Sugar
Suara gelas terdengar berdenting dari segala arah. Kebiasan orang yang sedang melakukan cheers di tengah pesta. Suara itu beradu dengan alunan musik jazz dan gosip. Membentuk kebisingan yang berkelas, membuatku ingin menghela nafas.
Bukannya aku tidak suka itu. Pesta adalah tempat untuk bisa bersenang-senang atau sekedar bercengkerama dengan orang yang lama tidak berjumpa. Jika sedang beruntung, deal juga bisa tercapai disini. Namun semua itu sedang tidak menarik bagiku.
Aku tidak suka aroma kuat di tempat ini. Parfum yang bertindihan dengan bau alkohol Dan tembakau. Membuat bingung udara Mana yang lebih baik untuk dihirup. Apalagi hidungku sangat sensitif. Bau sekecil apapun akan terasa sampai kepalaku. Dan aroma pesta ini yang Paling membuatku muak.
Aku juga tidak suka kewajiban untuk memasang senyum sepanjang acara. Berputar mengelilingi seisi ruangan untuk menyapa orang satu persatu. Terkadang berhenti untuk bertukar basa basi. Semua juga saling tersenyum. Padahal aku tahu, semua orang di ruangan ini sama sepertiku. Hanya memasang topeng palsu.
Kami hanya tersenyum sebagai kewajiban. Menyembunyikan diri kami yang sebenarnya. Beberapa memang Ada yang memilih mengekspresikan diri, tetapi pasti Akan berakhir dengan perseteruan. Yang hanya Akan menjadi makanan bagi media. Untuk yang cinta damai sepertiku, lebih baik memilih diam. Larut dalam arus.
Yang terburuk dari semua ini adalah gaun Dan sepatu yang harus kupakai Hari ini. Semua pilihan stylist-ku. Mini dress dengan potongan yang terlalu rendah membuatku harus beberapa Kali menariknya turun. Tidak nyaman jika Ada yang memperhatikan pahaku. Kadang aku juga harus berbicara sambil menutup bagian dada yang sedikit terekspose.
Aku juga merutuk siapapun penemu high heels. Bagian dari kecantikan wanita yang menyakitkan. Rasanya tumitku Akan pecah Dan jariku tersayat rasa sakit. Aku tidak mengerti kenapa rasa sakit semacam ini yang harus menjadi standar kecantikan. Tetapi aku masih harus menjaga agar tidak menampakkannya saat berjalan. Bisa-bisa aku Akan menjadi bahan pembicaraan disini.
Beberapa kali aku melirik arloji gelisah. Berharap waktu cepat berlalu dan aku bisa segera membuat alasan untuk pamit. Hingga mataku menangkap tatapan seseorang sedang memperhatikanku. Tangannya sedang menggoyang-goyang gelas
berisi wine merah di genggamannya. Sedangkan tangan satunya berada di dalam saku.
Jas hitam keluaran Armani dan rambut yang disisir rapi ke belakang memperlihatkan kesan elegan padanya. Sosoknya saja akan membuat banyak wanita rela berhenti sebentar untuk meliriknya.
Aku sudah biasa mendapat perhatian. Dan tahu betul Cara menanganinya. Namun kali ini terasa berbeda. Hingga mataku beradu dengannya, aku merasa bahwa itu tidak biasa. Dia sempat menghantarkan senyum simpul lalu mengalihkan pandangannya pada teman-teman ngobrolnya.
Aku sebenarnya tahu siapa dia. Hanya tahu namanya. Di pesta ini, aku mungkin sudah mengenal semua tamu. Tetapi hanya sekedar pernah mendengar namanya. Dari yang aktor, aktris, penyanyi, produser atau orang lain yang terkenal di industri hiburan.
"Apa kau sudah bosan disini?"
Suara lembut casey berbisik padaku. Mengaburkan lamunanku. Seperti biasa, dia bisa membaca kegelisahanku.
Aku hanya tersenyum dan segera merapatkan badanku padanya. Dia adalah perlindungan bagiku di saat-saat seperti ini.
Casey segera meletakkan gelasnya dan menarikku keluar dari kerumunan, mencarikan tempat perlindungan sebenarnya bagiku.
Balkon adalah tempat Paling umum untuk melarikan diri saat jemu dengan pesta. Aku bisa menghirup udara segar. Menghapus aroma parfum, alkohol Dan tembakau yang kudapat tadi.
Aku bisa melepas topengku sejenak. Mengganti semua kepalsuan dengan pemandangan indah Los Angeles di malam Hari. Yang penuh dengan nyala warna warni lampu. Dan aku bisa menikmatinya semua dengan kesunyian. Menghilangkan seluruh kebisingan di dalam Sana.
Casey sudah memelukku dari belakang. Menghalau angin malam yang dingin dengan tubuh besarnya.
"Aku rasa pemandangan semacam ini tidak buruk juga untuk pesta pernikahan Kita nanti"
Bisik Casey. Menghangatkan hatiku.
Akhir-akhir ini kami memang sedang membahas pernikahan. Kami sudah bersama cukup lama Dan Casey sudah cukup matang untuk menjadi suami.
Casey selalu mengungkapkan detail pernikahan impiannya. Seperti apa aku, seperti apa dia, seperti apa pestanya. Kami sudah membahasnya. Mungkin aku hanya perlu menunggu dia melamarku secara resmi. Memikirkannya saja sudah membuatku bahagia.
"Ehem..ehem..apa aku boleh mengganggu sebentar?"
Tanya Rhodes, teman Casey yang ternyata sudah di belakang kami.
Kami hanya tertawa kecil Dan Casey melepaskan pelukannya.
Mereka berbincang sebentar. Rhodes memiliki aksen inggris yang kental, sehingga aku tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Lalu Casey pamit untuk pergi dengan Rhodes Dan memintaku menikmati pesta sambil menunggunya.
Aku memilih tinggal. Bayangan kembali ke lantai pesta adalah Hal terburuk yang tidak kuinginkan. Tidak Tanpa Casey di sampingku.
Aku masih menikmati udara segar Nan dingin balkon. Berpikir akan seperti ini sampai Casey mengajakku pulang. Tetapi tiba-tiba bayangan Dua orang yang muncul disana sambil berciuman panas membuatku panik.
Mereka sempat melirikku, namun lalu melanjutkan cumbuan mereka. Memang tidak Ada yang salah dengan yang mereka lakukan di pesta ini, di negara bebas ini. Yang Ada aku yang merasa Tak nyaman. Sehingga memilih mundur secara sukarela kembali ke dalam.
******
Aku terpaksa menghabiskan waktu di salah satu sudut pesta. Hanya Dian Tanpa Ada Hal yang bisa kulakukan. Aku bukan tipe orang yang suka masuk dalam kumpulan. Aku lelah memasang senyum palsu. Apalagi jika mendengarkan mereka membahas gosip sesama rekan. Kadang Ada Hal yang lebih baik tidak diketahui anak bawang sepertiku.
Tempatku juga terlalu jauh untuk mengambil kudapan. Dan semua minuman yang disediakan tempat ini beralkohol. Minuman yang sama sekali tidak boleh kukonsumsi.
Aku hanya bisa duduk Dan bersabar, agar bisa segera pergi dari pesta ini.
Waktu beranjak malam, dan pesta semakin meriah. Musik jazz yang lembut mulai digantikan dengan musik yang beat-nya lebih kencang. Sebentar lagi mungkin akan muncul DJ dan menghentakkan lantai dansa. Orang-orang Akan lebih sibuk menari Tanpa memperhatikan sekitarnya.
Inilah waktu yang kutunggu. Bukan untuk ikut dansa gila-gilaan, tetapi layaknya pukul 12 malam bagi Cinderella. Sudah waktunya pulang. Aku sudah bersiap untuk mencari Casey yang tadi pergi dengan Rhodes.
"Ah..aku sudah mencarimu"
Suara seseorang menghentikanku. Sapaan yang paling aku benci di saat seperti ini. Aku ingin menghindar Dan pura-pura tidak tahu. Hanya saja mustahil jika orang itu tepat berada di belakangku. Namun perasaan itu mereda ketika aku tahu siapa yang memanggilku.
Orang yang tidak akan pernah bisa aku acuhkan. James Park, sutradara berdarah Kanada-Korea. Orang pertama yang membawaku masuk ke industri ini. Perannya sudah seperti seorang Bapak untukku.
"aku juga tidak melihatmu..."
Sambutku langsung memeluknya. Suara tawanya terkekeh.
Aku masih merasakan kehangatan seorang bapak asuh darinya.
"Oh ya...ada yang ingin kukenalkan padamu.."
Sambung James tanpa memberiku celah berbasa basi.
Seseorang muncul di baliknya. Rambut dan pakaian rapi yang familiar bagiku.
"kau pasti tahu, dia Drey.."
James mengenalkan orang itu. Orang yang beradu pandang denganku beberapa jam yang lalu itu mengulurkan tangannya dan dengan senyumnya yang ramah memujiku.
"Luna ya? kau terlihat cantik sekali malam ini"
Pujian itu benar-benar merasuk dalam hatiku. Sebuah metode perkenalan yang aneh. Tanpa menungguku mengenalkan diri dengan benar namun sudah membuatku bersemu malu.
"Terima kasih"
Aku biasanya pandai menyembunyikan perasaanku. Entah mengapa Kali ini pujian Drey membuatku mengeluarkan reaksi spontan. Pasti sudah Ada semu merah muncul di pipiku.
Drey sepertinya menyadarinya. Dia lalu membalasku dengan senyumannya yang daripada manis, lebih condong pada manly.
Aku juga langsung canggung. Tidak tahu harus mengatakan apa. Untungnya James mulai berceloteh dengan cerita kesukaannya, perkenalan pertama kami. Aku sudah bosan mendengarnya, tapi Drey justru sangat tertarik mendengarnya. Aku jadi harus ikut mendengarnya.
Beberapa kali aku menangkap Drey yang diam-diam melirikku. Tatapan yang membuatku salah tingkah. Dia punya Mata biru menawan khas orang Eropa. Memberikanku tatapan intens. Tentu saja bisa membuat hatiku berdesir. Sekaligus memaksaku bersikap pura-pura tidak tahu.
Aku tahu Drey, aku tahu gosip tentangnya, aku juga tahu reputasinya.
Wanita standar sepertiku akan memilih jauh-jauh dari tipe sepertinya.
Aku berharap cerita James Akan segera menemui ujungnya. Karena dia suka bercerita dari awal sampai akhir Tanpa satu detailpun tertinggal. Drey pun sepertinya tidak keberatan mendengarnya.
"Aku benar-benar bangga bisa menemukan permata sepertinya"
Aku sedikit lega ketika James sudah mengucapkan kalimat penutup favoritnya. Sepertinya aku bisa segera mundur dari pembicaraan ini.
"Aku sudah menantikan film kedua ini. Aku adalah fans Breakthrough"
Sambut Drey menyebut film yang tadi diceritakan James.
"Senang mendengarnya"
Jawabku singkat. Berusaha mengakhiri percakapan ini dengan sopan.
Aku sudah hendak berpamitan saat Drey masih mengajukan pertanyaan lainnya.
"Bagaimana proses syutingnya? Apakah sulit untukmu?"
"Tidak, pemain lain Dan kru banyak membantuku"
"Apa kau tidak bisa memberikan spoiler untukku? Apa saja adegan penting di film kedua ini?"
Drey masih belum berhenti. Aku berharap Drey Akan bertanya pada James saja. Dia sangat suka berbicara. Pasti Akan bersedia menanggapi Drey.
Namun James hanya tersenyum saat aku mengirim isyarat padanya bahwa aku bingung bagaimana harus menjawab Drey.
Akhirnya aku hanya bisa menjawab dengan senyuman juga.
Tadinya aku mengira bahwa Drey akan memasang wajah kecewa. Sebaliknya dia justru tertawa seolah kami sedang bercanda. Lalu kembali menatapku dengan matanya yang indah.
Sungguh, yang Paling membuatku takut bukanlah pembicaraan dengannya, tetapi caranya menatap Dan sikap manisnya. Dia sepertinya menyadari bahwa aku tidak terlalu nyaman dengan topik yang dibawanya, Dan dia tidak bertanya lebih jauh.
Dia sungguh persis seperti yang digambarkan orang-orang. Sulit bagi seorang wanita menolak pesonanya.
"Aku selalu menyadari jika gadis Asia selalu punya pesona yang berbeda, Bukankah begitu James?"
Belum selesai aku menguasai diri, Drey sudah melontarkan pujian lain. Sepertinya mudah baginya untuk mengambil hati siapapun yang dikehendakinya. Karena aku juga sedikit terbuai.
Baik tutur katanya, maupun tatapan matanya, semua memang diciptakan untuk menggoda kaum Hawa.
Untungnya, mataku menangkap Casey yang berjalan menghampiri kami. Sepertinya dia sudah selesai dengan urusannya. Dan keberadaan Casey cukup untuk menjaga kesadaranku.
Casey masih sempat menyapa Dan berkenalan dengan Drey. Mengejutkan. Drey juga tahu Cara bersikap pada pria. sedikit basa basi yang mereka ucapkan satu sama lain. Sebelum Casey membawaku pamit untuk pulang.
Untuk terakhir kalinya di malam itu, aku sempat bertukar pandangan terakhir dengan Drey. Hanya beberapa menit kami bicara Dan dia telah meninggalkan kesan yang cukup mendalam bagiku.
Meskipun begitu aku yakin ini Akan jadi yang terakhir bagi kami bertemu. Kami bekerja di bidang yang berbeda. Pesta ini hanya sebuah kebetulan. Dan kami sungguh Dua orang yang berbeda. Aku hanya tidak tahu jika gadis manapun yang sudah tertangkap oleh sepasang Mata biru itu tidak Akan lagi bisa lari darinya.
*****
Casey sibuk bicara di balik kemudi. Kebanyakan bercerita mengenai Rhodes Dan kekonyolan teman-temannya di pesta. Meski terdengar lucu, aku tidak bisa menangkap seluruh ceritanya. Pikiranku lebih sibuk dengan Hal lain.
Mataku berat oleh Rasa kantuk. Sedangkan bayangan pekerjaan besok pagi sudah menghantuiku. Ini sudah lewat dari jam 12 malam. Mungkin hanya Ada 4-5 jam lagi waktu tidur sampai manajerku menjemputku besok.
"Apa kau mendengarku?"
Tanya Casey yang sepertinya menyadari mataku yang tidak lagi fokus.
"Ya, tentu saja"
Jawabku berbohong. Lalu melempar senyuman manis. Aku baru sadar jika aku menghadapi Casey dengan Cara yang sama seperti saat aku berbicara dengan orang-orang di pesta tadi.
Aku terpaksa melakukannya. Casey selalu mengatakan padaku bahwa dia sangat suka dihargai. Terutama ketika sedang bicara. Aku hanya takut ekspresi kecewa Akan keluar dari wajahnya jika tahu aku mengacuhkannya. Untung Casey tidak pernah curiga.
"Aku tadi berbicara dengan Joe, dia bilang menikah dengan suasana adat cukup berkesan. Sepertinya aku jadi tertarik. Bukankah di tempat asal ibumu juga masih menggunakan adat?"
Mendengar Casey menyinggung pernikahan, seketika mataku langsung terbuka lebar. Rasa antusias langsung mengaliri diriku.
Belum lama ini, teman Casey memang menikah dengan Artis India Dan menggelar upacara pernikahan di tanah kelahiran istrinya. Aku juga mengagumi pernikahan itu. Terlihat sakral.
"Ya, tentu saja. Menurut orang tuaku, memang upacara pernikahan sebaiknya dilakukan di tempat mempelai wanita"
Jawabku cepat.
"Mungkin Kita bisa mempertimbangkannya"
Dalam hati aku bersorak. Awalnya aku berpikir pembicaraan mengenai pernikahan Akan rumit. Tetapi ternyata kami memiliki pikiran yang sama. Semua kesepakatan bisa tercapai dengan mudah.
Sekarang aku hanya perlu menunggu Casey melamarku. Memintaku menjadi istrinya, lalu berbicara pada orang tuaku. Mulutku gatal sekali ingin menanyakannya sekarang. Namun aku menahan diri. Takut melukai harga diri Casey sebagai seorang pria.
"Kapan syuting film-mu selesai? Mungkin kita bisa membicarakannya lagi nanti"
Seolah membaca pikiranku, Casey sudah lebih dulu bertanya.
"Satu bulan lagi. Aku hanya perlu melakukan retake untuk beberapa adegan"
Casey hanya menjawab dengan anggukan. Aku sudah bahagia sekali. Bukankah itu artinya Casey sedang meninggalkan clue untukku? Dia mungkin Akan melamarku setelah pekerjaanku selesai. Lagipula aku tahu, Casey juga sibuk dengan pekerjaannya.
Aku sudah membayangkan berbagai macam kemungkinan adegan Casey melamarku. Dia orang yang sederhana Dan praktis. Jadi mungkin tidak Ada lamaran romantis yang wah. Tetapi Casey selalu tahu Cara melakukan yang terbaik.
Obrolan kami terhenti disana. Bersamaan dengan Mobil yang berhenti oleh lampu merah. Di depan Sana aku bisa melihat deretan gedung dengan papan reklame yang besar. Di Salah satu layar Ada diriku yang menjadi bintang iklan parfum sedang ditayangkan. Aku jadi penasaran, apakah berita pernikahan kami juga Akan ditayangkan di antara deretan gedung ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Nagisa
mudah di pahami dan bagus banget.....
2023-08-28
0
Dwisur
like dan nyimak dulu,, di baca dari koment2 yg ada jadi pengen mampir
2023-07-13
0
Ratna Dewi Dewi
q ga tau soal nulis novel atau apa...tapi bahasanya bagus mudah dicerna ..👍👍
2022-01-11
0