A Little Touch of Happiness

Nothing last forever,

happines is fragile and so the sadness

---

Hujan turun ketika aku dan Daniel dalam perjalanan pulang. Aku menatap kaca mobil yang mulai berembun karena hantaman air. Sejak aku kembali ke pusat informasi, Daniel tidak mengatakan apapun. sudah berjam-jam kami tidak bicara. dia mungkin melihat wajahku yang sembab dan memilih diam. Daniel selalu begitu, membiarkan hatiku sembuh dengan sendirinya sebelum membantuku.

Tanpa bicara, Daniel membelokkan mobil ke salah satu pinggiran jalan. Aku yang sedikit terkejut segera melongok keluar. Sebuah cafe.

“Perutku sakit sekali, aku ke toilet dulu”

Kata Daniel sebelum bertanya kenapa kami berhenti di sini. Dia langsung berlari keluar. Membuatku berpikir, apakah dia diam saja sedari tadi karena tidak ingin menggangguku atau justru karena menahan sakit di perutnya.

Hujan di luar turun semakin deras. Aku mulai merasa bosan. Jadi aku mengikuti Daniel keluar juga. Lagipula kami berhenti di depan cafe. Tidak ada payung sehingga bajuku jadi lumayan basah. Aku membuka pintu cafe dan melihat tempat itu sepi. Beruntung sekali, karena aku tidak suka dikenali oleh kerumunan. Sambil mengibaskan air di rambutku aku berjalan menuju tempat pemesanan.

Seorang waiter yang sibuk dengan smartphone-nya menyapaku. Dia mungkin adalah tipe yang sedikit acuh pada pelanggan. Namun begitu menatapku dengan seksama, dia hampir berteriak. Meskipun menampakkan diriku yang tanpa make up dan alami. Apalagi tanpa kaca mata atau masker. Dan Rambutku yang sedikit berantakan karena hujan tidak membuatku sulit dikenali. Aku biasa terlihat tanpa make up tebal di film ku.

Mengacuhkan kertekejutan pelayan itu, mataku masih sibuk melihat menu. Entah kenapa hal pertama yang terpikir olehku adalah tidak ada steak ataupun jus disana. Itu adalah menu favorit Casey yang akrab di lidahku.

“Matcha frappe dan americano. Untuk americano tolong tambahkan banyak krim di atasnya"

Pesanku.

Casey tidak pernah membiarkanku minum selain jus buah. Dan itu membuatku ingin mencicipi rasa yang berbeda. Tetapi lambungku cukup rapuh untuk menerima kafein dari kopi. Lagipula aku suka matcha. Mungkin menu itu disediakan bagi orang-orang sepertiku yang tak terlalu bersahabat dengan kopi.

Selesai membayar, aku duduk di salah satu meja dekat kaca. Mataku langsung tenggelam dalam pemandangan hujan di luar sana. aku adalah jenis orang penyuka hujan. Rintikannya terlihat cantik, dan baunya terasa sejuk. Terkadang dengan melihat atau mendengar suara hujan akan memberiku inspirasi untuk membuat sesuatu.

Tetapi bagian yang paling penting, Bagiku, air hujan  membasuh kesedihan di dunia lalu mengalir membawanya ke tempat yang jauh, agar menghilang. Maka sama halnya dengan kesedihan dunia, kesedihanku juga akan ikut dihapusnya.

“Kita bertemu lagi”

Suara sapaan seseorang membuyarkan lamunanku. Aku melihat pesananku sudah ada di atas mejaku. Tetapi bukan waiter yang mengantarnya dan menyapaku. Melainkan seorang pria setinggi 185 cm dengan badan atletis. Aroma kapulaga dan vanili langsung semerbak mengalahkan bau hujan favoritku.

Pria itu langsung duduk di depanku. Mengenakan kemeja putih dengan lengan yang dilipat hingga siku, dia berpenampilan sangat rapi. Sepatunya adalah buatan Stefano Bemer Shoes menandakan bahwa dia bukan orang biasa.

Ya, dia memang bukan orang sembarangan yang dengan penuh percaya diri mengajak bicara seorang selebritis dunia. Aku tidak bisa melupakan tatapan mata dan caranya tersenyum itu. pria yang kutemui di pesta sekitar 2 bulan yang lalu. Si Cassanova.

“Apa kabar?”

Sapaku canggung. Dia menyunggingkan senyumnya yang dengan mudah membuat wanita merasa gila.

“Merasa sangat baik setelah bertemu denganmu hari ini. bagaimana denganmu? Sangat tidak biasa bisa bertemu denganmu di tempat seperti ini.”

Lagi, dia mengatakan pujian yang seolah kami telah sangat akrab. dia mungkin biasa seperti itu. aku sering mendengar berapa banyak wanita yang telah jatuh ke pelukannya. Mereka mungkin tersentuh oleh kata-kata manisnya.

“Ada yang kulakukan di dekat sini”

Jawabku singkat. aku menjaga batas di antara kami yang bagiku masih orang asing. Drey seperti tidak terpengaruh oleh hal itu. Tanpa kutanya, dia langsung bercerita mengenai alasan kenapa dia ada di sini. Syuting iklan yang membuatnya merasa bosan dan mencoba mencairkannya dengan secangkir kopi di cafe ini.

Meski mendengarkan ceritanya, aku sama sekali tidak melihat ke arahnya. Mataku terpaku pada matcha frappe yang es nya mulai mencair di tanganku. Bukan hanya karena merasa tidak nyaman lalu aku ingin membuatnya merasa begitu juga. tetapi sejujurnya selain dengan orang-orang yang sudah kukenal untuk waktu yang lama, aku tidak biasa bergaul dengan pria. Bahkan dengan partner ku di film, butuh setidaknya 3x pertemuan sampai aku bisa terbiasa. Terkadang aku masih merasa malu. Sehingga secara tidak sadar, aku tidak bisa bersikap lepas di depan seorang pria.

“Kau tidak sendirian?”

Tanya Drey, merujuk pada americano di meja.

“Milik manajerku...”

Jawabanku terasa singkat dan kering. Membuatku selalu merasa takut jika lawan bicaraku akan merasa bosan padaku. tetapi Drey tidak terlihat canggung sama sekali. Dia tersenyum dan menyesap cappucino pesanannya yang baru datang. mungkin, karena dia terbiasa bicara dengan berbagai tipe wanita.

“Apa kau menyukai hujan ini?”

Tanya Drey kemudian membuat pipiku mengeluarkan rona merah karena malu.

Apa sikapku terlalu kelihatan sekali?

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan. Sungguh, aku tidak berani menatap mata Drey. Takut dia akan membaca semua yang kupikirkan.

“Hujannya pasti malu diperhatikan oleh gadis secantik dirimu”

Ujar Drey kemudian. Bahkan Casey tidak pernah mengatakan hal itu selama kami masih bersama. Kata-kata yang terdengar cheesy dan mampu membuatku sedikit berdebar. Tetapi tanpa ragu, Drey yang baru dua kali bertemu denganu mengatakannya seolah itu bukan apa-apa.

Sesaat aku mencuri pandang ke arah Drey, penasaran pada apa yang kira-kira sedang dipikirkannya. Bagaimana caranya agar aku bisa membaca tindakannya seperti yang dilakukannya padaku? sebelum aku sempat  mencari jawaban untuk itu, Daniel sudah muncul membuyarkan momen hangat di antara kami.

Daniel sudah berpengalaman bicara dengan banyak orang, sehingga bisa langsung masuk dalam pembicaraan di antara kami. Mereka bahkan langsung akrab, meninggalkanku seorang diri yang tak bisa mengikuti obrolan mereka.

"Bukankah tanggal 9 ada acara untuk premiere film terbarumu?”

Tanya Drey padaku di tengah pembicaraannya dengan Daniel. Mengejutkanku yang sejak tadi merasa diabaikan.

“mm...ya”

Jawabku tanpa persiapan. Tetapi Daniel sudah menyahut dengan keluhannya. Dia panjang lebar bercerita tentang kegilaanku yang datang jauh kemari hanya untuk pergi ke Redwood.

“Kedengarannya seru sekali”

Komentar Drey dengan dengan tawa setelah mendengarkan omelan panjang Daniel. Aku makin tidak bisa mengangkat wajahku.

“Mau pulang denganku? Aku bisa berkendara dengan cepat”

Tawar Drey yang terdengar seperti orang sedang bercanda untukku.

“Benarkah? Aku akan sangat berterima kasih jika kau melakukannya”

Daniel sudah menyahut setuju tanpa bertanya padaku. aku yang tidak setuju dengan ide itu langsung panik setelah Drey juga mengiyakan Daniel.

“Bagaimana dengan syutingmu?”

Tanyaku mencari alasan.

“Hanya butuh 1 kali take lagi. Beri aku 15 menit dan aku akan segera kembali kemari”

“tentu saja. Tidak masalah. kami bisa menunggu”

Lagi-lagi Daniel sudah menyahut duluan tanpa bertanya padaku. aku hanya bisa bengong tidak percaya. 

Drey benar-benar pergi untuk 15 menit. Saat kembali dia sudah mengenakan jaket kulit dan menenteng sebuah tas berukuran sedang. Drey bilang akan pergi ke LA juga jadi dia akan menyetir mobilku. Sementara Daniel akan pulang dengan rombongan Drey agar bisa tidur.

Aku sempat marah pada Daniel tadi karena membuat keputusan seenaknya. Membiarkanku berkendara dengan orang asing. Namun Daniel hanya mengatakan jika itu hukuman untuk keegoisanku kemarin. Dia sudah terlalu lelah untuk kembali duduk di balik kemudi mobil. Aku tidak bisa membantahnya lagi.

Berbeda dengan Daniel, Drey terlihat begitu senang saat bisa memegang setir Ferrari-ku. Dia bercerita mengenai rasa sukanya pada mobil sport dan memuji betapa terawatnya mobil ini. aku masih belum tenang. aku mengkhawatirkan kecanggungan yang akan tercipta di antara kami. Ini adalah pertama kalinya aku berkendara dengan pria lain selain Casey, Daniel atau teman dekatku.

Kurapatkan selimut kasmir yang dipakai sebelumnya oleh Daniel untuk sedikit menghalau ke-risauan ku. Perlahan mobil kami bergerak, turun ke jalanan yang masih diterpa hujan. Kualihkan perhatianku dengan memandang keluar jendela.

“Kau suka musik apa?”

Tanya Drey membuatku terpaksa harus melihat ke arahnya.

“Linkin Park”

Jawabku. Beberapa saat setelah menerima jawabanku, lagu “Numb” sudah terdengar memenuhi mobil.  Dia membuatku heran bisa memutar lagu itu dengan cepat seolah ini mobilnya. Namun kuakui, aku tersentuh dengan pertanyaan itu.

Drey membiarkan aku mendengarkan lagu favoritku di perjalanan panjang ini. perlahan seiring hentakan irama keras dari suara Chester Bennington, mobil ini melaju makin kencang. Sesuai dengan janjinya tadi, Drey membawa mobil ini pada kecepatan yang sebenarnya.

*******************

“Untuk apa beli mobil?”

Tanya Casey sambil mengernyitkan kening saat aku memperlihatkan foto Ferrari baruku. Aku baru saja merengek pada Daniel untuk segera mengurus keperluan pembeliannya.

“Aku juga butuh mobil untuk bepergian”

Jawabku mencoba mencari alasan. Casey masih belum mengangkat kerutan di dahinya. Dia menatapku penuh keraguan.

“Benar cuma itu?”

Selidik Casey. Dia berusaha menangkap tatapan di mataku, seolah tahu kebohonganku,

“Aku juga suka modelnya”

Jawabku menyerah. Minggu lalu Arie menunjukkan video-video tentang mobil sport. Aku langsung jatuh cinta pada si merah ini. aku terus kepikiran kalau tidak membelinya. Harganya memang sangat mahal, tetapi ini pertama kalinya aku membelanjakan uangku hanya untuk sebuah mobil mewah. Lagipula aku sudah mendapatkan lisensi berkendara-ku.

Casey menghela nafas panjang mendengar jawabanku. Sebuah cara protes yang paling tidak kusukai. Ini seperti dia langsung men-cap-ku berselingkuh setelah melihatku jalan dengan pria lain.

“kamu selalu belanja hal yang nggak perlu”

Aku sudah mengantisipasi komentar semacam itu darinya. Namun aku tidak menyangka jika rasanya akan tetap pahit. Casey tidak bicara lagi. Dia hanya diam, yang diam-nya itu membuatnya sekalipun tak pernah mau membawa mobilku. Aku juga tidak punya waktu untuk mencoba mengemudikannya. Akhirnya, Ferrari Berlinetta-ku berakhir di garasi layaknya pajangan sebuah showroom.

**************

Aku merasakan kepalaku terbentur sesuatu sebelum akhirnya terbangun. Aku menoleh, Drey masih di sampingku menyetir mobil sambil mengikuti irama “Divide”.

Aku segera mengecek arloji di tanganku. Sudah 3 jam berlalu sejak kami meninggalkan cafe. Mobil ini sudah menyusuri jalanan LA yang familiar. Sebentar lagi kami akan sampai di apartemenku. Ini lebih cepat 2 jam dari perjalananku dengan Daniel sebelumnya. aku pasti tidak sadar seberapa cepat Drey melajukan mobil dan tertidur.

“Apa kau tidur dengan nyenyak?”

Tanya Drey setelah menyadari aku telah membuka mata. Aku hanya bisa mengangguk malu. Biasanya aku tidak akan semudah ini jatuh tertidur dengan orang asing di sampingku.

“Aku akan mengantarmu sampai apartemen. Royal Sky, Beverly Hills kan?”

Tanya Drey lagi menyebutkan nama apatemenku. Matanya sudah memperhatikan kemana dia harus berjalan.

“Lalu bagaimana denganmu?”

Tanyaku terkejut. Aku menyadari jika kata-kata Drey barusan mengandung arti bahwa dia tidak akan mampir atau meminjam mobilku untuk pergi ke tujuannya. Aku tidak tahu bagaimana dia akan pergi setelah itu.

“Aku bisa naik taksi”

Jawab Drey santai. Dia menjawab dengan senyuman yang tergambar di wajahnya. Seolah meyakinkanku agar tidak terlalu mencemaskannya.

Drey benar-benar hanya mengantarku sampai tempat parkir di lantai dasar lalu pamit pergi menggunakan taksi. Seperti biasa, aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Untuk apa dia melakukannya sampai sejauh ini. untuk gadis kaku yang baru dikenalnya ini.

*****************

Esoknya aku menghadiri acara premiere film yang sudah dicemaskan oleh Daniel. Stylist-ku memilihkan mini dress keluaran D & G  berwarna hitam. Aku terjun ke industri ini saat berusia 16 tahun, 4 tahun sudah berlalu dan aku ingin image-ku juga berubah.

Mini dress-ku menampilkan sedikit kesan seksi untuk memproklamirkan kedewasaanku. Panjangnya berada di atas lutut, memperlihatkan bagian kaki. Model Bagian atas tidak berlengan . meskipun begitu,  sebenarnya aku masih sedikit malu mengenakan pakaian yang terlalu terbuka. Karena itu stylist-ku memilihkan yang belahan di bagian dadanya tidak terlalu rendah. Aku juga suka yang sederhana, sehingga tidak memakai perhiasan atau riasan mencolok.

Setelah berjalan beberapa kali dalam situasi semacam ini, aku sudah tidak canggung lagi untuk bergaya di atas red carpet. Memasang wajah sebahagia mungkin di depan kamera yang tak henti memotret. Selain aku, ada Vanessa, Vin Diego, dan Leo Ricardio yang juga berperan dalam film ini. mereka adalah artis yang sudah lebih dulu tenar sebelum aku. Kami mengakhiri momen karpet merah dengan interview singkat dan juga pose bersama.

******************

Tubuhku langsung ambruk menghantam kasur saat tiba di apartemen. Jam sudah menunjuk pukul 2 pagi. Setelah acara premiere dan serangkaian interview yang panjang setelah film, para kru mengadakan after party larut malam.

Aku pamit duluan karena tidak minum alkohol maupun berjoget penuh kebebasan di bawah kelip mirror lamp. masih ada jadwal promosi panjang di depan. Seperti premiere di kota lain, bahkan luar negeri yang harus kami jalani. Belum dengan undangan ke acara talk show atau interview dengan majalah. Jadi aku memilih menyimpan tenaga untuk itu.

Kunyalakan ponsel yang seharian ini sudah kuabaikan. Puluhan pesan langsung di aplikasi chat maupun message. Masih ditambah dengan notifikasi yang tak bisa kuhitung jumlahnya dari instagram. Saat premiere tadi aku memposting 2 foto dan sebuah video untuk menyenangkan fans ku.

Aku memilih mengabaikan aplikasi lain dan hanya membuka aplikasi chat yang akhir-akhir ini sering kugunakan. Dengan telaten kubaca satu persatu pesan untukku. kebanyakan dari teman-teman yang mengucapkan selamat atas perilisan film. Kucari nama Casey di antara pesan-pesan itu tetapi tidak ada. Dia bahkan sudah tidak peduli dengan hubungan rekan satu profesi di antara kami.

Aku sedikit kecewa. Pada dia yang memutuskan kontak setelah putus dan pada diriku sendiri yang masih berharap padanya. Aku hanya bisa menghela nafas, melamunkan kapan aku bisa berhenti memikirkan pria itu.

Saat itu mataku terpaku pada chat di urutan paling bawah. Isinya juga ucapan selamat. Dia adalah yang paling pertama mengirim pesan padaku di antara lainnya. namun aku tidak mengenali nomor itu. kode awal nomor itu, (+34)  juga bukan milik California. Berarti pengirim dari luar negeri.

Terima kasih, siapa ini?

Balasku dengan cepat. Sebenarnya ada ketakutan di hatiku. Akhir-akhir ini sedang marak diberitakan tentang fans yang kelewat batas dan menjadi stalker. Banyak artis yang menjadi korban dengan segala privasi yang berhasil diterobos. Aku bahkan harus secara rutin mengganti password untuk email dan social media sebagai antisipasi.

Ini Drey.....🙂

Balasnya singkat. aku jadi ingat kalau Drey memang meminta nomorku sebelum kami berpisah tempo hari.

Tanpa langsung menjawab, aku lebih dulu membuka mesin pencari. Aku memeriksa kode nomor (+34). Kode telpon negara Spanyol. Setahuku, Drey memang menetap di Madrid. Aku baru percaya dan bernafas lega.

Sebuah pesan lain datang dari Drey.

It’ll be a great movie. I can’t wait to watch it tonight

Sebuah pesan yang mampu memberi rasa hangat di hatiku. Seolah aku sedang dipuji untuk kerja kerasku selama ini. filmku memang dirilis secara bersamaan di hampir seluruh dunia, tetapi dengan perbedaan waktu, Drey yang ada di Madrid pasti belum menyaksikannya,

Thank you, I hope you’ll enjoy it

Jawabku senang. Entah mengapa aku bisa menaruh ponselku dengan perasaan tenang lalu tertidur.

***************

Terpopuler

Comments

Dwisur

Dwisur

pernah di fase spt itu

2023-07-14

0

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

keren

2021-06-23

0

Yani SNA

Yani SNA

menarik

2021-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Meeting
2 Reminiscing
3 Broken Wings
4 A Little Touch of Happiness
5 Surprise
6 Cloudburst
7 Confession
8 Fall into Him
9 Deal
10 Stay or Leave
11 Decision
12 Off Screen
13 Secret Message
14 Rose Effects
15 She (Drey POV)
16 Neighbor
17 The Color of The House
18 The Color of The House (Drey POV)
19 Jealousy
20 He Doesn't Like It
21 Big Day, Bad Day
22 Anxiety
23 Turn Over A New Leaf (Drey POV)
24 Tickled Pink (Drey POV)
25 Blessing in Disguise
26 Lovestagram
27 Lumiere
28 Fight
29 Petrichor
30 Unidentified First Love
31 Warm Memories
32 Night at The Hotel
33 Devil or The Deep Blue Sea
34 Bittersweet (Asli)
35 Beaming (Drey POV)
36 Training
37 The Risk
38 Author's note
39 A Blast from The Past
40 Sugar's Girl (Drey POV)
41 Author's note lagi
42 Uninvited Guest
43 Fulfilled Emptiness
44 Fulfilled Emptiness (Drey POV)
45 Pengumuman
46 Invitation
47 Brother
48 Shocking Impression
49 Family (Drey POV)
50 Exciting Time
51 Reddish Luna
52 Parent's Heart (Drey POV)
53 Purely Naughty (Drey POV)
54 Look at Me!
55 Lucas
56 Unfamiliar Relationship
57 Precious
58 Promising Sunset
59 Promising Night
60 Half Time
61 Farewell (Drey POV)
62 Departure (Drey POV)
63 Friction (Drey POV)
64 Regret
65 Fuzzy
66 The End of Friction
67 The Song
68 News
69 Sugar's Land (Drey POV)
70 Home's Trouble
71 Party (Drey POV)
72 A Gift (Drey POV)
73 A Simple Happiness (Drey POV)
74 (Water)Fall - Drey POV
75 Pengumuman
76 Back to Home
77 Back to Spirit
78 Rival
79 Promosi
80 Amsterdam
81 Confrontation
82 Mother (Drey POV)
83 Another Night
84 Disagreeable Reason
85 Lies (Drey POV)
86 Sincerity (Drey POV)
87 A Wish (Drey POV)
88 The Movie (Drey POV)
89 A Long Day (Drey POV)
90 One Quiet Day
91 Disturber
92 Healing
93 Winsome
94 Heroine
95 Confession (Drey POV)
96 Dinner
97 Rejected
98 Sweet Enemy
99 Broken Off (Drey POV)
100 Revelation
101 Lost Connection (Drey POV)
102 Slump
103 Desperation (Drey POV)
104 The Place Where I Saw You
105 A Banquet (Author POV)
106 The Promised Day (Author POV)
107 Night's Off
108 Decision
109 Another Path
110 Dean Charleville
111 King Charleville
112 Vella Charleville
113 Sugar - End
114 An Apology
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Prolog : Meeting
2
Reminiscing
3
Broken Wings
4
A Little Touch of Happiness
5
Surprise
6
Cloudburst
7
Confession
8
Fall into Him
9
Deal
10
Stay or Leave
11
Decision
12
Off Screen
13
Secret Message
14
Rose Effects
15
She (Drey POV)
16
Neighbor
17
The Color of The House
18
The Color of The House (Drey POV)
19
Jealousy
20
He Doesn't Like It
21
Big Day, Bad Day
22
Anxiety
23
Turn Over A New Leaf (Drey POV)
24
Tickled Pink (Drey POV)
25
Blessing in Disguise
26
Lovestagram
27
Lumiere
28
Fight
29
Petrichor
30
Unidentified First Love
31
Warm Memories
32
Night at The Hotel
33
Devil or The Deep Blue Sea
34
Bittersweet (Asli)
35
Beaming (Drey POV)
36
Training
37
The Risk
38
Author's note
39
A Blast from The Past
40
Sugar's Girl (Drey POV)
41
Author's note lagi
42
Uninvited Guest
43
Fulfilled Emptiness
44
Fulfilled Emptiness (Drey POV)
45
Pengumuman
46
Invitation
47
Brother
48
Shocking Impression
49
Family (Drey POV)
50
Exciting Time
51
Reddish Luna
52
Parent's Heart (Drey POV)
53
Purely Naughty (Drey POV)
54
Look at Me!
55
Lucas
56
Unfamiliar Relationship
57
Precious
58
Promising Sunset
59
Promising Night
60
Half Time
61
Farewell (Drey POV)
62
Departure (Drey POV)
63
Friction (Drey POV)
64
Regret
65
Fuzzy
66
The End of Friction
67
The Song
68
News
69
Sugar's Land (Drey POV)
70
Home's Trouble
71
Party (Drey POV)
72
A Gift (Drey POV)
73
A Simple Happiness (Drey POV)
74
(Water)Fall - Drey POV
75
Pengumuman
76
Back to Home
77
Back to Spirit
78
Rival
79
Promosi
80
Amsterdam
81
Confrontation
82
Mother (Drey POV)
83
Another Night
84
Disagreeable Reason
85
Lies (Drey POV)
86
Sincerity (Drey POV)
87
A Wish (Drey POV)
88
The Movie (Drey POV)
89
A Long Day (Drey POV)
90
One Quiet Day
91
Disturber
92
Healing
93
Winsome
94
Heroine
95
Confession (Drey POV)
96
Dinner
97
Rejected
98
Sweet Enemy
99
Broken Off (Drey POV)
100
Revelation
101
Lost Connection (Drey POV)
102
Slump
103
Desperation (Drey POV)
104
The Place Where I Saw You
105
A Banquet (Author POV)
106
The Promised Day (Author POV)
107
Night's Off
108
Decision
109
Another Path
110
Dean Charleville
111
King Charleville
112
Vella Charleville
113
Sugar - End
114
An Apology

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!