Pemilik Halu
Naya adalah seorang gadis remaja 18 tahun yang berkehidupan sederhana. Menurut orang-orang sekitarnya, Naya termasuk golongan manusia diatas rata-rata. Pandai dalam pelajaran, bisa main gitar, rajin ibadah, baik. Ahh, pokoknya idaman.
Mempunyai bakat yang diinginkan semua orang, seharusnya seorang Naya harus bangga dong. Tapi kenyataannya, kehidupannya lumayan rumit.
Dalam keadaan apapun, Naya berusaha membuat semuanya terlihat biasa dan menyenangkan. Karena gadis ini cukup pro-aktif. Saking aktifnya kadang banyak yang kesal karena tingkah dan perkataannya.
"Din, lo tahu enggak?" Dinda yang kala itu sedang duduk di bangkunya sempat terlonjak karena pundaknya dipukul oleh Naya.
"Ya enggak tahulah, kan belum di kasih tahu." Ucapnya sembari mengelus pundaknya.
"Gue itu orangnya humoris," saat mengatakan itu Dinda mengernyitkan kening tanda tak terima, "saking humorisnya, orang jatuh aja gue ketawa." Timpalnya.
"Dih," Dinda langsung memukul Naya dengan sembarang dan akhirnya tergelak bersama.
Dinda salah satu sahabat Naya di SMK, Mereka satu kelas plus sebangku. TKJ 2. Jadi kalau ada suara heboh sudah dipastikan itu ulah mereka berdua. Sebenarnya ada 3, satunya lagi beda kelas, TKJ 1. Namanya Widya. Kalau sudah jam istirahat, murid-murid lain lebih memilih jaga jarak, karena 3 sejoli ini sangat amat bising.
Meskipun sama-sama pro-aktif, postur tubuh dan wajah mereka sangat berbeda. Kalau untuk urusan bak model itu ahlinya Widya, karena gadis ini memiliki wajah yang berparas cantik, tinggi, hitam manis, mancung, dan tentunya tipu daya berbicara lembut saat pertama kali berkenalan.
Meski sekali lihat langsung terpesona pada Widya, tapi kalau sudah berteman dengan Dinda, perlahan banyak yang menyukainya. Memang tidak secantik Widya, namun tutur kata, sopan santun, dan kulitnya putih bersih banyak yang akan beralih. Makanya kalau urusan percintaan mereka tak jarang bertengkar kecil-kecilan dan Naya harus selalu jadi penengah sekaligus penghangat diantara kebekuan kedua sahabatnya itu.
Kalau Dinda dan Widya memiliki daya tarik seperti itu, beda dengan Naya. Gadis ini tidak terlalu heboh dalam urusan percintaan. Baginya cukup bahagia dengan diri sendiri, keluarga, dan sahabatnyanya.
Dari penampilan pun, Naya yang terlihat sangat sederhana diantara ketiganya. Tidak memakai bedak kemanapun, apalagi lipstik. Walaupun memiliki segudang prestasi, Naya tidak terlalu dikenal kaum Adam karena penampilannya tidak mencolok.
****
Pulang sekolah.
"Nay, kita berdua ke kost lo lagi ya." ucap Widya, "ya kan Din?"
"Yoi," saut Dinda sembari memasukkan satu tusuk bakso bakar ke mulutnya.
Naya yang menunggu baksonya siap dipanggang pun menoleh, "Gini ya, kalau gue enggak ngijinin kalian main ke kost, besok-besok kurus gue hahahaha"
"Maksudnya Neng?" Nanya sang pedagang bakso bakar yang tidak mengerti maksud gadis yang sedang tertawa itu.
"Si Naya lagi pake bahasa planet lain, jadi susah dimengerti Bang," ucap Dinda yang membuat sang pedagang semakin mengerutkan dahi.
"Gini Bang, Naya kan anak kost, kalau cuman mengharapkan kiriman dari kampung mah cukup 2 Minggu aja udah syukur Bang," Naya menjelaskan, "Jadi dua manusia ini sering kasih Naya makanan gratis dari rumah mereka, plus uang jajan. Kalau Naya macem-macem apalagi ga bolehin main ke kost mau makan apa Naya Bang," lanjutnya mendramatisir.
Setelah mengangguk tanda mengerti dari sang pedagang, kemudian Naya berkata lagi,
"Udah langganan juga, masa sih Abang belum ngerti-ngerti bahasa planet ala kita. Ah, enggak peka Abang ini."
"Makanya Neng, jangan keseringan cuma kasih kode, cowok itu susah ngerti kadang." Balas sang pedagang.
"Bukan kadang Bang, emang susah peka." Balas Widya tak kalah.
Dinda yang malas menanggapi antara kode dan peka, tiba-tiba kepikiran sesuatu.
"Ini namanya bakso bakar, tapi kok dipanggang ya?" Gumamnya dalam hati.
"Bang pake kriuk ya." Ucap Naya saat pesanannya hampir matang.
Setelah memberikan pesanan Naya, pedagang itu bertanya kepada mereka,
"Neng, tahu enggak saat kapan kita ngeliat orang bagaimana pun penampilannya, tingkah lakunya, jalan, lari, makan, tapi tetap terlihat cantik atau ganteng?"
Sejenak Dinda dan Widya menyimak dan mulai berfikir. Naya yang menyaksikan kedua temannya tampak berfikir, kemudian berkata, "enggak usah berlagak berfikir, gue tahu kok, otak lo berdua tinggal tadi di ruangan cuma tempatnya doang dibawa kesini."
"Sialan", umpat mereka berdua hampir bersamaan, Naya jadi cekikikan lalu menoleh ke arah sumber pertanyaan.
Dengan santai Naya menjawab, "Saat kita jatuh cinta sama seseorang Bang"
"Lah, kok tau Neng?"
"Semua orang ngalamin itu kali Bang." Ucap Naya
"Abang pikir Neng Naya enggak ngerti soal kaya gitu."
"Selow Bang, Naya normal kok. Kuat malah." Ucap Dinda.
"Maksudnya kuat neng?" Tanya sang pedagang.
Kali ini Widya yang menjawab, "iya Bang, si Naya kan udah mendam rasa sama musuh sendiri selama 2 tahun, jadi Naya kuat nahan perasaan sendiri."
Dinda menyahut, "Kuat saat enggak dianggap, kuat saat bertepuk sebelah tangan,"
"Kuat saat pura-pura benci namun menggebu-gebu waktu berpa-pasan yhaaa" Teriak Widya tidak mau kalah menggoda Naya.
Saat mulai gencar mengejek, Naya membungkam mulut Widya,
"Selo Wid, mulutku masih terbuka lebar kok buat ngebahas soal kuat," kata Dinda yang sudah mulai berlari menjauh saat Naya ingin menepuk keningnya.
Dinda mulai berteriak lagi, "Bang, Naya juga kuat kok kalauuuuuuu" mulutnya tiba-tiba gagap untuk melanjutkan perkataannya saat melihat sosok seseorang yang lewat sekilas mengendarai sepeda motor yang tak lain adalah Josua musuh bebuyutan Naya sekaligus idamannya.
Naya yang hendak mengejar Dinda, cepat-cepat mengurungkan niatnya.
Tiba-tiba Dinda teriak lagi, "Kuat buat pura-pura enggak liat dia yhaaaaa"
Naya mencebikkan bibirnya. Lalu mengambil sikap tidak acuh, dan mulai menyantap bakso bakar yang ia pesan tadi.
Sang pedagang masih memandangi kearah jalan yang dilewati oleh musuh bebuyutan Naya, kemudian menoleh pada Naya
"Yang itu orangnya Neng?" Tanya sang pedagang. Naya diam tak menanggapi. "Biasa aja mukanya Neng, kok mau sih?"
Naya mencebik. "Kan ini namanya saat jatuh cinta Bang, gimana sih." Ucap Widya.
Kemudian sang pedagang tersenyum, ingat akan pertanyaan yang ia lontarkan beberapa saat lalu.
Dinda menghampiri mereka kembali, "Dan yang perlu Abang tahu dan ingat, itu orang yang lewat tadi yang buat Naya jadi orang kuat hahaha" Gelak tawanya semakin besar karena Widya juga ikut tergelak
"Neng Naya bisa kuat gitu rahasianya apa?" tanya sang pedagang saat 3 sejoli itu memutuskan pulang ke kost Naya
"Minum obat kuat Bang"
:)
**********
Writer : Hy, para readers. Makasih banget kalau mau mampir ke karya pertama aku.
Butuh saran" dari kalian semua, bantu Author ya:)
kalau suka jgn lupa like dan koment yaaaa... di buat ke daftar favorit lebih bagus malah heheheh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ismi safina
lanjut
2020-10-23
1