Bukkk!
"Lepas"
"Over, oi!
Lagi-lagi Naya mengambil alih memukul bola voli di tengah lapangan yang sedang berlangsung. Gadis itu penuh peluh keringat yang bercucuran, penampilannya berantakan.
Saat olahraga, Naya selalu aktif. Apalagi jika sudah bergabung dengan murid laki-laki dikelasnya.
Meskipun suka berteman dengan para kaum Adam, Gadis itu paling tidak suka jika ada yang tidak sopan apalagi menyentuh dirinya.
Naya yang sudah mulai lelah dan bosan, menjauh dari lapangan, duduk sembarang di salah satu pohon yang ada di sekolah itu. Manik matanya menangkap sosok sang pujaan yang agak jauh dari tempatnya.
Memandang wajah mu cerah, membuatku tersenyum senyum senang, indah dunia.
Lantunan lagu yang berjudul bersamamu muncul di khayalan Naya saat gadis itu melihat sosok yang dikaguminya.
Meskipun tidak pernah aktif di bidang olahraga, Josua tetap jadi pujaan hati sang Gadis yang sedang duduk dibawah pohon itu.
"Eh Nay, gue males ngikutin jam pelajaran, gue mau cabut, atur ya." Naya menatap tidak suka pada Erwin yang sudah mencolek bahunya.
"Kalau lo ada perlu, mau ngomong sesuatu, lo cukup manggil nama gue, enggak usah colek-colek. Sekali lagi lo kurang ajar, gue colek tuh ginjal."
"Gue kira anak-anak lain pada bohong, ternyata mereka benar, lo sok jual mahal." Erwin mendecih tersenyum miring.
Mendengar itu, Naya bangkit berdiri. Gadis itu menyipitkan matanya. "Kalau lo tadinya cowok gue, enggak perlu lo minta, gue duluan yang nawarin badan gue." Naya berlalu.
"Lihat aja nanti."
***
Kelas Naya yang berada di lantai 3, membuat gadis itu agak mengeluh menaiki anak tangga. Samar-samar gadis itu mendengar,
"Jangan..."
"Plis, jangan."
Difikiran Naya, " ada pelecehan, nih." Gadis itu mempercepat langkahnya menaiki tangga. Yang dilihatnya jauh berbeda dari anggapannya. Tapi tetap saja Ia tidak suka melihat pemandangan ini.
"Enggak usah banyak bacot lo, serahin duit lo!" Ucap salah satu murid yang berwajah sangar. Siapa lagi tukang palak kalau bukan segerombolan kawanan Erwin, tapi saat itu Erwin tidak ikut.
"Duit gue tinggal ongkos, Doni." Ucap Joni dengan wajah yang memelas dan meronta-ronta untuk dilepaskan. Dua murid lain memegangi tangan Joni kiri-kanan, sementara Doni memegang kerahnya.
Naya menghela nafas, memejamkan mata.
Dengan sekali hentakan, Gadis itu menarik kerah belakang baju Doni,
Bukkk!
Satu kepalan melayang ke pipi pemuda itu. Kemudian berlanjut.
Plak!
puk!
Bukkk!
Bersamaan dengan itu, jam pelajaran olahraga kelas Naya telah habis, penghuni kelasnya beramai-ramai dan terkejut saat berada di anak tangga.
"Naya!" Pekik Dinda. Sedangkan murid perempuan lainnya berteriak histeris. Doni terkapar lemas, karena Naya sempat menendang bagian vitalnya. Dengan geram, Gadis itu kembali melancarkan aksinya menghabisi dua murid lain yang ikut me-malak tadi.
"Jo, Niel, tarik Naya, gue enggak bisa sendirian nenangin dia, plisss." Dinda sudah menjatuhkan air matanya karena takut, Kedua pemuda yang dimintai tolong olehnya itu langsung menarik tubuh Naya. Sedangkan sebagian memegangi anak-anak nakal itu.
Wajah merah padam Naya membuat siapapun yang melihat pasti bergidik ngeri.
Masih dalam pegangan Josua dan Niel, Naya mengerang kesal dan mengancam, "sekali lagi gue lihat salah satu dari kalian cari masalah disini, gue pecahin ulu hati lo semua!"
Meskipun sedang dalam amarah tingkat dewa, Gadis itu masih bisa menjaga perasaan orang sekitarnya. Naya menelan ludah, "gue udah tenang kok, lepasin gue."
Niel dan Josua melepaskan gadis itu.
"Gue enggak mau masalah ini kedengaran sama guru-guru. Main cantik aja ya, guys." ucap Naya santai. Ia mendahului teman-temannya ke kelas.
Meja Naya yang bersebelahan dengan Josua, membuat pemuda itu dengan leluasa menatap wajah Naya yang memar. Saat melawan dua bandit tadi, Ia sempat lengah hingga terkena dua kali serangan.
Pe**ngen nanya, segan. pengen ngebantu, dia cewek paling ga bisa disentuh. Doraemon, help me. Josua.
"Ya ampun Naya, bibir lo sampe berdarah gini. Itu lagi, pelipis mata Elo, astaga!" Bentak Dinda yang panik dan hampir menangis.
"Din, gue udah biasa kayak gini, di tempat latihan lebih parah. Udah, dong. Baper gue kalau liat elu perhatian sama gue." Ucap Naya mencoba membuat sahabatnya tenang. "gue bersihin diri ke toilet dulu," imbuhnya.
"Gue ikut" Rengek Dinda.
"Jangan ih, enggak muhrim."
***
Kabar itu didengar Erwin setelah satu Minggu kemudian. Ia tidak terima kawan-kawan nya dipukul habis. Apalagi dihajar oleh seorang gadis. Erwin tahu kalau Naya adalah orang yang tidak bisa melihat orang lain ditindas. Karena itu Ia membuat rencana.
Hari itu ada rapat dewan guru, jadi beberapa les pelajaran dikosongkan.
"Siapa yang lempar kertas?, kepala gue kena nih." Gerutu Devi, sekelas Naya.
Lemparan itu bertubi-tubi mengenainya. "Erwin! gue tau itu ulah elo, berhenti enggak!"
Erwin mendekati targetnya, "wah-wah anak culun bisa ngebentak juga? Cewek sampah kayak elo enggak usah belagu!"
Erwin tersenyum miring. Kemudian menarik-narik pelan rambut gadis itu, membuatnya meronta.
"Aw, sakit" Rintih Devi yang sudah mulai menangis.
Melihat Naya yang tidak beraksi sama sekali, membuat gejolak kenakalan murid lain kambuh seketika.
"Hajar, Win. Jangan kasih kendor."
"Siculun nangis, yhaaaaa."
"Raba-raba lah Win."
Dan yang parahnya, para murid perempuan lainnya juga ikut membully Devi.
"Siram Dikit Win, biar enak ngerabanya," ucap salah satu murid perempuan.
Ada lagi yang langsung menyiram Devi dengar air, dan yang parahnya, yang nyiram itu juga cewek. Astoge...eh, astaga!
Dinda, Harry, Josua, Dan Niel cuman bisa geleng kepala. Mereka berempat semakin bingung saat mendapati Naya tetap diposisi nya.
Huff, akhirnya nih puisi selesai. Naya.
Yup, gadis itu memang mendengar keributan namun tidak terlalu menyadari nya, sebab Ia tetap fokus pada karyanya. Ia menoleh kebelakang bangku, dan mendapati pemandangan yang membuatnya sesak.
Devi menyilangkan kedua tangannya di dada, Ia sudah basah kuyup, dan Erwin masih berusaha mencolek-colek tubuhnya. Saat tangan Erwin semakin liar, Naya naik ke meja. Satu persatu dilewatinya secepat kilat dengan sekejap menghantamkan satu kursi kayu ke punggung Erwin.
Bukkk!
Pria itu meringis kesakitan.
"Gue kecewa sama kalian semua. Terutama buat cewek-cewek yang ada disini. Setidaknya kalau enggak punya otak, pake hati!" Naya menangis sejadi-jadinya. Ia menarik dan merangkul Devi. "Lo udah diapain aja?"
"Lo lama banget sih, Nay. Gue, hiks, gue Jijik!" isaknya pun pecah.
Erwin, yang sudah bangkit menarik lengan Naya dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Si cewek sampah itu sebagai balasan karena Lo udah buat temen gue sengsara." Pemuda yang bengis itu pun mencekik Leher Naya sampai-sampai Gadis itu meronta.
"Oh iya, gue ingat, katanya lo cewek yang enggak suka di sentuh cowok, gimana kalau disini gue sentuh semua yang gue mau?" Dengan keras Ia membenturkan tubuh Naya hingga menubruk meja. Seringai sadis Erwin pun muncul. Belum sempat Ia menyentuh gadis itu lagi, Naya sudah melayangkan kakinya ke perut pemuda itu.
Pertarungan sengit pun terjadi. Kali ini Naya tidak main-main, Erwin dengan tidak tau malunya juga menggunakan jurus sekuat tenaga. Sebanding. Begitulah kira-kira. Naya tetap menampilkan wajah tenang, tapi sebenarnya ia sudah tidak kuat lagi berdiri.
Kali ini gue enggak bisa tinggal diam. Josua.
Erwin yang masih punya tenaga, menarik dagu gadis itu mendekatkan wajahnya. Belum sempat Ia mencicipi apa yang Ia mau, Sebuah sentakan membuatnya tersungkur ke lantai.
"Dasar berengs*k!"
Josua melayangkan pukulan. Dan baku hantam pun terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Siapa aku?
ALAH BACOT
KEBANYAKAN KEGATALAN NYA
2020-09-14
0
Sept September
4 like mendarat syantiekkkkkk
2020-09-13
1
Petrik Rik
smngag
2020-05-06
1