Pelajaran pertama telah berakhir. Saatnya pelajaran kedua yaitu pelajaran kebugaran jasmani dan rohani, siswa kelas dua IPA berolah raga secara serentak, terlihat siswa dan siswi telah mengganti pakaian mereka dengan pakaian olahraga.
Biasanya mereka di persilahkan memilih cabang olahraga mana pun yang di minati. Setelah di himbau untuk pemanasan, kemudian semua siswa pun berpencar, ada yang bermain sepak bola di lapangan besar, bulu tangkis di gor sekolah, voly di lapangan voly, berenang di kolam renang sekolah, ada pula yang hanya lari-lari.
Seperti Afri yang tidak begitu ahli dengan bidang tertentu. Hanya memenuhi kepuasan guru olahraga saja yang sedang berkeliling mengawasi. Miya seperti biasa, pengawalan. Setelah sedikit berpeluh, mereka berhenti untuk istirahat.
"Udah yu Fri, cape!" kata Miya sambil mengatur napas.
"Hmm..katanya penggemar sepak bola, tapi segini aja ngos ngosan!"
"Hehehe... gue spesialis suporter doang, Fri, gue gak kuat lari, kuatnya nonjok! Haha,"
"Kita liat yang lagi main bola aja, katanya kelas kita lagi tanding-tandingan ama kelas sebelah" ajak Miya setengah tersengal-sengal.
"Ok, kita lewat lapang basket biar deket."
Miya pun setuju dan mereka pun mulai berjalan menuju lapangan bola, saat dekat dengan lapang basket mereka mendengar riuh siswi-siswi yang berteriak-teriak antusias.
Mereka bertatapan penasaran dan setuju untuk melihat apa yang terjadi disana terlebih dulu.
Miya menepuk Tina, siswi yang sekelas dengan mereka.
"Tin, tin, tin" Miya memanggil dengan meniru suara klakson.
"Ye... apa sih? Emang gue mobil?" Tina menoleh.
"Iya, mobil bemo!" ejek Miya. Afri tertawa geli.
"Sembarangan lo, kodok!" ejek Tina balik, ia pun cemberut.
"Iya, maaf... ini ada apaan sih? Rame banget," tanya Miya setelah ikut tertawa geli.
"Iya ih, kayak konser boyband aja ampe penuh gini," kata Afri menunjuk ke keramaian di lapangan itu yang padat hingga mereka tidak bisa melihat siapa yang sedang bermain. Sampai anak-anak yang masih di dalam kelas pun terlihat ikut antusias lewat jendela.
"Iiihhh... Itu tu anak baru, ganteng bangettt... udah gitu jago main basketnya! Kayak pemain pro deh!" ujar Tina jarinya menunjuk ke arah seseorang yang sedang mendribel bola basket. Mereka masih belum dapat melihatnya dengan jelas lewat keramaian itu.
"Oh... kirain ada apaan... gue kira ada yang kesurupan! Cowo doang ternyata!" ujar Miya acuh.
"Yey... lo belum tau aja! Dia itu katanya pindahan dari luar negeri, Australia kalo gak salah, apa Austria ya?" jelas Tina meski sedikit tidak jelas. Afri dan Miya hanya saling bertatapan dan mengedip-ngedipkan mata mendengarnya.
"Yaa... Pokonya itu lah, orangnya cakep kayak oppa oppa korea tau! Namanya Zayne Ikram! pinter, tajir, ramah lagi ke semua orang! Udah banyak yang idolain! Bahkan denger-denger udah ada yang nembak loh! Tapi di tolak mentah-mentah ! Haha kasian tu cewe" jelas Tina lagi nyerocos sambil antusias hingga tertawa-tawa.
Afri dan Miya masih bengong melihatnya dengan mata yang masih mengedip-edip acuh tak acuh. Tina kembali berbalik dan menjerit-jerit memanggil nama lelaki itu.
"Oppa oppa korea? Hiiih" Miya bergidik lebih seram di banding tahu Pak Sumanto sodaraan dengan Sumanto sang kanibal.
Afri cekikikan lagi di buatnya. Namun ia masih penasaran dengan sosok itu, dari jauh samar-samar terlihat wajahnya tidak asing bagi Afri.
"Pindah kesana yuk, Mi! Aku mau liat agak deket deh, penasaran," ajak Afri menunjuk kearah belakang ring basket yang agak lengang.
"Hmm... kepengaruh omongan mobil bemo dia."
Setelah pindah posisi, Afri kembali menatap lelaki yang tengah berebut bola itu. Siswi-siswi menjerit memanggil namanya saat Zayne mendapatkan bola kemudian mendribelnya ke arah ring.
Mereka semakin histeris saat ia melempar bola itu dengan shoot three point tepat ke lubang ring dengan sangat cepat. Saat Zayne merayakan keberhasilannya, matanya bertemu dengan mata Afri yang berdiri agak jauh di belakang tiang ring basket. Afri tersadar kini ia tahu mengapa wajahnya tidak asing baginya.
"Itu si cowo kucing!" pikir Afri.
Lelaki itu menatap sejenak dan ia pun mengenali Afri, ia lagi-lagi tersenyum manis sambil melambaikan tangan kearahnya. Riuh jeritan-jeritan itu pun seketika senyap berubah menjadi bisikan-bisikan masal.
Melihat lelaki itu tersenyum dan melambai, Afri pun tertunduk dan berbalik menoleh.
"Yuk.. Mi! Pergi aja!" ajak Afri sambil menggandeng lengan Miya salah tingkah.
"Loh? Kenapa?" tanya Miya heran.
"Afrinaaa!" dari jauh lelaki itu memanggil.
"Eh, Fri, di panggil cowo itu!" Miya mengerem langkah mereka.
"Eh, eh, Cowo itu kesini tu Fri!" ujar Miya setelah menoleh dan mendapati lelaki itu berlari menghampiri.
Afri tak kuasa untuk tak ikut menoleh. Benar saja, lelaki itu kini ada di hadapanya. Berpeluh-peluh dengan napas yang tersengal-sengal ia tertunduk kecapean dan hendak mengambil napas. Kemudian setelah tegak berdiri ia mengusap rambutnya yang penuh dengan keringat.
"Ya Allah... Pemandangan memabukkan apa ini? Astagfirullah..." pikir Afri lagi yang langsung menundukan pandangannya.
"Afrina kan?" tanya Zayne.
"Dari mana kamu tau namaku?" Afri balik bertanya penasaran.
Zayne tersenyum manis lagi sambil merogoh saku celana pendek olahraganya.
"Dari kertas ini, kayaknya tugas laporan B.Indonesia kamu, ada nama dan kelas kamu di dalem," jelas Zayne sambil menyodorkan selembar kertas yang telah di lipat kehadapan Afri.
"Oh... Itu kan kertas lo yang ketinggalan di perpus Fri! Kok, ada sama lo?" tanya Miya curiga.
"Emm... aku... nemu di lantai, aku pikir kayaknya penting, makanya aku simpen!" kata Zayne berbohong.
"Ohh..." bibir Miya membulat.
Sekejap Afri menghela napas lega mengetahui maksud Zayne hanyalah sebatas itu saja tiba-tiba memanggilnya, ia sempat cemas jika itu adalah hal lainnya.
Mata Afri berkeliling tersadar bahwa perhatian beralih kepadanya. Sebagian menatapnya dengan tajam, sebagian memperhatikannya dari atas sampai kaki dan kebanyakan berbisik-bisik.
"Eh siapa cewe itu ?" bisik seorang gadis.
"Ih! Itu kan cewe sok alim itu!" bisik gadis lain.
"Iya itu cewe so cakep itu, ih ko Zayne mau nyamperin cewe begitu sih?!" bisik gadis lain lagi.
Afri mendengus "kedengaran tau!" batinnya kesal. Ia pun merasa risih dengan tatapan-tatapan dan bisikan itu.
"Buang aja, udah gak butuh!" jawab Afri akhirnya, terkesan sedikit kesal.
Melihatnya Zayne terheran apa ia sudah melakukan kesalahan?
"Tapi, kenapa?" tanya Zayne sedikit cemas.
Melihat wajah Zayne yang berubah cemas, Afri pun merasa bersalah.
"Tugasnya udah dikumpulin tadi pagi, jadi gak apa-apa, buang aja, makasih!" jawabnya lagi dengan sedikit lebih lembut.
Afri bergegas menggandeng Miya untuk melangkah pergi. Meninggalkan Zayne yang terpaku melihat berlalunya gadis itu. Sementara beberapa gadis menatap mereka tajam penuh amarah.
"Huh...! Mentang-mentang cantik dan terkenal juga, berani-beraninya si Afri itu tebar pesona! Gue yakin anak itu cuma depan doang sok alim! Dalemnya busuk!" kata seorang gadis berambut panjang yang di cat keunguan.
"Tapi kita gak bisa ngapa-ngapain tu cewe! Cewe S*alan itu selain punya bodyguard, dia juga punya bapaknya!" ujar seorang gadis lain yang berambut pendek dan memakai banyak jepitan warna warni di atasnya.
Sedang seorang gadis lain yang rambutnya berkuncir dua hanya mengangguk-angguk setuju.
"Bisa kok... asal tau aja jalannya!" seorang gadis lain muncul dari belakang menatap Afri dari kejauhan sambil tersenyum tipis nan sinis.
"Liat aja nanti" katanya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
UCHI °OFFICIAL°
Hadir [SqA]
2020-12-11
1
Anita
aku mampir kak
2020-12-08
1
ARSY ALFAZZA
👍👍👍
2020-11-19
1