"Yah, si Naya latihan." Keluh Widya.
"Enggak bisa keluyuran kita ini." Timpal Dinda dengan wajah tak kalah memelas.
Naya menanggapi dengan senyum. "Selo ih, lagian ini detik-detik terakhir gue latihan, kok."
Dinda mengernyit, "lah, lo udah ngerasa jago ya makanya mau keluar?"
"Bukan, si Naya udah bosan jadi tomboy pengen jadi cewek mungkin, makanya mau keluar dari ekskul karate." Widya menanggapi.
Naya menggeleng kepala, "emang ya, penduduk +62 kebanyakan makan soto pinggir jalan, sotoy jadinya. Gue itu sakit ya para cucu Doraemon, gue udah cedera. Bukan mau sok udah jago atau mau feminim."
Bukannya khawatir mendengar Naya sakit, keduanya malah mengomel dengan sembarang.
"Makanya Nay, elu kalau udah latihan berat, ya istirahat nya teratur, ini begadang nonton film Jepang." Omel Dinda.
Widya mengangguk, "konten dewasa pulak."
"Tahu nih anak, kasihan gue liat elu, Nay. Siang ke sore capek badan, malam nya elu nonton kayak begituan, luar dalam ke-siksa Nay." Timpal Dinda.
"Et dah, punya kawan otaknya enggak sampai di kepala, nyangkut di dengkul ya?" Ucap Naya kesal. "Gue enggak doyan yang kayak begituan."
Dinda menatap curiga, "bener enggak doyan?"
Widya menyahut, "kalau bohong, gue sumpahin bahu lo kena kurap. Siap-siap Nay, gue mau ngitung mundur ini, elu mau ngaku atau enggak? Tiga, dua....."
Ini kok bahu gue mulai gatal, sumpahnya udah berjalan ya? Kan masih hitungan kedua, ga adil ini. Naya.
"Eh,eh, beda lagi kalau rame-rame. Ya doyannya secara rame-rame dong." Ucap Naya membela diri.
Cusssss!!
Gatalnya ilang. bused, dah.
Naya berfikir sejenak. "Lo pake sihir apaan sih, Wid?"
"Ha? Apaan?"
***
"Tim HORE-HORE"
Begitulah sebutan si Ibu kost cantik, Heny, pemilik kost 21, kepada para penghuninya.
Dikost ini, ditetapkan hanya khusus perempuan saja. Dan itulah sebabnya kost ini tidak pernah sunyi jika malam hari. Semuanya bising dengan talenta masing-masing. Alias menggosip.
Malam itu, Si ibu kost yang masih kuliah semester akhir itu mengabsen nama-nama penghuni kost 21. "Nining markoneng, udah piket belum?"
Gadis yang bernama Nining itu pun menjawab, "ahsyiaappp mbak, tinggal nyapu halaman belakang besok mau berangkat sekolah aku sapu, oh iya mbak, nge-pel teras juga besok aja, bakar sampah kalau sempat besok..."
"Uang kost naik sepuluh ribu." Nining manyun, "Fia! Mbak enggak mau ya nilai ulangan Elo anjlok-anjlokan gegara pacaran. Eh Inka, belajar! jangan cuman mikirin cowok ganteng doang, ngehalu tingkat dewa."
Sang Ibu kost menarik nafas. "Ini lagi, masker-maskeran sok cantik. Rika, Puput, Yoyo, belajar!"
"Ya, ampun... enggak mbak, enggak kak Naya, sama aja nyuruhnya belajar Mulu." Keluh Rika.
Yoyo menoleh pada sang Ibu kost, "eh, tapi enggak apa-apa sih mbak nyuruhnya belajar ilmu pengetahuan, asal jangan suruh move on dari mantan, yhaaaaa."
Setelah dirasa kepala pemilik kost itu mulai berat menghadapi gadis-gadis penghuni rumahnya itu, ia pun berlalu masuk ke kamarnya.
"Nonton, yuk." Ajak Fia.
Puput menanggapi, "ah enggak seru, pasti nanti filmnya gitu-gitu aja, enggak ada adegannya."
Fia membuka laptopnya, "tenang, gue punya film romantis Korea ini, adalah dikit adegannya."
"Eh tapi kak Naya sama mbak Heny jangan sampai tau, bisa ****** kita." Inka sedikit berbisik.
Para gadis-gadis yang akhirnya sepakat menonton bersama ini, statusnya masih junioran Naya. Tapi kalau soal pergaulan dan pacaran, Orang yang sudah lewat umur tepuk jidat dibuat.
Durasi film yang hanya tinggal 20 menit lagi itu membuat yang menonton semakin tegang karena klimaks filmnya lagi seru-serunya. Dan kalau sempat terhenti pasti sial sampai tujuh turunan rasanya.
"Ehem, ehem." Naya berdehem namun tidak ada yang menggubris. Mata mereka masih melotot ke arah layar laptop dengan sempurna.
huff.
Naya yang pulang agak kemalaman dari warnet sudah tahu, pasti mereka nonton yang tidak-tidak. Naya berteriak. "Mbak Heny tim Hore-hore ga ada yang belajar."
Semuanya panik. Fia refleks menutup laptopnya. Kalau pakai tenaga dikit lagi, hancur deh tuh laptop.
"Nonton apa?"
Yang ditanyai itu pun bersenggolan saling mendorong untuk menjawab. Namun tidak ada yang berani. Karena mereka yakin Naya pasti bakalan mengomel.
"Nonton film dewasa ya?!"
Nining memberanikan diri menjawab. "Film Korea kak Nay, enggak yang berbahaya kok, paling cuman cipika-cipiki, ya paling endingnya doang yang parah, istilahnya bonus kak."
Mendengar itu, semuanya melotot kearah Nining yang begitu, uh! Polos tidak, kurang pinter dikit lah lebih cocok.
Naya masih mencerna. "Oh, gitu ya sekarang."
ucap gadis itu datar. "Enggak ngajak-ngajak ya!"
"Maaf kak. Eh, gimana-gimana?" Respon mereka setengah percaya.
Naya dengan sigap duduk paling depan dan membuka laptop kemudian meng-klik play.
Sang Ibu kost yang keluar dari kamar melirik sedikit film yang di tonton oleh para tim Hore-hore.
"Seru, nih. Ikutan, ah."
'THE END'
Tulisan itu terpampang pada layar laptop,
"Yah cuma sebentar, kurang panas lagi" Komentar sang pemilik kost. Semuanya menoleh ke sumber suara.
"Mbak Heny mulai kapan berdiri di belakang?" Tanya Naya mewakili rasa kaget sekaligus penasaran.
Heny jadi kelabakan. "Eh, anu, baru bentar kok." Semuanya menatap curiga. Heny kemudian berdehem mengalihkan perhatian, "lo dari mana Naya, kok baru pulang jam segini?" Melirik jam tangannya yang menunjukkan sekitar pukul delapan malam.
"Abis ngerjain tugas mbak Hen, dari warnet." Ucapnya jujur.
"Noh, tiru si Naya ke warnet ngerjain tugas, kemana-mana belajar." Omel Heny.
Rika menghela nafas, "kita kan enggak tahu Mbak, Kak Naya ngapain aja di warnet. Bisa aja nonton."
Naya melotot. "Nonton Spongebob maksud nya loh kak Nay." Ucap Rika dengan senyum jahil.
Naya berucap, "Gue tuh enggak sepolos yang kalian kira, gue kadang hampir satu tingkatan kok sama Mbak Heny." Kemudian berlalu.
Apasih.
***
Berlatih setiap pagi dan sore membuat Naya memiliki tubuh yang agak berisi dan kuat. Pantes dong kaum Adam agak ciut nyali.
"Kak Naya pasti banyak yang naksir deh, secara kan pinter." Ucap Nining. Naya tersenyum.
Fia menyahut, "katanya, banyak cowok yang suka sama cewek yang bisa main gitar, Kak." Naya tersenyum lagi.
"Apalagi ya, cewek itu panjang rambut, terus suka olahraga, beuh makin klepek-klepek dah tuh kaum Adam." Tambah Inka dengan heboh.
Kali ini Naya benar-benar memaksakan senyumnya.
Pengen banget gue tepuk bibir gadis-gadis +62 di kost ini, ya amplop.
"Enggak semuanya kok dek yang suka kayak kriteria yang kalian bilang." Ucap Naya sebijak mungkin.
Puput yang menyimak dari tadi akhirnya bisa menyimpulkan.
"Kalau liat keadaan Kak Naya yang jomblo sih, ya aku percaya."
Dengan senyum yang tersirat geram, Naya berucap, "Puput udah pernah di Sentil keningnya? Kalau belum, biar gue aja sini."
"Becanda aelah, Kak."
***********
+62 berkomentar : ceritain dong mbak author apa isi cerita filmnya.
author : Puput gue sentil, elu gue sate aja ya -_-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Boru Tanjung
like.lagi
2020-09-13
1
Petrik Rik
smngat
2020-05-06
1
Maya Sofina Gulo
ok KK, lagi up, tinggal nunggu review
2020-02-28
0