Love is poison. A sweet poison.
Yes, but it will kill you all the same
(George R.R. Martin)
------
Pagi ini aku memulai hariku dengan berbeda. Pukul sembilan kurang mobil Ferrari F12 Berlinetta yang kubeli hanya karena suka dengan modelnya itu sudah melaju melintas di jalanan US 101 North South Highway. Jalanan tidak seramai tempatku tinggal. Aku bisa berkendara begitu santai ditemani dengan Up&Up milik Coldplay.
Sementara di sebelahku, Daniel tertidur dengan pulasnya setelah menyetir selama enam jam lebih. Dia bahkan menutup wajahnya dengan selimut kasmir yang dicomotnya begitu saja dari apartemenku.
Kemarin aku membuat permintaan tidak masuk akal. Meminta daniel yang sudah cukup lelah untuk membawaku ke ujung California. Ada tempat yang begitu ingin kudatangi. Dan hanya tempat itu yang akan menghilangkan kemalasanku untuk bergerak.
Kami harus berdebat panjang dan lama mengingat acara premiere minggu depan. Daniel khawatir jika aku akan mengacaukan jadwal dan membuat kerja kerasku selama setahun setengah ini menguap. Namun, aku berhasil membujuknya atau lebih tepat mengancamnya jika aku akan pergi sendirian. Itu akan menjadi lebih buruk.
Mobilku mulai melaju pelan setelah memasuki tujuanku. Sehabis melewati pintu keluar 753, kami akhirnya sampai di sana. Tidak ada pengunjung lain karena hari yang masih pagi dan bukan weekend. Aku familiar dengan tempat ini meskipun mungkin sudah beberapa bulan tidak datang kesini.
Aku memarkir mobilku dan tanpa membangunkan Daniel langsung keluar. Hawa sejuk langsung membelaiku. Aku suka udara segar disini. Anginnya, cahaya mataharinya, bau embunnya, aku tidak akan pernah bosan padanya. Aku melihat sekeliling. Beberapa tulisan mengingatkan dimana aku sekarang. Redwood National and State Parks, Tempat yang memberi kesejukan pada badan dan hatiku.
Daniel yang terbangun dari mimpinya dengan cepat menyusulku keluar mobil. Aku hanya tersenyum melihatnya mengucek mata. Berbanding terbalik denganku, Daniel sangat tidak suka kegiatan seperti ini. dia lebih suka tempat yang hingar bingar ketimbang hutan yang hanya berisik oleh suara daun diterpa angin.
Tetapi aku tidak peduli. Kakiku sudah melangkah penuh semangat untuk masuk. Aku sengaja datang pagi karena banyak fenomena alam hanya bisa dinikmati sebelum matahari terlalu tinggi. Dan lagi tempat ini baru buka pukul 09.00.
Tujuan pertamaku adalah pusat informasi. Di tempat ini ada banyak kegiatan bisa dinikmati. Mendaki, eksplorasi, bermain di pantai, kemah, tetapi favoritku adalah bersepeda. Aku suka bagaimana angin menerpaku ketika kukayuh sepedaku. Suka saat mataku bisa menikmati hamparan pemandangan yang indah tanpa lelah. Aku terlalu lelah untuk mendaki, waktu terlalu sempit untuk eksplorasi, dan tidak terlalu mood bermain di pantai. Tapi dengan bersepeda, aku bisa menikmati semuanya dengan cara yang lebih sederhana.
"sudah lama aku tidak melihatmu"
Seseorang berlari menyambutku begitu aku sampai di depan pusat informasi. Aku hanya tersenyum menyambut pelukannya. Seorang gadis 27 tahun-an dengan seragam ranger.
"Nat..kau makin cantik saja"
Suara sapaan Daniel memotong reuni kami. Natalie, si ranger itu melepaskan pelukanku dan menyambut Daniel. Berbagai sapaan hangat langsung terdengar dari mereka berdua. Daniel mungkin benci kegiatan alam begini, tetapi dia tidak bisa menolak apapun jika ada Natalie di sana.
"Bisa pinjam sepeda?"
Tanyaku tanpa basa basi. Gantian aku yang memotong reuni mereka. Natalie tertawa renyah, merasa aneh dengan ketergesaanku.
"Kenapa tidak minum kopi dulu?"
Tanyanya menahanku. Dia langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke pusat informasi.
"Aku akan melewatkan banyak hal karena secangkir kopi"
Tolakku mengisyaratkan penolakan halus. Natalie kembali menjawabnya dengan tertawa. Dia tidak lagi bertanya. Dia mengenalku betul dan tahu bahwa aku tidak akan menunggu.
Setelah meminjam sepeda dan meninggalkan Daniel yang lebih memilih minum kopi dengan Natalie, aku langsung menyusuri ruteku.
Redwood sangat luas tetapi tidak semua rute bisa dilalui dengan sepeda. Aku biasa pergi berkendara di Little Bald Hill. Sebuah jalanan yang membawa waktuku kembali mundur.
*********
"Liburan kemana?"
Tanyaku pada Casey yang sedang makan pastanya.
"Redwood, tempat yang pernah kuceritakan dulu"
Jawabnya masih sibuk memutar garpunya mengumpulkan pasta di piring.
Aku mengernyitkan kening. Casey mungkin pernah cerita, tetapi aku sudah lupa, atau tidak mendengarkannya waktu itu.
"Kapan syutingmu selesai?"
Tanya casey yang pada akhirnya melihat ke arah mataku, namun belum menangkap kebingunganku.
"Jam lima"
Casey hanya mengangguk mendengar jawabanku. Dia kembali melanjutkan makannya.
Sementara dengan cepat tanganku segera mengetik di layar smartphone kata "Redwood". Mesin pencari online bisa mengerjakan jawaban yang kubutuhkan. Tetapi yang muncul disana ada bermacam-macam. Terlalu banyak yang menggunakan kata redwood di dunia ini. aku meletakkan kembali ponselku, menyesal tidak mendengarkan dengan baik cerita Casey.
Mataku langsung terbelalak begitu melihat secara langsung "redwood" yang dimaksud Casey. Kantukku akibat syuting sampai jam 5 pagi langsung hilang. Kelelahanku untuk perjalanan 3 jam dari lokasi syutingku juga tidak bisa lagi kurasakan. Aku terlalu takjub. Bukan sensasi seperti orang melihat tempat impiannya untuk pertama kali. Tetapi lebih kepada "what?!". Ini adalah liburan pertama kami, dan tempat pilihannya adalah hutan.
Impianku tentang tempat romantis, candle light dinner dengan musik jazz, bercanda tawa di atas bianglala, atau bergandengan tangan menyusuri pantai, semuanya buyar. Tubuhku langsung lemas menghantam kursi mobil.
Aku hanya mendengarkan Casey ngobrol dengan pemandu. Dia memilih paket "liburan" kami. Aku lebih sibuk dengan wajah cemberutku.
Aku baru menyelesaikan syutingku yang penuh adegan perkelahian. Aku bahkan harus melakukan pemeriksaan rutin atas memar yang kadang kudapatkan dari benturan secara tidak sengaja. Dan sekarang Casey akan membawaku melakukan kerja keras lainnya, mendaki, berkemah, berpetualang untuk liburan 3 hari yang kudapat dengan susah payah. Otakku sudah suram membayangkannya.
Aku Cuma bisa melongo ketika Daniel tiba-tiba muncul. Dengan senyum lebar dia mengantar satu tas penuh perlengkapan berkemah dan mendakiku. Wajahnya berkata 'good luck' dengan sedikit ejekan.
Sama saja dengan teman beberapa teman komunitas yang diundang Casey. Menurutnya berkemah tentu semakin seru jika dilakukan ramai-ramai. Yang bisa bersimpati denganku hanya pacar para mereka yang terpaksa ikut. Mereka sama lelahnya dengan rencana ini.
Pukul 10 pagi Casey membawa rombongan kami untuk melakukan aktivitas pertama kami, bersepeda. Badanku yang masih pegal semua membuatku mengayuh pelan. Aku memilih berada di barisan paling belakang, layaknya anak penyendiri. Casey yang memimpin jalannya rombongan akhirnya melambatkan sepedanya dan mengayuh di sampingku. Dia mungkin baru melihat kekecewaan di wajahku.
"Kalau mengayuh seperti itu kau baru akan sampai besok pagi"
Candanya, atau sindirnya.
"Liburan yang menyenangkan"
Aku juga berkata sarkasme. Untuk pertama kalinya semenjak jadian, aku menunjukkan kemarahan.
"Yeah..memang menyenangkan..kita bisa menikmati kesegaran alam setelah sesak dengan kepenatan kota"
Jawabnya kemudian. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Aku bingung apakah dia sedang menjawab sarkasmeku karena menangkap amarahku atau malah menganggapnya sebagai pujian.
Namun satu hal yang pasti, dia adalah pria baik yang membuatku harus menelan lagi kekesalanku. Bagaimana bisa aku berkata buruk padanya. Aku menyerah dengan kemarahanku dan melanjutkan kayuhan sepedaku mengikutinya.
Aku mencoba mengambil sisi positif dari semua ini. rasa penatku memang sedikit hilang seperti yang dikatakan Casey. Bald Hill Roads yang kami lewati dikelilingi hamparan padang rumput yang hijau. Udaranya sangat sejuk dihasilkan dari pepohonan yang mengelilinginya. Matahari yang hampir berada di atas kepala juga terasa hangat. Badanku mungkin semakin lelah, namun pikiranku menjadi lebih segar.
************
Sepedaku berhenti di sepertiga perjalanan. Aku meninggalkannya di pinggir jalan dan berjalan ke hamparan padang rumput yang masih sedikit basah oleh embun. Aku langsung merebahkan tubuhku. Rasa dingin merasuk ke kulitku. Mungkin ada kerikil dan hewan kecil di sana membuat ketidaknyamanan. Tetapi aku merasa ini sensasi yang lebih menyenangkan ketimbang kasurku. Silaunya matahari juga terasa lebih lembut daripada cahaya lampu kamarku. Hatiku berdesir mendengar suara angin yang lewat.
Akhir-akhir ini aku sulit tidur dan makan tidak teratur. Dan sekarang kantuk menggelayut di mataku. Aku juga baru ingat jika hanya menelan sepotong sandwich pagi ini. aku baru ingat belum melakukan pemeriksaan rutinku ke dokter, tidak pergi olah raga, dan aku juga kelupaan minum vitaminku. Hidupku sangat kacau beberapa waktu ini. Aku baru menyadari semua itu.
Semua kesadaranku kembali sama seperti kerinduan di hatiku. Hamparan hijau di mataku hampir sama dengan ladang di dekat rumahku di Indonesia. Kesejukan yang kudapatkan disini sama dengan segarnya udara di sana. mungkin kenyataannya memang aku berada terlalu jauh dari rumah. bahwa sebenarnya aku masih terlalu muda untuk menjalani kehidupan di sini. Hingga ketika jatuh dan membentur sisi kehidupan yang paling bawah, sulit bagiku untuk bangun lagi.
Aku bangkit dari tidurku. Sudah saatnya aku bangun dan mulai mencari tahu bagaimana mendapatkan diriku yang biasanya. Kukeluarkan smartphone-ku. Sudah lama sejak aku membersihkan isinya. Kubuka galeri fotoku. Aku bukan orang yang terlalu suka mengambil foto. Namun di dalam galeri itu penuh dengan kenangan. Yang banyak mengisinya hanya satu orang, pemilik senyuman sehangat matahari itu.
***********
"Berhenti mengambil foto"
Protesku pada Casey yang tidak hentinya membunyikan kamera smartphoneku. Dia hanya tersenyum dan seperti biasa selalu menjawab bahwa mengambil fotoku adalah sebuah hobi baru baginya.
Aku benar-benar sudah lupa dengan kemarahanku tadi. Semua hilang ketika kami duduk di rerumputan yang masih berbau tanah basah ini. aku mulai bisa menikmati angin Bald Hill yang tidak terlalu kencang dan dingin. Mendengar bagaimana angin itu menggoyangkan rerumputan. Mengingatkanku pada lagu Ebiet, Berita Kepada Kawan. Orang tuaku suka sekali memutar lagu itu. disana ada lirik mengenai 'rumput yang bergoyang'. Cukup nge-tren di Indonesia.
"Ada rusa.."
Teriak casey membuyarkan lamunanku. Dia sudah bergerak lebih dulu untuk mengambil foto. Aku dan yang lain langsung ikut berlari menyusulnya.
Ini bukan pertama kalinya aku melihat rusa, tetapi kalau yang sebesar itu baru sekarang ini. Casey bilang memang sebuah keberuntungan bisa melihat rusa di sini. Itu juga salah satu alasannya melalui jalur ini. tetapi dia melarang kami mendekat. Meski bukan bianatang buas, rusa disini masih liar. Aku hanya bisa mengaguminya dari jauh dan hasil jepretan Casey.
Tempat kemah kami di Area kemah yang lumayan bagus, tetapi tidak ada listrik disana. Kami menghabiskan sisa waktu kami di sore hari dengan membangun tenda.
Kami membawa persediaan makanan langsung jadi untuk malam ini, jadi tidak perlu memasak. Seperti layaknya kegiatan kemah yang lain, kami menghabiskan malam dengan bermain api unggun.
Aku sudah bisa mengambil sisi positif lain dari liburan ini. Aku menjadi dekat dengan Teman-teman komunitas yang diundang Casey kemari.
Aku juga baru ingat cerita lama casey yang tidak kudengarkan tentang redwood. Ini adalah tempat favoritnya menghabiskan waktu sejak datang ke California. Awalnya Casey kemari karena penasaran dengan pohon tertinggi. Tetapi setelah itu dia jadi ketagihan untuk kembali.
Dia kembali menceritakan pengalamannya di sana malam itu. tidak ada rute pendakian di redwood yang belum pernah dicobanya. Mendengar cerita itu membuatku sadar, inilah dunia Casey yang harus kukenali.
Kami memulai pendakian esok paginya pukul 8.00 pagi. Casey menunggu seorang ranger yang akan memandu kami. Meski sudah berpengalaman, Casey tidak mau ambil resiko membawa 7 orang sendirian.
Tidak seperti yang kubayangkan, yang akan memandu kami adalah seorang wanita. Masih di usia 20-an dengan mata berwarna almond dan rambut pendek kemerahan. Tingginya mungkin hampir 175 cm dengan badan yang tak terlalu kurus. Logatnya sangat halus dan lugas. Aku paling suka lesung pipitnya yang terasa begitu ramah ketika tersenyum.
"Namaku Natalie, aku akan menjaga kalian hari ini"
Dia memperkenalkan dirinya dengan gayanya. Dan kata-kata itu membuatku bisa bergantung padanya.
Rute yang dipilih Casey untuk pendakian adalah Coastal Trail. Untuk kesana, kami diantar lebih dulu dengan RV. Kata casey hanya butuh 6-9 jam untuk pulang pergi. Dan lagi, rute ini berada di sepanjang pantai. Rutenya tidak terlalu sulit dengan banyak view.
Semua itu bukan sebuah rayuan belaka dari Casey. Kami melewati anak sungai, pantai dan juga old-growth redwoods yang terkenal itu. tetapi bukan berarti aku melalui pendakian bertamaku ini dengan penuh cerita bahagia. jalan di sana licin dan berkabut. kondisiku yang tidak fit karena kelelahan membuatku harus berhenti beberapa kali. Natalie juga terus menjagaku untuk menyodoriku coklat atau gula ketika wajahku mulai pucat. Aku jadi akrab dengannya karena itu. Setelah kembali ke tenda, aku langsung tidur dan bangun saat kami pulang keesokan harinya. Aku bahkan tidak bisa bergerak selama seharian di apartemen.
Kukira liburan pertamaku di redwood akan membuatku kapok. Aku sudah mengalami banyak kesulitan di sana. aku salah. Setelah itu aku dan casey selalu menghabiskan liburan kesana. Casey mengajakku mencoba rute pendakian lainnya. baru kusadari jika Coastal Trail adalah rute tersulit. Dan dari semua petualanganku di sana, favoritku adalah bersepeda di Bald Hill Roads. Namun, kenyataannya adalah karena di sana ada Casey.
***********
Tanganku berhenti menggeser layar smartphone ketika melihat fotoku yang menunjukkan ekspresi cemberut. Foto yang diambil ketika pertama kali aku datang kemari. Mungkin usianya sudah 2,5 tahun.
Aku sudah merasakan perubahan itu. bagaimana ketika aku menganggap ide berlibur ke hutan lindung seperti ini sangat tidak masuk akal hingga tiba-tiba pergi kesini sendiri. Aku mungkin menjadi berbeda tanpa kusadari. Semuanya karena 2,5 tahun ini, tidak, mungkin lebih lama dari itu, ketika aku mengenal Casey.
Sesak di dadaku akhirnya membuncah. Aku mendekap smartphoneku dan mulai menangis. Kukeluarkan hingga suaranya memenuhi hamparan padang rumput yang tenang ini. aku terus menangis sendirian membiarkan air mataku membasahi rumput layaknya embun. Rasanya perih di hatiku ikut terbasuh dengannya. Makin terasa sakit ketika aku ingat waktu selama tiga tahun ini akan terhapus begitu saja.
Tanpa kusangka, kisah cinta antara aku dan casey memang telah berakhir. Ketika semua kenangan indah milik kami kembali berputar di otakku, rasanya hanya perih yang tersisa.
Casey adalah pria terbaik yang pernah kutemui. Dia cukup dewasa untuk menasehatiku, mengarahkanku pada pilihan yang terbaik. Casey tidak pernah bicara dengan nada tinggi padaku, selalu penuh kesantunan. Sifatnya yang hangat dan penuh perhatian membuatku selalu bergantung padanya. Aku yang sudah kehilangan sosok Ayah karena harus tinggal berjauhan, menemukan sosok itu dalam dirinya. Sesuatu yang kubutuhkan.
Aku bahkan sudah membayangkan pernikahan dengannya. Menyangka dia Akan segera melamarku. Dan menjadi suami terbaik yang bisa kumiliki.
Tetapi tidak ada yang sempurna di dunia ini. Casey memang baik, tetapi terlalu baik. aku selalu mengikutinya karena tidak cukup mampu menjadi jahat untuk melawan keinginannya. Kami tidak pernah bertengkar. Sekalipun walau hanya beradu argumen. Dia selalu memikirkan yang terbaik untukku tanpa pernah menyadari bahwa dari sudut pandangku itu tidak terlalu baik. yah, itulah celah dalam hubungan kami. Bukan saling memahami, melainkan memaksakan pemahaman yang sama.
Selama bersama Casey, aku hanya pernah berlibur ke satu tempat, Redwood, tempat favoritnya. Kami selalu makan siang steak dan dinner di restauran Italia langgananannya. Band favoritnya adalah Coldplay yang musiknya selalu diperdengarkan di mobil berulang-ulang. Dia tidak akan membawaku nonton di bioskop. Jika ada film yang ingin kulihat, kami menunggu DVD-nya keluar. Bahkan untuk ulang tahunku, kami selalu merayakannya di tempat yang sama, agensiku. Casey tidak suka dengan pemberitaan tentang hubungan kami, sehingga membuatnya menjadi tidak terlihat sebisa mungkin. Menurutnya, itulah yang terbaik bagi kami.
Ketika akhirnya hubungan yang mulus ini bertemu batu sebesar kerikil di jalan, goncangan yang terasa begitu hebat. Kami tidak tahu bagaimana harus menghadapinya. Dia tidak tahu harus bersikap apa saat aku mulai mengajukan argumen padanya saat aku didera kepenatan oleh popularitasku. Dimulai dari aku menyiapkan liburan ke Hawaii untuk kejutan ulang tahunnya, dan akhirnya dibatalkannya. Lalu rengekanku mencoba menu baru untuk makan. Kemudian ketika aku mencoba berbagi musik favoritku yang menggantikan suara Coldplay di mobilnya. Dari hubungan satu arah dimana aku harus menerima apapun yang disiapkannya, menjadi dua arah. Perubahan itu ternyata tidak bisa kami hadapi.
Hingga untuk pertama kalinya dia berteriak padaku, mengatakan bahwa sikapku membuatnya lelah. Untuk pertama kalinya dia mengatakan bahwa aku tidak bisa memahami keinginannya yang berusaha memberikan semua yang terbaik untukku. dan pertengakaran pertama itu menjadi yang terakhir juga.
Padahal aku sudah meminta maaf untuk Hari itu. Casey meminta untuk putus dariku. Tepat di Hari Paling penting dalam hidupku. Melupakan 3 tahun yang sudah kami jalani. Aku masih tidak mengerti mengapa hubungan sempurna itu akhirnya berakhir karena sebuah pertengkaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Dwisur
bersabarlah Luna... relakan Casey pergi,, lupakanlah.. lupakan
2023-07-13
0
Ninit Sugiarto
itulah knp ada yg bilang tdk pernah berselisih pendapat pada pasangan bkn lah hal baik,bgt ada perbedaan pendapat bs hancur semuanya
2022-02-04
0
Andiyani
terlalu fokus sm.sosok Casey yg positif... smp Luna kehilangan banyak moment yg penting😏
2021-04-14
0