edit : ada banyak bagian yang di revisi di chapter ini, dan mungkin juga ada perubahan cerita di tiap paragrafnya ... kalo berkenan, boleh di baca ulang ...
Hasil dari mengubrak abrik pinterest...
Akhirnya Audhi nemuin juga pict khusus pangeran ke-4 ..
Ini dia pangeran Heterocromia kesayangannya Audhi. Gimna ganteng kan... so pasti la
~♡~
Liwey Pov.
Arghhh ....
Sakit, kepalaku sangat sakit. Haishh ... aku tahu, ini pasti akibat ulah nenek lampir jaman dahulu itu. Kurang ajar banget memang, ingatkan aku untuk membalas perbuatannya lain waktu.
Masih dengan mata yang sedikit terpejam, aku dapat merasakan bahwa aku tak sedang di pembaringan?
Ah ... apa maksudnya ini, bukannya terakhir kali aku tengah berbaring di ranjang empuk kediamanku yang baru 'kan? tapi kenapa aku malah berdiri?
Dengan cepat, aku langsung membuka mata. Percayalah wajahku sekarang pasti sangat jelek. Dengan mata yang sempurna membola bahkan hampir keluar dari tempatnya, bibir menganga, dan hidung kembang kempis? oke aku akui, aku jelek. Tapi kalian harus melihat apa yang mataku temukan. Apa-apaan ini, tak cukupkah aku terbangun di dunia antah berantah yang berisi manusia dengan pakaian khas cina kuno. Dan sekarang kenapa aku malah terdampar di tempat yang sialnya sangat indah.
Sejauh mata memandang, mataku di suguhkan dengan penampakan bagunan cina kuno dengan banyak anak tangga untuk menuju pada sebuah pintu besar yang sedikit terbuka. Jangan tanya aku berapa buah anak tangga itu sekarang, yang jelas itu sangat tinggi. Aku heran, apa motifasi arsiteknya untuk membangun anak tangga sebanyak itu, buat tempat fitnes gratis?
Aku berdiri tepat di depan undakan tangga menuju pintu gerbang. Perlahan aku mulai menaiki tangga, entahlah... Aku merasa aku harus naik dan masuk kedalam pintu gerbang besar yang tengah terbuka itu. Seakan orang yang berada di dalam bagunan indah ini sedang menantiku untuk berkunjung.
Dan disinilah aku berada. Di depan pintu gerbang besar bagunan. Tapi... ada yang aneh, kenapa bagunan ini serasa sangat sepi sekali ya? atau ini memang sepi... maksudnya tidak ada yang menghuni. Sungguh rugi, bangunan besar yang masih kokoh ini tak ditempati oleh seorang pun, terus untuk apa aku datang kesini?
Ahh ... usah difikirkan, sekarang ayo kita masuk kedalam.
"Permisi," ucapku begitu menginjakkan kaki di dalam bagunan tua itu. Dan tidak ada siapapun selain angin yang berhembus dan menggoyangkan dahan serta daun pohon persik yang tak jauh dari pintu.
Sekarang aku harus benar-benar menanyakan, untuk apa aku kesini?
Triingg...
Suara apa itu? Leherku berputar kerah jam 9 sontak mataku memicing tajam saat melihat dua bayangan yang tengah adu pedang di tengah bagunan. Eh... bukannya itu si pangeran heterochromia. Sedang apa dia disini... bertarung? Kepalaku meneleng kekiri. Masih menatap lurus kearah dua orang yang tengah beradu pedang.
Whusshh...
Wahh... ajaib. Seiring hembusan angin, dua orang itu menghilang. Kayak hantu aja, 'kan aku jadi merinding.
Tap....
Eh... ada orang ya disini? Pastilah ada orang Liwey bodoh. Kalau tidak bagaimana mungkin ada yang menepuk bahumu. Tapi... bisa jadi juga ini hantu kan? Sumpah aku sudah parno sekarang, pengalaman mengerikan tentang hantu aku tak ingin melihatnya lagi ... kumohon, yang dibelakangku, siapapun jangan berubah menjadi hantu ya.
Aku menghembuskan nafas perlahan, yah aku sudah memutuskan untuk menoleh memastikan siapa yang ada di belakangku sekarang ini. Siapapun itu, semoga bukan orang aneh ataupun hantu.
1....
2....
3...
Buka matamu Qu Liwey.
"Kyaaaaaaaa....!!!"
~♡~
Jiali berlari cepat kearah kamar nonanya. Sungguh dia panik sekarang. Apa yang terjadi dengan nonanya? kenapa nonanya berteriak begitu keras. Membuka pintu kamar secara paksa. Jiali segera menuju ranjang tempat pembaringan Liwey. Dapat dilihatnya Liwey tengah mengatur deru nafas.
"Nona, anda kenapa? Apa ada sesuatu yang menakutkanmu?" Bibir Liwey bergetar hebat, jari-jari kuku lentiknya ia gigiti. Apa itu? dia tidak pernah melihat hantu dengan wujud seperti itu. Apa-apaan hantu dengan perban di mata. Apa matanya sudah di congkel sehingga hantu itu menutupi matanya dengan perban dari sutra? Aneh-aneh saja hantu di jaman ini.
Melihat nonanya tak kunjung menjawab pertanyaan. Membuat Jiali semakin panik. Digoncangnya pelan lengan Liwey. Berusaha menyadarkan nonanya ke alam sadar.
"Nona, anda kenapa? ceritalah kepada Jiali, nona... Hiks."
Liwey tersentak dari alam pikirannya, matanya membola mendapati Jiali yang biasanya selalu tersenyum kini menangis. Apa dia punya masalah?
"Jiali kau kenapa? Kenapa kau menangis?" Masih dengan terisak Jiali menatap lekat wajah nonanya yang terlihat khawatir.
"Anda mengabaikan pertanyaan Jiali, nona. Hikss... Jiali takut Hiks... Nona kenapa-napa." Liwey tersenyum menanggapi, diusapnya puncak kepala gadis yang senantiasa dikepang itu lembut.
"Sudahlah... berhentilah menangis, aku tak apa-apa. Lebih baik kau bantu aku mandi!" Jiali mengangguk mendengar perintah dari Liwey, dengan segera gadis berkepang itu melangkah menuju tempat pemandian. Liwey menatap punggung berhanfu cokelat Jiali keluar dari kamarnya.
Huuufttt...
Liwey mendesah lelah, entah kenapa kepalanya mendadak pusing sekarang. Bayangan hantu pria berambut putih dengan perban dimata segera ia enyahkan dari pikiran. Tidak, dia tidak boleh memikirkan itu. Mungkin dengan berendam air panas dia bisa menjadi lebih rileks... Ya semoga saja.
Suara ribut dari luar mengalihkan atensi gadis beriris amber di sana. Perlahan kaki nya melangkah menuju asal suara. Dan apa yang kalian pikirkan ia lihat? Ahh... mungkin ada salah satu tebakan dari kalian benar. Banyak barang yang ditutupi kain sutra merah berbordir benang emas sudah tersusun rapi di ruang tengah paviliun yang ia tempati sekarang. Kedua alis hitamnya bertaut bingung. Ada acara apa? kenapa banyak sekali benda dengan kain merah di sini?
"Hei..." Liwey menghentikan kegiatan salah satu pelayan pria yang tengah memindahkan barang di sana.
"Ada apa yang mulia putri?"
Tidak langsung menjawab, Liwey kembali mengedarkan matanya kearah susunan barang itu. Mencoba menebak apa isinya.
"Hmm... itu apa?" Tunjuknya kearah barang yang sedari tadi tak berhenti datang dan memenuhi ruang tengah paviliun miliknya.
"Itu hantaran pernikahan dari pangeran ke-4 yang mulia putri." Liwey mengangguk, disuruhnya pelayan itu pergi, lalu beranjak masuk kedalam kamarnya, duduk bersila diatas tempat tidur. Apa jaman dahulu hantaran pernikahan sebanyak itu? Aku penasaran apa saja isinya? Liwey membatin.
"Nona, air mandi anda sudah siap." Suara Jiali menghentikan rasa penasaran Liwey, yah... sekarang lebih baik mandi terlebih dahulu. Dan untuk apa saja isi hantaran, itu cerita nanti.
"Baiklah, aku akan mandi. Lebih baik kau bantu mengurus hadiah di depan sana! Saat selesai mandi aku ingin melihatnya."
"Baik nona." Liwey mengangguk, segera ia masuk kedalam bilik mandi di sudut kiri kamarnya. Menanggalkan baju lalu berendam, merilekskan fikirannya barang sejenak.
~♡~
Yimin mendengus, kedua tangannya terkepal melihat kereta-kereta yang membawa hantaran pernikahan dari pangeran ke-4 untuk Qu Liwey. Wajahnya sudah memerah menahan amarah. Sebenarnya apa bagusnya Qu Liwey itu? Gadis bodoh dan lemah yang bahkan tidak tahu arti idiom mudah kenapa bisa seberuntung ini. Seharusnya dialah yang mendapatkan hantaran itu, dialah yang seharusnya menikah dengan pangeran ke-4. Arghh... dia tidak mau ini terjadi, dia tidak boleh tinggal diam. Dia harus merencanakan sesuatu agar pernikahan pangeran ke-4 dan Qu Liwey batal. Harus.
Tap...
Sebuah tepukan di bahu kirinya, membuat Yimin segera berbalik. Alisnya berkerut saat mendapati senyum merekah dari wajah Huangli-ibunya. Apa maksud senyuman ibunya ini? Apa dia sudah mendapatkan rencana bagus untuk membatalkan pernikahan yang akan berlangsung 2 hari lagi ini?
"Biarkan saja Liwey menikah dengan pangeran ke-4..."
"Apa!! Tapi..."
Huangli menempatkan jari telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan untuk diam. Senyum sinis tercipta di bibirnya. Membuat Yimin semakin tak mengerti rencana busuk apa yang kini bersemayam di otak ibunya ini.
"Aku mendengar kalau yang mulia Putra Mahkota, juga tengah mencari permaisuri..." Diletakkan tangannya di kedua bahu Yimin.
"Apa kau tak tertarik untuk menjadi milik Putra mahkota..." seringaian sinis tercipta di bibir merah nya. Perlahan mendekat, berhenti didepan telinga putri tersayangnya ini, "Aku akan diskusikan dengan ayahanda untuk menikahkanmu dengan Putra mahkota, bagaimana?"
Yimin tersentak kebelakang mendengar penuturan ibunya ini. " Ibu, pemilihan permaisuri untuk putra mahkota tak segampang itu..."
Yimin menunduk, "lagipula... aku hanyalah anak seorang selir dan..."
Kembali Huangli meletakkan jari telunjuk kedepan bibir. "Jangan membicarakan dirimu sebagai anak selir lagi, kau juga akan menjadi anak sah kediaman perdana mentri Qu secapatnya, ikuti saja permainan ibumu ini sayang."
"Benarkah, bu?" Yimin bertanya dengan antusias.
"Tentu... jadi kau jangan terlalu berharap dengan pangeran cacat itu lagi." Huangli tersenyum licik, Bagaimana pun sebentar lagi. Tinggal menunggu Liwey menikah dengan pangeran ke-4 yang dijuluki mata dewa... Heh mata dewa apa? Mata cacat seperti itu bisa dibilang mata dewa. Tidak ada manusia normal memiliki mata dengan dua warna berbeda.
Ahh... Huangli emakin tak sabar, pernikahan Liwey adalah pernikahannya juga. Ia akan diangkat sebagai nyonya sah kediaman Qu dan nasib anak perempuan kesanyangannya akan lebih baik dari pada Qu Liwey bodoh itu. Lihat saja nanti.
~♡~
Liwey sudah siap dengan Hanfu kuning cerahnya. Matanya tak henti menelisik dan menerawang benda apa saja yang tertutupi kain merah itu. Dilihatnya Jiali mengangkat sebuah nampan dengan ukuran sedang kedahadapannya.
"Bukalah, nona." Liwey mengangguk sebentar, lalu membuka penutup kain yang menutup nampan itu. Sebelah alisnya naik melihat lipatan kain merah berbordir emas di sana.
"Apa ini?" tanyanya.
Jiali tersenyum, ditutupnya kembali kain merah itu dengan kain penutup sebelumnya. Lalu beralih menatap Liwey yang masih menatap penasaran menunggu jawaban dari mulut Jiali.
"Itu adalah pakaian pernikahan mu, nona. Kau akan mengenakan itu di hari pernikahan nanti."
Liwey mengangguk paham sembari ber-oh-ria. Matanya kembali melirik kearah kotak kayu di samping Jiali.
"Jiali.., tolong ambilkan kotak itu." Dengan sigap Jiali mengambilnya dan memberikan kepada Liwey. Dibukanya kotak itu. Kali ini matanya berbinar. Diambilnya salah satu jepit rambut emas dari dalam kotak lalu menelitinya.
"Wah... Jiali, apa ini emas sungguhan." Jiali mengangguk sebagai jawaban. Liwey berdecak kagum. Matanya masih menelisik sudut demi sudut jepit rambut ditangannya.
"Kalau dijual aku bisa dapat uang berapa ya?" gumamnya. Jiali yang mendengar gumaman Liwey segera mengambil jepit rambut dari tangan Liwey, meletakkan kembali ke dalam kotak lalu meunutupnya.
"Hei... apa yang kau lakukan." Liwey berseru geram. Siapa yang tak kan kesal saat fokusmu meneliti sebuah benda teralihkan karena benda itu diambil paksa. Kalian juga pasti akan kesal kan?
"Maafkan, Jiali nona. Tapi barang ini tidak boleh nona jual. Barang ini semuanya akan nona kenalan di hari pernikahan nona nanti," jelas Jiali sembari menunduk. Liwey mendengus. Baiklah kalau barang itu tidak boleh dijual sekarang. Tapi nanti jika dia sudah bercerai dengan pangeran heterochromia itu dia akan menggadaikan barang-barang ini, setelah itu dia akan bebas berkelana deh.
Liwey mengangguk sembari tersenyum, eh... seakan teringat sesuatu. Dia bertanya pada Jiali.
"Eh... apa didunia ini ada hantu yang menutup mata pakai perban, ya?" Liwey sudah gatal ingin menanyakan ini sedari tadi. Awalnya dia kira setelah berendam dan membersihkan diri dia akan terlepas dari bayang-banyang hantu mata perban itu. Tapi nyatanya dia masih saja kepikiran.
Jiali mengerut mendengar penuturan Liwey, mengusap dagu. Jiali kemudian menggeleng.
"Ampun nona, tapi Jiali tak pernah mendengar ada hantu seperti itu dari rumor." jelasnya.
"Benarkah? apa kau sudah memastikannya?"
Lagi-lagi Jiali menggeleng. "Sudah 15 tahun Jiali hidup di dunia, Jiali tidak pernah mendengar rumor akan hantu itu, nona."
Liwey berdecak frustasi. Jadi yang dimimpinya itu hantu apa? Jika bukan hantu dijaman ini, jadi itu hantu dari jaman apa? ah... ada lagi.
"Hmm... kalau bagunan tua dengan seratus anak tangga, apa kau tahu?"
Sekali lagi Jiali menggelang. "Hanya ada stu bangunan tua disekitaran kerjaan ini nona, hanya saja bangunan itu tidak memiliki tangga."
Liwey kembali menghela nafas. Baiklah. Mungkin itu hanya akan terjadi di mimpinya saja. Hmm... sudah lah tak usah lagi di pikirkan. Sepertinya berjalan-jalan sebentar akan merefresh otaknya.
"Jiali, Bawa aku berjalan-jalan disekitar paviliun ini. Aku ingin menghirup udara sebentar." Jiali mengangguk. Membereskan kekacawan di tempat penyimpanan hantaran. Lalu mengikuti langkah Liwey yang sudah terlebih dahulu keluar dari ruangan.
Entah Liwey harus bersyukur atau tidak terjebak di dunia lampau ini. Tapi kalau boleh dikatakan. Dunia ini tidak kalah buruk dengan dunia tempat tinggal aslinya. Walaupun tidak ada handphone dan listrik. Tapi setidaknya dia pasti akan panjang umur di sini. Sebab tak ada polusi. Air masih terjaga kelestariannya. Tidak ada limbah pabrik yang membusuk di aliran sungai. Dan juga tak ada sampah plastik yang menyebabkan banjir. Setidaknya hidup disini lebih nyaman dan asri dari pada perkotaan yang padat dan penuh dengan polusi dimana-mana.
Langkah kakinya terhenti di depan sebuah danau buatan yang penuh dengan berbagai macam jenis teratai. Senyum pahit tersunging di bibirnya. Walaupun danau ini tidak seluas dengan danau yang menyebabkan ia terdampar di dunia ini, tapi tetap saja tragedi yang membuatnya trauma akan riak tenang danau membuatnya sedikit gemetar.
Kilas balik kejadian dia terjatuh dari atas kapal kembali terngiang di otaknya. Teriakan dari teman-temannya yang terkejut kembali terngiang di telinga. Suara riak air, suhu air yang dingin, pemandangan gelap didalam air dan juga rasa sesak yang tak dapat ditolerir kembali memenuhi fikiran Liwey.. Dengan susah payah Liwey menelan salivanya. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran. Liwey sempat bergumam.
"Apa jalanku kembali adalah danau?"
~♡~
"Salam pangeran." Mo Jing Xuan, menoleh sekilas kearah Yubo lalu melanjutkan kembali kegiatan melukisnya.
"Ada apa?" Sembari masih tetap melukis dia bertanya.
"Ampun pangeran. Hamba melihat Putri kedua Qu, tiba-tiba tak sadarkan diri didekat danau paviliun peonix.
Gerakan tangan Jing Xuan terhenti sebentar, kemudian kembali melanjutkan lukisannya.
"Apa ada orang yang mencelakainya?"
"Tidak ada pangeran. Dari yang saya pantau keamanan kediaman perdana mentri diperketat. Jadi tidak ada tanda-tanda penyusub atau pembunuh masuk."
Jing Xuan mengangguk, di letakkannya kuas dari pengangannya ketempat asal.
"Apa dia sakit?"
Yubo menggeleng. Jing Xuan menoleh menatap pria berambut coklat di depannya. "Tetap awasi Putri Qu Liwey, dan beri tahu aku perkembangannya."
Yubo mengangguk, menunduk hormat lalu beranjak keluar dari ruang baca Jing Xuan.
Jing Xuan menghela nafas lelah. Apa keputusannya mengikuti dekrit kaisar adalah benar? Apa dia akan siap mendengarkan cercaan dari penghuni istana karena dia menikah dengan Liwey yang dikenal dengan kebodohannya? Apa dia sanggup menelan mentah rumor tentang seorang pangeran yang beringas di medan perang namun tak bisa memilih istri yang layak? Ah... dia tak tahu akan itu. Semoga saja Qu Liwey ini mudah diajak kompromi dan dia akan senang hati mengajarkan teori dasar untuk meminimalisir kebodohannya.
"Kakak..." Suara cempreng dari seorang gadis kecil mengalihkan atensi Jing Xuan. Sebuah senyum tipis terbit di bibirnya.
"Ada apa Mo Liang Jie?" Gadis bernama Liang Jie itu merengsek duduk di pangkuan Jing Xuan.
"Bermainlah denganku!" Pintanya. "Selir Li Lua dan Lian Ji tidak ingin bermain bersama dengan ku, mereka lebih suka bersolek agar kakak mau melirik mereka."
Jing Xuan tersenyum tipis. Mengusap rambut adiknya yang berwarna serupa dengan rambutnya lembut.
"Maaf, kakak masih harus mengurus hiasan ruangan untuk pernikahan kakak besok. Jadi Jie'er bermain dengan Bobo dulu saja."
Gadis itu mengangguk, "Baiklah, aku berharap gadis yang menjadi Putri Xuan nanti mau bermain denganku, bukan seperti selir-selir yang mementingkan penampilan itu." Liang Jie mencebikkan bibir.
"Aku sangat yakin kakak tak kan pernah mau bersama dua wanita dengan dandanan tebal itu... tapi kenapa kau mengambil mereka sebagai selirmu?"
Jing Xuan mengerutkan dahi sembari mengelus dagu layaknya orang berfikir.
"Entahlah... intinya kakak tak pernah suka dengan mereka."
"Hmm... kalau begitu, setelah menikah nanti kau jangan lagi pedulikan mereka, kak. Kau harus lebih memberikan perhatianmu pada kakak ipar dari pada dua selir tak berguna itu."
Jing Xuan tersenyum menanggapi. Dielusnya kembali puncak kepala gadis kecilnya penuh sayang. Hm... bagaimana pun Jing Xuan juga akan memberikan perhatian pada Liwey. Tapi bukan perhatian seorang suami pada istrinya. Melainkan perhatian seorang guru pada murid bodohnya yang lerlu bimbingan serius.
~♡~
Hai... hai...
sudah part 3 ya...
Menurut kalian apa Jing Xuan bakalan memberikan perhatian seorang guru dan murid dengan Qu Liwey yang sekarang?
Kalaupun ia, pasti perhatian seorang guru yang jatuh dalam pesona ke bar-baran muridnya..
hahahaha.
//plak..
//diam.
Jing Xuan : Gaje lo Dhi...
Author : wahhh... beneran minta tonjok ni pangeran putih heterochromia.
Jing Xuan : bukannya lo suka ya sama mata gua yang heterocromia ini. //menggoda.
Author : tidak itu kesukaannya si Liwey, bukan gue.
Liwey : bukannya lo bilang ya tadi kali lo jatuh cinta sama mata heterochromia nya si Xuan.
Jing Xuan : beneran Dhi, wahh... kalo begitu lo telat dong... Mata gua cuman buat Liwey..
Audhi : oke oke... tindas aje semau kalian. Baru kali ni gua liat Author ditindan MC nya sendiri...
Gua buat sad ending kalian baru tau rasa.
Liwey : ye.. jangan dong dhi..
Jing Xuan : Wah.. jangan dong dhi, buat cerita kami happy ending dong...
Audhi : // ngambek mode.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kembali Audhi ingatin...
pencapaian target buat crazy up..
10 like.
5 koment..
and jangan lupa kasi vote juga audhinya..
terus kasi rating juga ya...
biar audhi makin semangat buat crazy up nya...
oh ya... Audhi lagi tertimpa ide yang meluber-luber untuk cerita yang ini...
Jadi.. Audhi bakalan up sesering mungkin... yeayy...
tapi tetap aja.. buat crazy up.. audhi nentuin target.. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Eleanor_sky8
Nunggu End dlu deh,bru baca lagi:)
2021-05-18
0
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
alur ceeritanya Jauh beda dgn Novel lainnya
2021-01-04
0
Cahya willy
semoga meluber luber mulu dan dpt kontrak dr mt thor
2020-11-06
0