Sumpah Pengabdian Cinta
Gadis itu menutup buku di tangannya seraya menghela napas panjang, ia tersenyum setelah puas membaca isi buku itu, hatinya masih berdebar terbawa arus cerita buku yang telah ia baca hingga selesai.
"Seandainya aku memiliki jodoh yang perangai dan hatinya seindah Engkau yaa Rasulullah", ucapnya dalam hati sambil mengelus sampul buku yang bertulis "Rasulullah dan Cinta Pertamanya Khadijah."
Mata gadis itu lalu menutup, membayangkan harapan yang terbesit karena debaran yang masih ia rasakan, sesaat ia berada di tempat terindah dalam khayalannya bersama sosok khayalannya. Sosok yang berparas menawan, senyuman yang mendamaikan, akhlak yang mengagumkan, perkataannya bagaikan syair yang...
BRAAAKKK...!
Tiba-tiba seseorang memukul meja di hadapan gadis itu, sontak ia terperengah dari kursi yang ia duduki.
"Hayooo... Lagi mikir jorok yaaa..." ejek seorang gadis berambut pendek sebahu yang memang dengan sengaja memukul meja untuk mengagetkan.
"Miya... Apaan sih... Jail mulu kerjaannya, kalo jantung aku copot gimana?" gadis itu mengelus dada dan memberikan tatapan jengkel pada miya sahabatnya itu.
"Copot? Emang buah duren bisa copot?! Afrina Tara Gulnar, Kalo copot iket lagi aja pake tali tambang!" balas miya asal diiringi tawa.
"Tolong jangan berisik ya! Ini perpustakaan! Bukan pasar!" teriak seorang petugas perpus dari balik meja tak jauh dari mereka, membuat beberapa orang yang berada di perpus menatap kearah mereka, seketika miya duduk dan menunduk malu.
"Ia kali, gue jualan ikan teri di pasar!" ketusnya dalam bisikan.
"Ciee di marahin duren..." bisik Afri yang cekikikan menahan tawa melihat sahabatnya yang kikuk di marahi petugas perpus paruh baya yang kebetulan memang seorang duda.
"Iiihhh... itu mh bukan duda keren, tapi duda rempong!" miya pun balas berbisik sambil memainkan jari dan mulutnya mengejek. Afri tambah cekikikan, tak tahan dengan candaan Miya, gadis yang sedikit tomboy juga jail itu.
"Lo sih, Fri! Gue cari kemana-mana tau nya lagi ngebayangin yang jorok-jorok disini!"
Peletak!
Afri memukul kepala Miya dengan buku yang masih ia pegang.
"Nih! Aku tu lagi baca kisah Rasulullah! Jorok... jorok... kamu tu jarang mandi, jorok!"
"Hehe... Jangan bawa-bawa jarang mandi lah, aib itu Fri!" seringai Miya.
"Emang kenapa nyari-nyari aku, Kamiya Siswantoro binti kabayan ?"
"Hihi... nyi iteunggg... " canda Miya sambil mencolek dagu Afri.
"Apa sih geli ih !" Afri bergidik.
"Liat PR Matematika kamu dong..." rayu Miya.
Mata Afri menyipit tajam pada Miya
"Kebiasaan !" ketusnya, "enggak ah males!"
"Ayolah Afrina Tara Gulnar... yang pintar, cantik, baik hati dan tidak sombong" bujuk Miya.
"Hmmm..." Afri mengerlingkan matanya.
"Fri, tolong dong, kemaren gue nonton PERSIB live, jadi gak sempet ngerjain PR, lo tau sendiri Bu Wati kan killer ampe ke ubun-ubun!" bujuk Miya lagi.
"Miya nonton live PERSIB ke Bandung?"
"Nonton live di tv.. Hehe" jawabnya sambil kembali menyeringai.
Afri memalingkan wajahnya yang berubah cemberut, kemudian menulis pada selembar kertas.
"Fri, ayolah... jam istirahatnya keburu abis nih..." Miya memelas sambil menarik lengan Afri.
"Iya... Tunggu aku beresin nulis laporan ini dulu" elak Afri.
Miya pun menolak pinggang sambil memberengut kesal. Afri yang melihat mulut Miya mulai monyong berniat untuk balas menjahili teman sekelasnya itu.
Sengaja ia memasang wajah pura-pura merenung seakan yang di tulisnya adalah hal yang sangat sulit di kerjakan. Kesal karena merasa di permainkan, Miya merebut kertas yang tengah di pegang Afri.
"Ini kan tugas B.Indonesia yang dikumpulinnya baru besok! Nanti aja dong beresinnya!" katanya kesal dan menyelipkan kertas yang telah setengah penuh itu asal ke buku Afri lalu menaruhnya di atas meja dengan tak peduli kertas itu masih setengah menyelip.
"Iya iya..." Afri menyerah dengan bibir tersenyum tipis. Alih-alih berjalan pergi, ia malah merapikan hijab putih yang ia kenakan.
"Ayo Fri, jam istirahatnya tinggal 20 menit lagi" kata Miya tak sabar. Afri tidak menggubris dan mengelus-elus seragam putihnya yang sedikit kusut hingga kembali rapih.
"Fri, tinggal 19 menit 50 detik lagi" mata Miya menyipit setelah menengok sekilas pada jam tangan biru di tangannya. Kembali acuh, Afri lalu menepuk-nepuk rok abu-abu panjang nya sambil tersenyum menahan tawa.
"19 menit 45 detik" kata Miya lagi semakin tidak sabar.
"Aku lagi lomba masak ya ini?" Afri tertawa geli.
"Haduuuhh...lama ah ayo!" Miya menarik paksa lengan Afri.
"Eh! Laporan novel B.Indonesia nya Mi.."
"Ah! Nanti aja pulang sekolah! Lo tu suka banget sih ama yang namanya tugas! Udah jenius juga!" ketus Miya masih menarik lengan Afri dan mengabaikan Afri yang berusaha menggapai secuil kertas yang menyelip diantara lembaran-lembaran buku.
"Justru aku pinter tu karena suka, karena rasa suka itu bisa merubah yang sulit jadi mudah!" kata Afri dengan sungguh-sungguh. Ia menyerah untuk menggapai kertas itu dan mulai melangkah menyusul derap langkah Miya yang kencang.
"Iyaa... iya... Galilio..." asal Miya.
"Galileo...kabayaaan" ralat Afri sambil di ikuti cekikikan geli.
Mereka pun melangkah keluar perpustakaan sambil terus mengoceh dan tertawa-tawa.
Sedangkan seseorang telah lama memandang mereka dengan duduk tersenyum-senyum merasa terpesona dan entah kenapa meski sosok gadis itu telah jauh dari pandangan ia tak bisa berpaling dan hanya terus menikmati kilas-kilas wajah dan perkataan gadis yang rupanya telah ia sadari bahwa ia sungguh menyukainya.
Awalnya ia hanya mengira bahwa gadis itu adalah gadis yang spesial, hingga tak sengaja bertemu lagi di perpustakaan ini.
Tanpa sadar, ia pun telah memperhatikannya dari kejauhan dengan berdalih membaca buku yang asal iya ambil dari rak buku.
Masih tersenyum-senyum sendiri di kursi bacanya, lelaki itu di hampiri petugas perpus yang melongo penasaran dengan apa yang di baca pemuda itu.
"Suka masak ya, dek?" tanya Pak Parman si petugas perpus duda paruh baya.
"Hah? Ke..kenapa pak?" gelagapan lelaki itu terperengah dari pikirannya yang terhanyut.
"Adek suka masak ya?" tanyanya lagi menunjuk buku yang di pegang lelaki itu.
Lelaki itu pun kaget setelah melihat sampul buku yang ia pegang.
"Oh...iya pak! Saya suka masak!" karang lelaki itu dengan pipi yang mulai memerah. Pak Parman hanya mengangguk-angguk dan berlalu.
Sedang lelaki itu menepuk jidat sendiri, merasa aneh dengan dirinya sendiri yang baru kali ini bertingkah seperti ini. Di bacanya lagi judul buku itu, "Resep Masakan Sehat Untuk Ibu Hamil"
Dengan cepat ia menyimpan buku itu di rak sambil menoleh ke arah Pak Parman yang sedang menatapnya dengan wajah datar.
Lelaki itu mengangguk dan tersenyum tipis. Ia berpaling dan menemukan buku yang tergeletak di atas meja lalu menatap kertas di dalamnya.
Sepenggal kalimat terlihat dari kertas yang sedikit menyelip itu "Melalui kisah Rasulullah dan Khadijah, Allah SWT telah memperlihatkan betapa indahnya sebuah cinta pertama yang berasal dari ketulusan," lagi-lagi ia tersenyum dibuatnya.
Semakin kagum, ia mengambil kertas itu, lalu dengan salah tingkah ia melangkah keluar perpus dengan pipi yang merah. Dalam hatinya iya berbisik "Afrina Tara Gulnar" dengan senyuman yang tak berhenti di sepanjang harinya.
**author**
assalamu'alaikum...
terimakasih buat yang bersedia baca karyaku yang masih banyak kekurangan ini ^^
terimakasih buat author senpai novel legenda pendekar naga- shujinkourin, 😣 dabz bebebku, juga author lainnya yang sudah membantu saya... lop yuh ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Carolline Fenita
maaf kak izin promote karya saya berjudul istri yang tersakiti ,oleh anggeline terima kasih
2021-06-05
0
Atoe Gsc Sukabumi
semongko
2020-11-26
1
Atoe Gsc Sukabumi
Aku bakalan terus mendukung apapun hal positive yg kamu lakuin, semngat 🦾🤗
2020-11-26
1