"Kenapa gulanya cuma setengah kilo?" Omel Ibu Josua.
"Anu, Bu"
"Anu-anu! Ngomong yang jelas!"
Josua menghela nafas, "tadi teman aku enggak punya duit beli minum, ya aku kasih Bu." Ucapnya jujur.
Eh, ralat. Musuh, bukan teman.
Ibunya mengangguk sedikit tersenyum.
"Ibu enggak marahkan?" Tanya pemuda itu hati-hati.
Dengan lembut Ibunya mengelus sayang kepala anaknya, "kalau ngebantu kawan, itu bagus namanya, meski bantunya enggak pakai uang sendiri."
Josua mendecak. "Kalau akunya udah kerja, ya pakai uang aku atuh, Bu"
"Ya udah, makan gih."
"Bentar lagi aja Bu, masih kenyang."
Pemuda itu beranjak ke kamarnya. Mengambil gitar dan mulai memetik tali benda itu, suara gitar itu pun melantun merdu.
Keseharian pemuda itu tidak terlalu ribet, pulang sekolah kalau tidak main gitar ya main game. Dia juga tidak terlalu sering menyentuh buku seperti dugaan teman-temannya.
Josua termasuk siswa yang berbakat dan berprestasi. Dibandingkan dengan kemampuan Naya, Josua jauh diatasnya. Namun karena Pemuda itu lebih kalem dan tidak terlalu aktif, Terkadang Naya memiliki nilai lebih di mata para guru saat memberi nilai.
Sebenarnya mereka berdua juga bingung kenapa mereka tidak akur. Memang tidak bertengkar secara terang-terangan. Namun saat bertemu, atau berkumpul mereka saling canggung.
Meskipun sikap mereka seperti bermusuhan tapi terkadang saling perhatian, namun tidak secara langsung. Seperti saat beberapa bulan lalu, Naya hendak pergi ke rumah salah satu teman sekelasnya untuk kerja kelompok. Dan kebetulan Josua lewat dengan motornya, Maya menoleh, tersenyum sedikit.
Ya, walaupun musuhan disekolah, setidaknya diluar tidak. Naya.
Kira-kira 10 meter, Josua berbalik menghampiri gadis itu.
"Ayo, naik. Mau kemana?" Tanya pemuda itu.
Dengan canggung Naya menjawab, "ke rumah Ella."
"Ya, udah naik."
Naya menurut.
Pernah lagi sewaktu mereka belajar, Guru kimia mereka menyuruh mencatat tulisan yang ada di papan tulis. Josua tampak kebingungan.
"Lo kenapa Jo?" Tanya Harry, kawan sebangku Josua sekaligus sahabatnya juga.
Pemuda itu menggaruk tengkuknya, "pena gue enggak ada. Enggak bisa nyatat. Pinjamin ke si Naya, dong."
"Ya ngomong sendiri lah ke orangnya, noh."
"Oh, gak mau, ya? pulang sekolah enggak gue anterin lo!" Ancamnya.
Harry mendecak kesal. "Naya." Panggilnya kemudian. Naya langsung mendongak menanggapi. "Si Josua enggak punya pena. Katanya pinjem."
Mendengar itu, Naya jadi sibuk mencari pena di tasnya. Gadis itu sadar, penanya satu lagi sudah Ia pinjamkan ke Dinda.
Aduh gimana, ya?
Naya berdiri. "Man-teman, ada yang berkenan meminjamkan pena?"
Teman satu kelasnya mengambil sikap pura-pura tidak dengar. Gadis itu jadi kesal, kemudian berkata, "ulangan fisika Minggu depan jangan ada yang manggi-manggil gue."
Sontak membuat satu kelas jadi riuh, "oh, pena ya, Nay?" Tanya salah satu temannya yang takut tidak diberi contekan.
Kemudian ada lagi yang menyahut "eh, ini ada punya gue banyak, mau pilot atau standard? atau faster juga ada nih?"
"Ini Nay, buat lo aja, enggak usah dibalikin juga enggak apa-apa, kok." Sampai-sampai ada yang mengantarkan pena ke meja Naya, tepat di hadapan Gadis itu.
Naya jadi mendecak.
Giliran diancam baru gerak deh tuh bibir. Gerutunya dalam hati.
"Harry, nih tangkap." Naya melempar pena itu dan membuat Harry refleks menangkap.
Harry menyodorkan pena yang diberikan Gadis itu. "Nih, Jo."
"Bilang makasih ke dia, Ry." Ucap Josua.
Lagi-lagi Harry mendecak, namun tetap menurut.
"Nay, kata Josua makasih."
Naya menoleh, "bilang sama-sama, Ry."
Harry berbalik lagi, "kata si Naya sama-sama."
Josua berucap lagi, "bilang ke dia, entar gue balikin."
Harry memanggil Naya lagi, "kata si Josua entar di balikin."
Naya hanya mengangguk.
Dan Niel salah satu sahabat gila Josua sedari tadi menyimak drama tiga orang di kelasnya itu jadi mengernyit kesal.
Ini yang **** siapa, sih.
Begitulah sekilas cara mereka untuk saling peduli dalam status bermusuhan.
***
Dirumahnya, Josua tampak sedikit bingung melihat sang Ibu yang mondar-mandir.
"Ibu kenapa, sih?"
"Ayah kamu belum pulang."
"Perasaan semalam bapak pulangnya juga jam-jam segini kok Bu. Palingan bentar lagi. Emang kenapa sih, Bu? Ibu kangen, ya?" Godanya.
"Bukan."
"Terus?"
"Bapak gajian hari ini." Josua melengos.
Bunuh aja aku Bu.
Pemuda itu membiarkan Ibunya menunggu sang bapak pulang kerja. Ia masuk kamar dan meraih hpnya. Membuka WhatsApp, dan melihat notif grup 'ANAK TARZAN' yang beranggotakan tiga orang.
Harry : besok jemput gue, Jo.
Niel : jangan mau, Jo. Si Harry ke sekolah enggak pernah mandi, bau dia. Entar elu malu bawa dia, mending jemput gue aja :v
Josua : rakyat missqueen.
Niel : ngehina si Bambang. Hajar Ry.
Harry : enggak level gue ngehajar orang kayak dia.
Josua : Dih.
Josua meletakkan hpnya, memilih mengabaikan teman-temannya yang otak nya agak tergeser sedikit alias kurang waras, baginya.
Ditempat lain, Naya terlihat sedang menyendiri di teras kostnya sambil menuliskan sesuatu dibuku diary nya.
"Bencimu menyiksa ku, Jo."
Gadis itu selalu berfikir bahwa Josua yang dianggapnya musuh bebuyutan itu sangat membencinya. Apalagi ketika mengingat momen dimana Ia terpilih jadi juara umum, Ia sangat merasa bersalah pada pemuda itu. Dan hal itu sempat membuat Naya tidak belajar beberapa bulan agar nilainya hancur dan membiarkan Josua naik tingkat lagi. Dan ya, hasil raport menunjukkan Josua pemenangnya pada semester itu.
Setelah masa itu pun, tetap saja hubungan keduanya tidak membaik sama sekali. Malah semakin runyam.
Permusuhan halus yang terjadi ini jadi bahan ledekan di kelas. Setiap ada momen dimana mereka berdampingan, semua akan berteriak 'cieeee' dan hal itu membuat dua manusia ini semakin canggung.
Seperti saat menjawab pertanyaan, mereka sama-sama mengangkat tangan, dan benar saja semua jadi ricuh.
Saat Naya mengingat semua kejadian itu kepalanya jadi pusing.
Huff
Ting!
Notif WhatsApp di hp gadis itu membuat nya mengalihkan perhatian, kemudian membukanya. Ada seulas senyum di bibirnya.
Grup 'BAPAK MANA, BAPAK!'
Widya : Eh, tau ga caranya bikin orang gila penasaran?
Dinda : gimana emang?
Widya : besok gue kasih tahu.
Dinda : kenapa enggak sekarang?
-Hening-
Dinda : dih, gue dong.
Widya : astaga, lo begonya ga ketulungan. Naya mana ini?
Dinda : nyari bapak baru mungkin.
Naya : Disini aku masih sendiri, merenungi hari-hari sepi, aku tanpamu oooo, meski tanpa mu. JANGAN SAMBIL NYANYI!
Dinda : yah, jadi nyanyi kan gue.
Widya : gila emang.
Naya : eh, Bambang, gue kadang heran deh liat cewek-cewek jaman sekarang.
Dinda : ngapa, dah?
Naya : muka glowing leher dakian😅
Widya : lah, ahahah
Dinda : gue sih lebih bingung sama diri gue sendiri, bosen hidup mati belum siap.
Naya : bused, dah. Emang belum siap mati karena apa coba?
Dinda : karena belum siap ninggalin si Harry yhaaaaa
Widya : dih!
Naya : terus bosen hidup karena apa lagi dah?
Dinda : males gue, tiap hari cuman liat lu berdua doang!
Begitulah percakapan absurd itu terjadi tiap malam. Maklum, tiga sejoli ini Jones(jomblo ngenes).
Widya : Oi, gue mau kasih tau sesuatu.
2 menit
5 menit
10 menit. Tidak ada yang merespon chat gadis itu.
Dih, ditinggal tidur nih gue, pasti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Bucinya Na Jaemin ❤️😘
kocak bner dah..thorr lucu
2020-09-16
1
Boru Tanjung
like
2020-09-13
0
Sept September
like ya
2020-09-13
1