saat mendapati raut bingung dari gadis berkepang di sampingnya. "M... Maksudku, apakah aku ini punya banyak musuh? atau aku dibenci oleh saudariku sendiri? seperti di drama-drama..."
"Ah... apa jangan-jangan mereka membenciku karena aku adalah anak dari seorang selir? atau..."
"Nona, anda bukan putri seorang selir. Anda adalah Putri sah kediaman Qu." Penjelasan dari Jiali membuat Liwey menaikkan sebelah alisnya.
Ahh... sekarang dia mengerti. Sesuai pengalamannya yang dulu pernah menonton drama tentang time travel, dia dapat menyimpulkan. Jika Qu Liwey yang asli ini adalah putri yang sering ditindas karena terlalu lembut dan lemah. Ahh... kasihan sekali nasibmu.
"Qu Liwey!!" Sebuah seruan mengalihkan atensi gadis berhanfu ungu muda itu. Pandangannya terjatuh pada seorang pria dengan hanfu indah berwarna putih gading dengan tambahan ikat pinggang berwarna merah maron, tengah berjalan mendekatinya.
Ahh... jangan lupakan rambut panjang sepinggulnya yang dibiarkan digerai. Membuat wajah pemuda itu terlihat err... cantik.
Ya... pemuda itu cantik. Pupil mata hijau dengan aura intimidasi serta alis mata yang menukik tajam dan juga rahang tegasnya tidak dapat mengalihkan kecantikan alami yang dimilikinya. Ahh... Liwey jadi iri dengan kecantikan dibalik wajah dingin pemuda ini.
"Salam hormat hamba pada Tuan muda Qu." Liwey menolehkan pandangannya kearah Jiali yang sudah menunduk hormat kearah pemuda itu. Apa tadi dia bilang? Tuan muda Qu? Apa jangan-jangan ini adalah saudara ku?. Liwey masih berkutat dengan pemikirannya. Matanya tak lepas menelisik kearah pria cantik didepannya ini.
"Adik, sudah lama tak melihatmu. Bagaimana kabarmu? aku dengar ada yang mencoba membunuhmu?" Tanya pemuda itu. Liwey mengerjab. Membunuh? ahh... dia tidak mengingat itu. Perlu diingatkan kalau dia bukan Liwey dari masa ini. Dia adalah Liwey siswa SMA yang tenggelam di danau pada acara perpisahan kelasnya. Bagaimana dia bisa tahu tentang percobaan pembunuhan. Tapi... sepertinya dia harus menuangkan bakatnya sedikit.
"Ahh... kejadian itu. Bisakah kakak tidak mengungkitnya? adik ini masih sangat trauma jika mengingat hal itu." wahh... Liwey harus berterima kasih dengan bibinya yang terlalu sering menonton sinetron. Jadi Liwey bisa menerapkan akting dramatis aktris-aktris itu sekarang.
"Ahh... maafkan kakakmu ini." Pemuda itu menghela nafas berat. "kalau begitu, ayo kita masuk, ayahanda dan ibu selir sudah menunggumu. Ahh... jangan lupakan pangeran ke-4." Pemuda yang bahkan belum diketahui namanya oleh Liwey ini menyeringai menggoda. Seakan ada hal yang menarik saja.
Liwey hanya bisa pasrah. Langkah kakinya mengikuti pemuda cantik ini menuju aula kediaman. Pandangan matanya tak berhenti memperhatikan seluk beluk kediaman ini. Dan juga, bibirnya yang tak bisa berhenti berdecak kagum. Hingga langkah pemuda didepannya terhenti didepan sebuah ruangan. Dapat Liwey lihat pemuda itu membuka pintu ruangan, lalu melangkah masuk kedalam. Liwey hanya bisa mengikuti dan Jiali... gadis berkepang itu mengikuti di belakang Liwey.
Liwey mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan besar itu. Menarik. Ternyata konsep arsitektur bagunan kuno itu lebih menawan dan memiliki nilai seni tersendiri.
Dapat Liwey simpulkan, bagunan dengan pilar kayu besar ini terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Ahh... jangan lupakan lukisan indah yang menggantung di setiap dinding. fantastic.
"Qu Liwey..."
~♡~
Periksa Typo...
Update diusahakan 2 kali seminggu dengan jadwal tak tentu.
untuk crazy up...
tergantung pencapaian like and koment....
Dan untuk part ini akan Audhi mulai target...
10 like
5 komentar.
Jika mencapai target Crazy up 3 chapter...
Selamat menikmati cerita Audhi....
oh ya.. Audhi juga nerima QnA, bagi yang gak ngerti dengan alurnya...
baiklah sekian dan terimakasih...
salam dari Audhi... Istrinya Kim taehyung
//plak *tampar
//tukang halu.😋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Saeful Anwar
ni cerita gimana ya ujug2 langsung begini, hmmm sejauh ap itu tempat tinggal ma rumah nnya sampe ngelewati pasar
2023-02-02
0
M@rLia🌻
awal yg bagus
2021-02-03
0
Ell'Z
lnjjtt
2021-01-23
0