Bagian 5 : Mabuk

Edit : ini edisi revisi, happy reading

Liwey menghentakkan kakinya keras setiap kali melangkah. Bayangan saat dimana pengeran heterochromia dengan tidak tahu malu menciumnya di depan umum membuatnya mendengus sebal.

Baiklah, Liwey bisa memaklumi pemuda itu tak dapat lagi menahan gairah untuk menyentuhnya. Tapi tidak harus menciumnya di depan umum juga kan. Ehh... sepertinya ada yang salah. Kenapa Liwey malah mengecap pria yang sudah berstatus sebagai suami sah-nya itu sudah tak mampu lagi menahan gairah untuk menyentuhnya.

Tidak... tidak... tidak... Pria itu belok, pria itu belok, pria itu belok.

Berkali-kali Liwey mengucapkan mantra yang ditujukan untuk pangeran heterochromia itu. Tujuannya satu, agar mantra itu terkabul dan pria itu menjadi benar-benar belok dan tertarik sama prajurit pribadi yang selalu menempel padanya.

Eh... kalau dipikir-pikir... Pangeran heterochromia itu selalu diikuti oleh prajurit berpakaian serba hitam. Apa jangan-jangan pangeran itu benar-benar belok. Wahh...

Liwey melompat kegirangan. Kalau benar argumennya tentang pangeran heterochromia itu belok. Maka dia akan sangat, mudah mendapatkan surat cerai. Liwey merapatkan kedua telapak tangannya gemas. Senyum kemenangan terpancar di bibirnya. Sedetik kemudian senyum itu luntur. Bahunya melemas, seketika Liwey jatuh terduduk di lantai. Bibirnya melengkung kebawah. Harapannya langsung sirna mengingat bagaimana si rambut putih itu menciumnya di depan banyak orang. Itu artinya pemuda putih itu tidak belok.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya dengan nada datar sedatar papan triplek menghentakkan Liwey dari atensi otaknya kembali ke alam nyata. Tanpa minat Liwey menolehkan kepala. Iris amber miliknya langsung bertubrukan dengan iris heterochromia yang menatapnya tajam. Kalau seandainya tatapan mata dapat membunuh orang, maka Liwey yakin dirinya sudah meleleh menjadi cairan liquid saat mereka bertatap mata. Tapi... ada yang aneh. Kemana perginya keberanian Liwey? Menguap kemana keberanian itu? Ahh... Liwey frustasi.

"Bu... buat apa kau... kemari?" Liwey merutuk dirinya sendiri. Sudah berapa banyak keberanian ia kumpulkan untuk berbicara pada pemuda didepannya ini, namun tetap saja dia tergagap akibat aura mengintimidasi dari pria putih yang sekilas dilihat lembut namun arogan dan menakutkan secara bersamaan.

"Berdiri!" Bagaikan robot yang diatur dengan remote control, Liwey segera bangkit dari duduknya. Berdiri tegap didepan pria bersurai putih itu. Berusaha tegas, tapi tetap saja dia ciut saat matanya kembali bertubrukan dengan mata beda warna satajam silet milik pria didepannya.

Liwey menenguk salivanya susah payah. Sekarang dia tak yakin akan mendapatkan surat cerai setelah seminggu menikah. Melihat tatapan membunuh tak berperasaan pria didepannya membuat rencana yang selama dua hari ini Liwey susun untuk memporak-porandakan kediaman ini serta membuat pemuda yang berstatus suaminya jengah langsung hilang bagai digilas oleh ombak besar yang menghantam dinding karang rencananya.

Pria dihadapannya mengambil cawan guci berisi cairan bening yang sedari tadi dibawa oleh seorang pelayan yang ternyata ikut berhadir diantara mereka.

Ohh... akibat terlalu terpuruk akan aura intimidasi dari pria putih dihadapannya. Liwey jadi tidak menyadari kehadiran seorang pelayan laki-laki yang sedari tadi menunduk sembari membawa nampan berisi dua cawan dan teko porselen disana.

"Untukmu." Suara datar pria didepannya seolah membuat Liwey tersetting untuk mengikuti perintah. Dengan sigap Liwey mengambil cawan berisi cairan bening itu. Memperhatikan dengan seksama cairan berbau menyengat yang kini sudah berpindah tangan kepadanya.

"Keluarlah!" Liwey mendongak, menatap laki-laki yang tadi memegang nampan kini sudah berjalan keluar, meninggalkan nampan berisi teko porselen diatas meja kecil di dekat mereka berdiri.

"Minumlah." Liwey mengangguk lalu menyeruput hingga tandas cairan pahit dengan gelayar panas yang dihantarkan saat cairan itu memasuki tenggorokan. Liwey mengeryit, matanya menatap tepat kearah cawan berisi air yang sudah berpindah tempat kedalam perutnya.

"Ini apa?" Entah dapat keberanian dari mana, Liwey menatap tepat manik beda warna dengan raut penasaran.

"Arak." Jawaban datar itu membuat Liwey ber-oh-ria.

"Rasanya agak aneh dan... mengejutkan." Liwey kembali menatap cawan di depannya. "Aku belum pernah mencoba minuman beralkohol sebelumnya. Apa rasa coktail dan wine juga seperti ini, ya?"

Pria didepan Liwey mengerut bingung. Apa tadi dibilangnya cok... cokta...?

"Apa itu wine dan juga cokta...?"

"Coktail?" Liwey menambahi ucapan pria putih yang belum ia ketahui namanya ini. "Hmm... itu sejenis arak juga, aku tak terlalu tahu. Aku belum pernah mencobanya." Liwey mengembungkan pipi. Membuat pria yang masih berdiri dihadapannya tertegun sejenak.

"Apa arak ini ada lagi? aku ingin meminumnya?" Wah... kemana Qu Liwey yang takut akan tatapan mata pria didepannya sekarang? Liwey kini menguncang pelan pergelangan tangan pria didepannya. Khas dirinya jika menginginkan sesuatu agar harus segera terpenuhi.

Pria dihadapannya mengeryit, melihat perubahan sikap gadis dihadapannya. Bukankah awalnya gadis ini takut padanya, tapi kenapa sekarang dia seolah tak mengkhawatirkan ketakutan sama sekali? Malah raut wajah penuh keinginan yang pria itu lihat diwajah sedikit berisi milik Liwey, dan jangan lupakan ekspresi aneh yang sialnya membuat pria itu berkeinginan ingin mencubit gemas pipi berisi Liwey.

"Lepaskan tanganmu, arak itu berada di teko disana." Seolah mendapat jackpot, Liwey segera berlari kearah meja disamping kiri dirinya. Diambilnya teko itu, menuangkan isinya kedalam cawan. Lalu menyeruput hingga tandas isinya.

"One shoot... ahh aku bisa menjadi peminum yang handal." Gumam Liwey yang tak dapat dimegerti oleh pria didepannya. Entah kenapa tingkah Liwey seperti ini membuat pria itu gemas ingin memakannya. Ah... pria itu segera menggeleng. Menghilangkan pikiran aneh dari otaknya. Duduk disisi ranjang, pria itu memilih untuk menatap lekat gadis dihadapannya.

~♡~

"Sial..." Sebuah guci porselen terlempar kesudut kiri ruangan, menciptakan bunyi keras berdentum serta pecahan kecil dari porselen berserakan di sana.

Iris abu-abu itu menggelap, mengeluarkan aura panas mencekam dari tubuhnya. Tangannya terayun kedepan, membuat satu lagi guci malang terjatuh menjadi pecahan berserak di lantai.

"Bagaimana bisa gadis itu adalah Liwey yang terkenal bodoh." Yanzhi menggeram marah. Ya pria ber-iris kelabu itu adalah Mo Yanzhi, Putra mahkota kekaisaran Dong Ye. Tangannya terkepal kuat, masih di ingat dengan jelas diingatan. Dia dapat merasakan aura kuat dan tak biasa dari tubuh gadis yang sudah berstatus sebagai adik ipar ke-4 nya, lebih tepatnya istri dari pengeran ke-4, Mo Jing Xuan.

"Aura itu memang tidak terlalu kuat, namun sanggup untuk membuat legan kiriku terbakar saat berada didekatnya." Geraman rendah keluar dari mulutnya. Tatapan matanya masih sama, menatap tajam kearah butiran pecahan porselen yang sudah menghiasi sebagian lantai ruang bacanya.

Ia masih mengingat, saat perjamuan minum teh oleh pengantin untuk keluarga. Saat dirinya berdiri tak jauh dari gadis yang sudah dipersunting adiknya. Sebuah bayangan dari aura gadis itu merengsek mendekatinya, menyayat lengan kirinya menciptakan luka seperti baru terbakar memenuhi pergelangan hingga sikunya. Itu juga yang membuat Pria berisis abu-abu itu bergegas meninggalkan acara.

"Ling Qiau." Sebuah bayangan hitam berkelebat dihadapannya. Saat bayangan itu sudah dapat terlihat jelas di penglihatannya. Dapat dilihat, seorang pria berambut putih dengan bekas luka menyilang di dekat mata kirinya tengah menekuk lutut memberi hormat pada pria beriris abu-abu.

"Ampun yang mulia pangeran, Ada surat untuk anda." Pria dengan surai coklat gelap mengambil surat dengan amplop berwarna merah darah dari tangan Ling Qiau.

Segera dibukanya surat itu, bau anyir darah dapat tercium saat surat dengan tinta merah terbuka lebar. Yanzhi mengetahui siapa pengirim surat ini. Senyum sinis tercipta di sudut bibirnya saat membaca penggalan kata di dalam surat itu.

"Heh... sampai kapanpun aku tak akan meminta bantuanmu, aku masih sanggup untuk menggulingkan kaisar dengan tanganku." Yanzhi berujar kuat, seakan orang yang diajak bicara dapat mendengar ucapannya.

"Heh... ku pegang ucapanmu pangeran arogan, tiba saat dimana kau meminta bantuanku. Aku tidak akan memberikannya secara percuma." Suara yang masuk di pikiran Yanzhi membuat pria itu menggeram marah, suhu ruangan meningkat drastis membuat Ling Qiau yang masih setia menunduk dapat merasakan aura mengerikan dari tuannya.

"Kau keluarlah, aku butuh waktu sendiri." Perintah bernada datar dan dingin itu membuat Ling Qiau segera mengangguk lalu sedetik kemudian menghilang menyisakan jejak abu kehitaman diruangan.

~♡~

Jing Xuan menatap lekat istrinya yang masih tak henti meneguk arak berkali-kali dari dalam cawan. Dan dapat Jing Xuan pastikan teko porselen berisi arak itu sudah tandas tak bersisa.

"Ahh... ini sudah habis." Nada merengek menyeruak keluar dari bibir mungil di balut lipstik merah milik Liwey. Jing Xuan menaikkan sebelah alisnya saat mendapati tatapan mata memicing dari gadis dihadapannya.

Jing Xuan mendengus. Dapat dipastikan dari cara Liwey yang berjalan terseok-seok dan hampir tersungkur mendandakan gadis kecil itu tengah mabuk sekarang. Tunggu, gadis kecil? ahh... bukankah Liwey memang kecil. Tinggi badannya saja bahkan tak mencapai dagu Jing Xuan. Membuat Jing Xuan sedikit kesulitan saat menciumnya tadi pagi.

Apa? Menciumnya? Pipi Jing Xuan memerah saat mengingat kejadian dimana dengan tidak tahu malunya mencium anak gadis orang di khalayak umum. Memang gadis yang ia cium sudah sah sebagai istrinya. Tapi dia juga membuat sejarah baru di wilayah kekaisaran Dong Yue.

"Kau... pangeran heterochromia." Alis tebal Jing Xuan menukik tajam. Apa tadi kata gadis kecil ini? Hete... hete apa?

"Kenapa kau harus menjadi suamiku sih." Liwey menatap Jing Xuan dengan mata setengah terpejam. "Ahh... Tuhan kenapa menghukumku seperti ini? Kenapa aku harus dihukum dengan terjebak di negri antah berantah ini?" Liwey merosot jatuh kebawah, tak sanggup lagi menopang berat badannya. Jing Xuan hanya menatap penuh tanya Liwey, tanpa berniat membantunya untuk berdiri.

"Hiks..." Jing Xuan tersentak saat mendengar suara isakan keluar dari gadis didepannya. Dan entah karena apa dan dapat dorongan dari mana. Jing Xuan mendekat kearah Liwey, menaikkan dagu gadis itu dengan ujung telunjuk tangannya.

"Aku rindu papa mama..." Gumam Liwey parau namun masih dapat ditangkap oleh Jing Xuan.

"Aku rindu teman-temanku. Aku rindu Abby, juga Edward." Liwey menarik nafas sebentar.

"Dan bodohnya aku juga merindukan teman penghianat yang tega menusuk dari belakang." Liwey kembali tertunduk, isak tangis kembali terdengar keluar dari bibir mungil yang entah kenapa membuat Jing Xuan ingin membungkamnya dengan ciuman hangat dan menenangkan. Dia tidak tahu dari mana datang perasaan sakit saat melihat gadis kecil dihadapannya menangis.

"Tapi... seberapa berat aku merindukan mereka... tetap saja aku tidak dapat mengingat jelas wajah mereka. Aku teman yang jahat, bukan?" Liwey terjatuh dalam dekapan Jing Xuan, deru nafas pelan teratur dapat dirasakan Jing Xuan dari gadis didalam dekapannya ini.

Perlahan Jing Xuan berdiri menopang tubuh Liwey yang berada di dekapannya dengan lutut. Mengangkat tubuh gadis itu perlahan. Lalu meletakkannya dengan penuh kehati-hatian di atas pembaringan.

"Kau tahu, kau membuatku penuh tanya dalam satu malam." Jing Xuan berujar sembari merapikan anak rambut Liwey.

"Kau memang terkenal bodoh, tapi kenapa aku malah merasa kau lebih pintar dariku." Menghela nafas lelah, Jing Xuan berdiri dari duduknya hendak pergi keluar meninggalkan Liwey beristirahat dikamarnya.

Namun langkahnya terhenti, saat sebuah tangan menggenggam pergelangan Jing Xuan. Baru saja kepalanya hendak menoleh tiba-tiba tubuhnya terasa tertarik kedepan. Matanya membola saat manik beda warna miliknya menatap tepat di manik amber gadis yang entah sejak kapan terbangun dan tersenyum kearahnya. Bukan senyum penuh pesona atau menggoda. Melainkan senyum dengan sirat kelicikan yang tak terduga.

Telapak tangan halus Liwey menekan pipi Jing Xuan gemas. "Mata Heterochromia ini sangat indah." Mata Jing Xuan membola, baru kali ini ada yang berkata bahwa mata miliknya indah.

Sejauh ini banyak yang mengatakan kalau matanya adalah mata dari titisan dewa. Tapi mereka tak ada yang berani menatap langsung tepat ke matanya. Bahkan dua selir yang setiap saat hendak mendapat perhatiannya tak berani menatap matanya, itu sebabnya Jing Xuan tidak pernah mau bermalam dengan para selirnya.

Apanya mata titisan dewa, tapi perilaku orang disekitar seakan menganggap matanya layaknya wabah penyakit yang menular. Mata dewa ... heh .

Tapi... Ada satu hal yang sampai sekarang masih menjadi pertanyaan di benak Jing Xuan. Sebenarnya Heterochromia ini apa? kenapa gadis yang berada dalam kungkungannya selalu mengatakan itu.

"Tapi aku kesal padamu, kau mencuri ciuman pertamaku." Jing Xuan menaikkan kedua alisnya. "Sekarang kau harus kembalikan ciumanku." Eh... apa? Bagaimana caranya?

Sontak mata Jing Xuan membola, saat dirasakan benda lembut dan kenyal mendarat di bibirnya. Bahkan dapat dirasakan ******* kecil yang dilakukan gadis dibawahnya ini. Membuat suhu tubuh Jing Xuan naik seketika. Rasa panas menjalar di seluruh tubuhnya. Dan ada hasrat seakan ingin memiliki gadis yang tengah menciumnya ini seutuhnya.

Dengan bibir yang masih terpaut, Jing Xuan menidakkan apa yang ada dipikirannya sekarang. Dia tidak pernah berniat untuk memiliki keturunan dengan Liwey, jadi dia harus menahan hasrat ingin menyentuh tubuh gadis dibawahnya sekuat mungkin. Ingat, dia pria normal.

Liwey melepas pagutan bibir mereka.

Tersenyum. "Aku sudah bisa tenang, ciuman pertama ku sudah kembali." Deret gigi yang berjajar rapi terlihat mempesona di mata Jing Xuan. Entah dia harus bersyukur atau tidak karena telah menikahi Liwey. Dia tak tahu.

"Aku mengantuk, aku ingin tidur. Good night." Liwey membalikan badannya menyamping membelakangi Jing Xuan. Menarik selimut menutupi tubuhnya hingga dada. Tak lama terdengar deru nafas pelan dan teratur serta dengkuran kecil dari mulut Liwey.

Berbeda dengan Liwey yang sudah terlelap mengarungi alam mimpinya. Jing Xuan menelan susah payah salivanya. Panas di sekujur tubuhnya masih terasa sangat menyiksa. Ahh... sepertinya dia harus berendam air dingin malam ini.

~♡~

Xo Xo...

Ini Chapter 5...

Oke disini Liwey udah menikah sama Jing Xuan.

Maka dari sini akan mulai banyak teka teki akan tujuan Liwey yang sebenarnya terlempar di dunia ini.

So... dont forget to

like

coment and...

Vote

Dan jangan lupakan juga beri rating cerita ini...

Biar Audhi semakin semangat nulisnya....

salam dari istrinya Kim Taehyung...

hehehe...

dunia tanpa halu bagai pasir tanpa debu.

Jing Xuan: ape sih lu dhi gaje banget.

Audhi : Diam lu, mending lu serius berendam sana.

Jing Xuan : elu sih gak mau buat adegan begituan.

Audhi : Hello audhi masih polos, kagak tau begituan.

Jing Xuan : Gua gak pernah yakin, namanya K popers otaknya gak da yang beres..

Audhi : Ending buat lu, mati dimutilasi yak?

Jing Xuan : Eh eh.. jangan donggg....

Audhi : //gambek mode

Terpopuler

Comments

Zaini

Zaini

lanjut kk

2021-02-16

0

꧁◇࿌ེེྂ_Pasulow_࿌ེེྂ◇꧂

꧁◇࿌ེེྂ_Pasulow_࿌ེེྂ◇꧂

Kepolosan ku hampir hilang, untung aja pikiran gw ga travel 🙁

2020-10-29

7

Andri Ari

Andri Ari

semangat thorrr....
kalu bisa upnya jangan lama.....👍👍👍

2020-10-15

4

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1: Dunia ini lagi.
2 Bagian 2: Lamaran.
3 Bagian 3: Hantaran
4 Bagian 4 : Hari Pernikahan.
5 Bagian 5 : Mabuk
6 Bagian 6 : Attack.
7 Bagian 7 : Reinkarnasi.
8 Bagian 8 : Kediaman Qu.
9 Bagian 9 : Putra Mahkota.
10 Bagian 10 : Ilusi
11 Pengumuman.
12 Bagian 11: Ilusi II
13 Pengumuman.
14 Bagian 12 : Wu Ailin.
15 Bagian 13 : Apa Kau Bilang!!!
16 Bagian 14 : Aksi Jambak.
17 Bagian 15 : Hukuman baru.
18 Bagian 16 : Kuil di Timur Dong Yuo
19 Bagian 17 : Jantung Jing Xuan
20 Bagian 18 : Rencana Ailin.
21 Bagian 19 : The power of light.
22 Bagian 20 : The Power of Light II
23 Bagian 21 : The power of light III
24 Bagian 22 : Jing Xuan Kenapa??
25 Bagian 23 : Ingin bersaing dengan jujur di kompetisi?
26 Bagian 24 : Jing Xuan, bayi besarnya Liwey.
27 Bagian 25 : Sentuhan Jing Xuan.
28 Bagian 26 : Aku mencintaimu.
29 Bagian 27 : Kerajaan Dong Yuo
30 Bagian 28 : Hubungan Ayah dan Anak
31 Bagian 29 : Tak Terkendali.
32 Bagian 30 : Tak terkendali II
33 Bagian 31 : Perjanjian.
34 Bagian 32 : Dilindungi atau Mencintai.
35 Bagian 33 : Kau Penyihir?
36 Bagian 34 : Bertolak Belakang.
37 Bagian 35 : Pangeran ke-8
38 Bagian 36 : Ulang Tahun Kaisar.
39 Bagian 37 : Jebakan.
40 Bagian 38 : Bebas.
41 Bagian 39 : Terguncang.
42 Bagian 40 : Apakah Aku Mencintainya?
43 Bagian 41 : Perasaan di Awasi.
44 Bagian 42 : Perasaan di Awasi II
45 Bagian 43 : Hongli.
46 Bagian 44 : Yang Sebenarnya.
47 Bagian 45 : Perjalanan.
48 Bagian 46 : Hujan.
49 Bagian 47 : Hal besar tengah menanti kalian.
50 Bagian 48 : Kilasan Kejadian.
51 Bagian 49 : Kilas Kejadian II
52 PENGUMUMAN
53 Bagian 50 : Hamil
54 Pengumuman.
55 Bagian 51 : Dimulai
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bagian 1: Dunia ini lagi.
2
Bagian 2: Lamaran.
3
Bagian 3: Hantaran
4
Bagian 4 : Hari Pernikahan.
5
Bagian 5 : Mabuk
6
Bagian 6 : Attack.
7
Bagian 7 : Reinkarnasi.
8
Bagian 8 : Kediaman Qu.
9
Bagian 9 : Putra Mahkota.
10
Bagian 10 : Ilusi
11
Pengumuman.
12
Bagian 11: Ilusi II
13
Pengumuman.
14
Bagian 12 : Wu Ailin.
15
Bagian 13 : Apa Kau Bilang!!!
16
Bagian 14 : Aksi Jambak.
17
Bagian 15 : Hukuman baru.
18
Bagian 16 : Kuil di Timur Dong Yuo
19
Bagian 17 : Jantung Jing Xuan
20
Bagian 18 : Rencana Ailin.
21
Bagian 19 : The power of light.
22
Bagian 20 : The Power of Light II
23
Bagian 21 : The power of light III
24
Bagian 22 : Jing Xuan Kenapa??
25
Bagian 23 : Ingin bersaing dengan jujur di kompetisi?
26
Bagian 24 : Jing Xuan, bayi besarnya Liwey.
27
Bagian 25 : Sentuhan Jing Xuan.
28
Bagian 26 : Aku mencintaimu.
29
Bagian 27 : Kerajaan Dong Yuo
30
Bagian 28 : Hubungan Ayah dan Anak
31
Bagian 29 : Tak Terkendali.
32
Bagian 30 : Tak terkendali II
33
Bagian 31 : Perjanjian.
34
Bagian 32 : Dilindungi atau Mencintai.
35
Bagian 33 : Kau Penyihir?
36
Bagian 34 : Bertolak Belakang.
37
Bagian 35 : Pangeran ke-8
38
Bagian 36 : Ulang Tahun Kaisar.
39
Bagian 37 : Jebakan.
40
Bagian 38 : Bebas.
41
Bagian 39 : Terguncang.
42
Bagian 40 : Apakah Aku Mencintainya?
43
Bagian 41 : Perasaan di Awasi.
44
Bagian 42 : Perasaan di Awasi II
45
Bagian 43 : Hongli.
46
Bagian 44 : Yang Sebenarnya.
47
Bagian 45 : Perjalanan.
48
Bagian 46 : Hujan.
49
Bagian 47 : Hal besar tengah menanti kalian.
50
Bagian 48 : Kilasan Kejadian.
51
Bagian 49 : Kilas Kejadian II
52
PENGUMUMAN
53
Bagian 50 : Hamil
54
Pengumuman.
55
Bagian 51 : Dimulai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!